Embrio, Fase Awal Pertumbuhan
Jurnalis : Budi Santoso (He Qi Utara 2), Fotografer : Budi Santoso (He Qi Utara 2)Pameran Embrio yang bertempat di Aula Jing Si Tzu Chi, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara merupakan bagian dari Festival Budaya Humanis yang berlangsung pada 4 Desember 2016.
Seiring berjalannya waktu, tanpa kita perhatikan dengan seksama terdapat perubahan-perubahan yang terjadi dari hal-hal kecil yang berdampak besar. Inilah yang ditunjukkan dalam “Pameran Embrio” yang bertempat di Aula Jing Si Tzu Chi, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Pameran yang digagas oleh Anand Yahya ini merupakan bagian dari Festival Budaya Humanis yang berlangsung pada 4 Desember 2016. Saat berada di lokasi pameran, saya pun berbincang dengan Anand. Ia menjelaskan bahwa untuk mempersiapkan pameran ini secara khusus meminta arsip-arsip lama Ibu Liu Su Mei selaku Ketua Yayasan Tzu Chi Indonesia.
Meskipun kertas arsip-arsip yang terpajang dalam pameran tersebut warnanya sudah berubah menjadi kuning, namun setiap tulisan tangan dan keterangan yang ada di dalamnya masih dapat dilihat dan dibaca dengan jelas. Di arsip tersebut tercantum bantuan-bantuan yang pernah diberikan oleh relawan Tzu Chi saat awal berdiri di Indonesia pada tahun 1993, seperti bantuan ke panti asuhan, bantuan material untuk pembangunan panti jompo, hingga untuk korban letusan Gunung Merapi. Relawan Tzu Chi saat itu hanya beberapa ibu-ibu rumah tangga biasa, namun mampu menyimpan arsip tersebut dengan baik. Anand pun memuji hal ini karena saat itu Tzu Chi di Indonesia masih belum semaju sekarang secara teknologi, sementara jaman sekarang pengarsipan jauh lebih mudah. Hal ini justru yang perlu dicontoh oleh generasi sekarang khususnya para relawan.
Anand Yahya menjelaskan bahwa untuk mempersiapkan pameran ini secara khusus meminta arsip-arsip lama Ibu Liu Su Mei selaku Ketua Yayasan Tzu Chi Indonesia.
Hasil karya peserta hunting turut menghiasi Aula Jing Si saat berlangsungnya Festival Budaya Humanis.
Anand menuturkan ide untuk membuat pameran embrio ini sejak tiga bulan lalu, namun untuk mewujudkan ide tersebut ia membutuhkan waktu yang lama untuk koordinasi dengan Ibu Liu Su Mei agar mau membuka arsip lamanya. “Berbeda dengan pameran foto pada umumnya yang menonjolkan sisi art atau seni, secara fotografi foto arsip-arsip yang dipamerkan tidak ada apa-apanya, tapi dari segi sejarah nilainya sangat besar dan sejarah ini tidak akan hilang hingga puluhan tahun ke depan karena adanya foto arsip-arsip dan dokumen ini,” ujar Anand.
Anand menutup pembicaraan siang itu dengan mengutarakan harapannya, “Semoga para relawan, khususnya relawan Zhen Shan Mei lebih terpacu untuk mendokumentasikan kegiatan Tzu Chi dengan baik dan untuk pengunjung umum dapat mendapatkan pengetahuan sejarah bahwa Tzu Chi pada awalnya belum sebesar sekarang, hanya berawal dari 9 orang ibu rumah tangga, mereka bahkan tidak memiliki kantor, majalah pun hanya berupa majalah dinding, jadi pada awalnya sangat sederhana, namun di sisi lain kegotong-royonganya sangat kuat.”
Ya, hanya berawal dari sembilan orang ibu rumah tangga kini Tzu Chi di Indonesia telah berkembang dengan pesat, salah satunya tercermin dari berdirinya rumah batin Aula Jing Si Tzu Chi.
Saribhirawati, salah satu peserta hunting mengaku bahwa hunting foto di Aula Jing Si itu seru, bagus, dan menarik.
Handoyo Gunawan turut mengunjungi pameran foto di festival budaya humanis Tzu Chi 2016.
Pameran Foto Aula Jing Si
Aula Jing Si yang berdiri kokoh tersebut diabadikan oleh para peserta hunting foto. Hunting foto sendiri sudah berlangsung pada tanggal 30 Oktober, 6 dan 13 November lalu (3 sesi) dengan total perserta mencapai 73 orang. Hasil karya peserta hunting turut menghiasi Aula Jing Si saat berlangsungnya Festival Budaya Humanis. Beragam respon muncul dari peserta hunting yang pada hari itu datang untuk melihat karya mereka yang dipajang.
Saribhirawati, salah satu peserta hunting yang gemar memfoto landscape mengungkapkan, “Saya merasa hunting foto di Aula Jing Si itu seru, bagus, dan menarik“. Lain halnya respon dari Handoyo Gunawan yang sudah lama gemar fotografi ini. “Aula Jing Si megah, pondasinya bagus dan dibangun untuk tujuan kemanusiaan,” pujinya. Handoyo juga memahami bahwa Tzu Chi bergerak untuk kemanusiaan, membantu orang yang membutuhkan tanpa membedakan suku, ras, maupun agama. Siang itu tampak pula Endang Kusnadi yang sedang melihat karyanya yang dipajang. Pria yang sudah sering mengikuti hunting foto dan komunitas fotografi itu merasa bahwa Tzu Chi itu adalah kasih sayang.
Endang Kusnadi yang sedang melihat karyanya yang dipajang. Ia pun merasa bahagia.
Abeng hadir di pameran itu karena mendapat informasi dari salah seorang relawan Hu Ai Pantai Indah Kapuk.
Pengunjung pun memberikan komentar mengenai pameran foto Aula Jing Si dan Pameran Embrio. “Pameran ini keren, apabila dipublikasikan secara luas tentu masyarakat umum akan memiliki persepsi bahwa Tzu Chi ini tidak hanya terbatas pada agama tertentu saja,” kata Alexandra. Selain melihat pameran, wanita yang sudah melihat Aula Jing Si secara keseluruhan menambahkan bahwa dia terkesan terhadap patung yang berada di lantai 4.
Hadir juga seorang pria yang sedang mengamati dan membaca isi setiap foto dengan seksama. Abeng, begitu ia memperkenalkan dirinya. Abeng hadir di pameran itu karena mendapat informasi dari salah seorang relawan Hu Ai Pantai Indah Kapuk. Walau tidak mengikuti hunting foto, namun ia mengenal beberapa peserta lomba yang fotonya turut dipamerkan seperti Victor dan Stephen Xiu. “Sejarah Tzu Chi di Indonesia sangat mengharukan, sekian lama bisa menanamkan akar di Indonesia dan membantu begitu banyak sesama yang membutuhkan,” kesannya.
Semoga pameran dan acara Festival Budaya Humanis kali ini mampu memberikan kesan, manfaat, dan pemahaman yang lebih baik bagi para pengunjung, terutama mengenai salah satu misi Tzu Chi yaitu misi Budaya Humanis.
Artikel Terkait
Embrio, Fase Awal Pertumbuhan
07 Desember 2016Pameran Embrio merupakan pameran dokumentasi kegiatan-kegiatan awal Tzu Chi Indonesia dalam menjalankan kemanusiaannya. Relawan Tzu Chi saat itu hanya beberapa ibu-ibu rumah tangga mampu menyimpan arsip tersebut dengan baik. Hal ini justru yang perlu dicontoh oleh generasi sekarang khususnya para relawan. Pameran embrio dan pameran foto yang diikuti 73 orang ini diadakan pada tanggal 4 Desember 2016 di Jing Si Tang Tzu Chi, Pantai Indah Kapuk.