Empati dan Rasa Kemanusiaan yang Tinggi

Jurnalis : Khusnul Khotimah , Fotografer : Khusnul Khotimah


Para relawan Tzu Chi dari Komunitas He Qi Utara 2 memandikan Pak Siswanto, penerima bantuan Tzu Chi, Minggu, 19 Desember 2021.

Tak ada ragu, risih, maupun kikuk yang tampak saat para relawan Tzu Chi dari Komunitas He Qi Utara 2 memandikan Pak Siswanto (50), penerima bantuan Tzu Chi yang sudah enam tahun ini lumpuh. Yang ada hanya empati dan rasa kemanusiaan yang tinggi.

Lebih dari setahun Pak Siswanto tak mandi. Bukan, bukan karena keluarganya abai. Ibunya sudah sepuh, sementara adiknya yang jadi tulang punggung keluarga sangat sibuk. Sehari-hari ia sudah membantu keperluan kakaknya, namun untuk memandikan, ia tak sempat.

“Mengurus orang yang sakit seperti ini bukan pekerjaan mudah. Jadi relawan hanya membantu meringankan beban keluarga untuk membantu membersihkannya. Karena kalau hanya mengandalkan keluarga mungkin belum sempat atau tertunda,” terang Hok Lay yang mengomando enam relawan lainnya.

Karena lebih dari setahun tak mandi, daki menempel di kulit Pak Siswanto seperti kerak. Kukunya baik di jari tangan maupun kaki, panjang hingga melengkung, hitam, keras dan sulit digunting. Kondisinya memprihatinkan.



Relawan Tzu Chi dengan sangat pelan dan berhati-hati membersihkan wajah Pak Siswanto dengan handuk basah hingga benar-benar bersih.

Para relawan perlu menggotong Pak Siswanto terlebih dulu, dari kasur ke ranjang lipat. Beberapa potong handuk disiapkan untuk menggosok badan Pak Siswanto, juga sikat, sabun, alkohol, pasta gigi dan sikat gigi.

Setiap relawan punya tugas masing-masing. Ada yang menggosok tangan, ada yang menggosok betis, ada yang khusus membersihkan kuku, badan, wajah, hingga punggung. Sampai semuanya bersih.

Berbicara tentang sakit yang dirasakan Pak Siswanto, sebenarnya ia sudah mulai merasakan sakit pada tulangnya sejak tahun 2000. Dokter mengatakan ada TBC Tulang dan pengapuran. Pak Siswanto sempat berobat jalan, namun karena kurang peduli, selama beberapa tahun kemudian ia tak kontrol maupun berobat. Dan pada 2015, ia mulai lumpuh pada kakinya.

Pada 2015 itu keluarganya pun mengajukan bantuan ke Tzu Chi Indonesia. Ia kemudian dibantu berupa biaya pengobatan dan biaya hidup karena tak mampu lagi bekerja.

Tak Hanya Membantu dari Segi Fisik, Tapi Juga Batin



Para relawan saling berbagi tugas.

Sementara saat membersihkan badan Pak Siswanto, para relawan juga mengajaknya mengobrol, agar ia tak fokus dengan rasa sakitnya.

“Kalau punggungnya sudah mulai sakit, ngomong ya pak?” kata relawan kepada Pak Siswanto.

“Iya, biasanya 15 menit saja nggak kuat telentang, mesti dimiringin, ini masih kuat,” jawabnya.

Hok Lay juga sambil mengingatkan Pak Siswanto agar sehari-hari terus berdoa, menguatkan diri sendiri. Karena orang lain hanya bisa memberi masukan, tapi yang bisa bangkit tetap dirinya sendiri.

Perlu waktu hampir dua jam memandikan Pak Siswanto sampai benar-benar bersih. Ember berisi air beberapa kali diganti karena kotoran yang menempel di tubuh Pak Siswanto memang sudah cukup lama. Ditambah dengan ketelitian para relawan membersihkan badan Pak Siswanto. Ia yang sebelumnya tampak sangat tak terurus, berubah menjadi lebih segar.



Maureen merasa bersyukur masih diberi kesehatan sehingga dapat membantu orang lain.



Para relawan memasangkan sprei bersih di kasur Pak Siswanto.

Tak hanya memandikan, relawan juga membawakan Pak Siswanto celana, seprei, dan perlak. Usai dimandikan, Pak Siswanto pun dipakaikan celana baru. Kasur juga dibersihkan dan dipasang seprei bersih dan wangi. Para relawan kemudian menggotong kembali Pak Siswanto ke kasur.

“Saya merasa fresh, segar. Pikiran juga saya merasa lebih nyaman. Puji Tuhan, dari Tzu Chi banyak yang peduli, semua relawannya saya terima kasih banyak,” kata Pak Siswanto.

Perasaan bahagia bisa bermanfat untuk orang lain dirasakan para relawan lainnya, termasuk Maureen Monica. Kunjungan kasih kali ini pun mengingatkannya lagi bahwa ia dan orang lain di luar sana yang diberikan kesehatan harus benar-benar bersyukur.

“Kita mesti banyak bersyukur diberi sehat. Ikut kegiatan ini membuat saya merasa bermanfaat bisa membantu orang lain,” tuturnya.
“Pak Siswanto saya mewakili teman-teman, mewakili Yayasan, mewakili guru kami Master Cheng Yen, mengucapkan agar Pak Siswanto semakin kuat menerima keadaan, banyak berdoa sehingga mengurangi banyak kerisauan. Kami semua akan selalu berusaha memperhatikan Pak Siswanto supaya Pak Siswanto tetap bersih. Kami semua senang bisa membantu, kami semua merasa bahagia bisa memberikan sedikit bantuan yang seperti ini,” ujar Hok Lay ketika berpamitan dengan Pak Siswanto.  

 
Editor: Erli Tan

Artikel Terkait

Karunia Terbesar dari Tuhan

Karunia Terbesar dari Tuhan

09 September 2020

“Biar bagaimanapun yang namanya anak itu kan jiwa. Ini dari Tuhan, jadi kita harus benar-benar sabar. Apapun kondisinya kita harus terima dengan ikhlas, dengan semangat.” (Paulus Tjoei Ho, orang tua Jenny). 

Batin Tenang, Cinta Kasih pun Berkembang

Batin Tenang, Cinta Kasih pun Berkembang

21 November 2016

Sudah lima tahun ini Teddy Satyawan mengalami low vision atau lemah penglihatan. Jarak pandangnya hanya dua meter. Meski begitu, ia tetap semangat bekerja dan juga beribadah.

Menggenggam Jalinan Jodoh dengan Para Penerima Bantuan

Menggenggam Jalinan Jodoh dengan Para Penerima Bantuan

16 Desember 2019

Relawan Tzu Chi Tebing Tinggi mengadakan kegiatan Pemberkahan Akhir Tahun 2019 bagi penerima bantuan Tzu Chi Minggu, 8 Desember 2019. Kegiatan dihadiri sekitar 30 orang penerima bantuan beserta keluarga yang mendampinginya.

Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -