Episode Hidup Tak Terlupakan Bagi Zainah
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul KhotimahZainah Mawardi (kanan) bersama Bao Bing, Relawan Komite Tzu Chi senior (tengah), juga Indah Melati Setiawan yang juga baru dilantik menjadi Relawan Komite Tzu Chi bersama Zainah.
Dilantik menjadi Relawan Komite Tzu Chi oleh Master Cheng Yen pada 16 November 2017 lalu menjadi momen tak terlupakan bagi Zainah Mawardi (51). Masih lekat dalam ingatannya detik-detik saat Master Cheng Yen melantik dirinya.
“Ketika memberikan nametag ke Master Cheng Yen dan disematkan nametag itu yang paling tidak saya lupakan. Saat-saat bahagianya lah,” ujar guru pelajaran Budaya Humanis di SD Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng ini.
Air mata Zainah saat itu benar-benar tak bisa dibendung. Apalagi mengingat kondisinya yang tengah berjuang untuk survive dari penyakit kanker.
“Sekian
lama sudah 14 tahun menjadi relawan kok baru
dilantik, baru menjadi murid Master yang sesungguhnya dalam kondisi saya yang
kurang sehat. Menurut saya mestinya kalau mau dilantik itu dalam kondisi sehat,
masih agak muda, fit, karena di sana kita juga mengikuti training, berat juga ya,” sesalnya.
Zainah saat berdiskusi dengan beberapa murid Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi di perpustakaan sekolah. Setelah dilantik, Zainah bertekad untuk bisa menyebarkan dharma.
Pelantikannya kali ini berarti pertemuannya dengan Master Cheng Yen secara langsung yang ketiga kalinya. Zainah sangat bersyukur mendapat kesempatan bersantap siang bersama Master Cheng Yen yang juga mendoakannya agar lekas sembuh.
“Kamu
pasti sembuh, saya doakan kamu pasti sembuh, kata Master. Saya mengatakan ‘Gan En Master atas doanya. Insya Allah saya bisa sembuh’,”
tuturnya.
Bagi Zainah, Master Cheng Yen adalah sosok kharismatik, tangguh dan selalu memikirkan dunia. Itulah yang membuatnya selalu menangis setiap bertemu dengan Master Cheng Yen.
Saat
dilantik, Zainah merupakan satu-satunya yang mengenakan jilbab. “Sepertinya
saya sendiri yang pakai jilbab. Jadi model pertama komite berjilbab nih, mereka yang dari Malaysia, dari
Lampung pada bilang ‘Saya foto ya bu supaya bisa kasih tahu teman-teman saya
bahwa ini komite juga ada yang pakai jibab’,” kenangnya.
“Saya tidak merasa bagaimana ya, bahkan saya tidak merasa saya berjilbab setelah membaur. Karena di sana tidak ada yang membedakan jadi saya pun merasa nyaman saja. Dan di sana orang pun tidak merasa aneh melihat kita yang berjilbab,” sambungnya. Zainah bertambah senang karena mendapatkan baju Relawan Komite qipao berlengan panjang.
Bagi Zainah tak ada perbedaan setelah ia dilantik kecuali tekad yang makin kuat untuk siap memikul tanggung jawab yang lebih besar. Karena mengawalinya perjalanannya sebagai relawan di Misi Pendidikan Tzu Chi dan kebetulan menjadi guru budaya humanis, ia pun bertekad untuk lebih meningkatkan praktik budaya humanis di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.