Estafet Cinta Kasih, Dulu Dibantu, Sekarang Membantu
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah, WidarsonoSetelah sebelas tahun tak berjumpa, siang itu menjadi ajang reuni bagi Vita (34) dan keluarganya yang pernah dibantu Tzu Chi, dengan Ayen dan Yang Pit Lu, relawan yang mendampingi mereka dahulu.
“Senang lihat mereka sekarang di kondisi yang sudah berbeda. Dulu Vitanya masih berjuang, entah bisa bertahan atau tidak waktu itu. Benar-benar kondisinya berat. Satu badan bengkak sampai saya lihat itu aduh… Sekarang hidup mereka sudah semakin bahagia, kami turut bahagia,” kata Yang Pit Lu yang akrab disapa Lulu ini.
Ayen dan Lulu berkunjung ke rumah kontrakan Vita Vera Winarti di Muara Angke, Jakarta Barat, Selasa 21 September 2021. Vita tak serta merta melupakan Ayen dan Lulu yang dulu mendampinginya saat terbaring tak berdaya di ruang ICU.
Tak hanya kembali menjalin silaturahmi yang sempat terputus karena hilang kontak, Vita juga senang karena sudah tiga bulan ini ia dan keluarganya telah menjadi donatur Tzu Chi.
“Saya sudah pernah ditolong sama Tzu Chi. Dulu kalau tidak ada Tzu Chi mungkin saya juga tidak ada di dunia ini,” ujar Vita.
“Bukan... itu karena jalinan jodoh kamu dan Tzu Chi, Vita...” sela Ayen.
“Saya sekarang ibaratnya ada uang lebih. Dari pada buat yang tidak-tidak, lebih baik saya berdana buat membantu sesama,” sambung Vita.
Sudah lebih dua tahun Vita dan suami berjualan aksesoris smartphone.
Kondisi ekonomi keluarga Vita sudah lebih baik. Sang suami, Ferry, memiliki usaha toko online yang menjual aksesoris smartphone yang dijual di marketplace. Rata-rata mereka berhasil menjual sekitar 500 item barang dalam seharinya. Ferry sangat senang bisa bertemu lagi dengan Ayen dan Lulu.
“Kami senang, terharu. Karena dulu meraka lah yang bantu kami pas lagi susah. Posisi betul-betul kami sudah enggak tahu harus minta tolong ke siapa. Dulu mana ada BPJS, sekali tebus obat sudah ketahuan berapa. Ibaratnya apa yang mau kami jual lagi? Makanya istri mau jadi donatur Tzu Chi, ya saya dukung,” tutur Ferry.
Lulu dan Ayen sungguh terharu dengan niat mulia Vita. Ini bagaikan estafet cinta kasih, yang mana jalinan cinta kasih tak terputus, malah semakin luas.
“Dengan bantuannya Vita, kan bisa memberi kepada keluarga yang membutuhkan,” kata Lulu.
“Melihat keluarga Vita yang kini sudah lebih mapan dalam berusaha, saya sangat senang. Dari kesuksesan mereka berusaha, mereka masih mau bersumbangsih,” sambung Ayen.
Kondisi ini memang jauh berbeda dengan sebelas tahun yang lalu. Keluarga Vita hampir menjual rumah kecil mereka untuk biaya pengobatan Vita.
Antara Hidup dan Mati
Vita saat terbaring di ruang ICU pada akhir Desember 2009. Bantuan yang diterima Vita saat itu adalah biaya pengobatan selama kurang lebih tiga bulan.
Sebelas tahun lalu Vita meregang nyawa saat mengandung anak ketiga. Tekanan darahnya tinggi, yakni 230/170. Vita bahkan tak sadarkan diri. Bayi yang dikandung selama tujuh bulan tak bisa diselamatkan. Harapan satu-satunya adalah menyelamatkan Vita.
Setelah tim dokter berhasil mengeluarkan janin yang dikandung Vita, badan Vita justru bengkak, sulit bernafas. Dokter lalu memasang alat bantu pernapasan. Seluruh pembuluh darah di tubuh Vita pecah, ginjalnya juga kurang berfungsi karena keracunan.
Sang ayah, Lo Wie Kin, juga Ferry, suami Vita bingung dapat uang dari mana lagi untuk menebus resep jutaan rupiah. Karena itu mereka hanya bisa membeli obat sesuai dengan jumlah uang yang mereka miliki.
Dalam kebingungan itu seorang teman menyarankan Ayah Vita untuk mengajukan bantuan ke Tzu Chi. Tak menunggu lama, sorenya Ayen dan Lulu ke rumah Lo Wie Kin untuk survei dan lanjut ke rumah sakit guna melihat kondisi Vita.
Ayen kembali mengunjungi Vita di rumahnya tak lama setelah pulang dari rumah sakit.
Di ruang ICU, selang infus terpasang di lengan Vita dan sebuah selang lagi tertanam di antara ruas pahanya. Sebuah selang plastik berukuran ½ inci juga terpasang di rongga mulutnya yang terhubung ke mesin pernapasan. Kondisinya sungguh memprihatinkan. Malam itu juga Ayen menebus obat yang tak sanggup dibeli Wie Kin.
Hampir setiap hari Ayen dan Lulu menjenguk Vita dan selalu menebus obat yang diberikan dokter. Namun masuk pekan kedua, kondisi Vita belum membaik. Ayen lalu menemui dokter kepala, terkait apakah masih ada harapan sembuh untuk Vita. Dokter menjelaskan, racun dalam ginjal Vita sudah terlampau tinggi. Karena itu Vita harus menjalani cuci darah.
Setelah melalui rapat, Tzu Chi memutuskan untuk membantu biaya cuci darah Vita. Lulu dan Ayen segera mencari rumah sakit yang memiliki alat cuci darah. Setelah seharian mencari, akhirnya mereka menemukan Rumah Sakit PGI Cikini. Segera mereka membawa Vita ke sana. Esoknya Vita menjalani cuci darah. Setelah itu kondisi Vita berangsur membaik. Di hari ke-5, Vita mulai sadar, tubuhnya pun kembali ke ukuran normal.
“Saat itu Vita masih muda banget, sedang anak keduanya masih sangat kecil. Jadi harapan kami agar Vita sembuh kan besar. Kami konsultasi ke dokter, Vita memerlukan albumin setiap hari jadi otomatis setiap hari kami ke rumah sakit untuk belikan obat untuk langsung dipakai,” kata Ayen.
Pelajaran Hidup dari Yang Vita Alami
Marselo dan Yosua, anak Vita tumbuh menjadi anak yang sopan dan pintar. Keduanya menunjukkan lembaran Buletin Tzu Chi yang mengisahkan tentang perjuangan ibunya dahulu.
Banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik dari kisah Vita. Antara lain tentang betapa besar kasih orang tua kepada anak dan juga bahwa selalu ada jalan keluar bagi setiap masalah, asal berusaha maksimal.
“Tiap hari papa mamanya menunggu di ruang tunggu ICU, tak berani masuk ke dalam, mereka mengintip dari jendela. Saya iba banget. Karena setiap masuk mereka dikasih tagihan. Itu kasih orang tua, benar-benar luar biasa,” kata Lulu.
Selain orang tua Vita, Lulu dan Ayen juga memuji Ferry yang pada usia muda, saat itu 19 tahun, menjadi sosok suami yang bertanggung jawab. Ferry bekerja keras mencari uang hinggga ke luar kota. Sepekan sekali ia baru bisa pulang.
Vita menerima kwitansi donasi sebagai donatur Tzu Chi.
“Anak umur segitu kan tahunya hura-hura. Waktu itu dokter tak mengerti kondisi mereka. Dokter pikir keluarganya tak bertanggung jawab karena resep enggak ditebus. Dia (suaminya) bilang, ‘Bu ini baru dapat duit 400 ribu, saya mau lihat obat apa yang bisa saya beli dengan 400 ribu itu’,” kenang Lulu.
Lulu dan Ayen lalu menjelaskan ke dokter bahwa sebenarnya keluarga Vita bukan tak bertanggung jawab. Mereka setiap hari datang ke rumah sakit namun tak berani masuk.
“Disodorin bon terus kan? Trus mereka enggak punya uang, ambil resep juga tidak bisa beli. Makanya dapat berapa, beli berapa,” kata Lulu.
Sungguh siang itu merupakan pertemuan yang berkesan baik bagi Vita maupun Ayen dan Lulu.
Akhirnya dokter pun mengerti keadaan keluarga Vita dan berempati dengan keluarga ini. Vita sendiri tak terlalu tahu detil kejadian saat itu karena ia mengalami koma. Tapi Almarhum ayahnya bercerita tentang masa sulit itu. Juga tentang betapa tulus dan cepat Tzu Chi membantu.
“Papa bilang, ‘ingat kalau kamu sudah sukses, sudah punya uang lebih, ingat dulu pernah dibantu sama Tzu Chi. Ci Lulu dan Ci Ayen datang, turun tangan langsung. Jadi ini harus kamu ingat, harus banyak berbuat baik dan amal’. Sekarang papa sudah tidak ada, jadi saya mau berbuat amal itu untuk papa saya juga biar papa saya tenang,” kata Vita.
Editor: Metta Wulandari
Artikel Terkait
Tanpa Ada Sekat Perbedaan
20 April 2016Relawan Tzu Chi Biak mengadakan kunjungan kasih ke Lapas Kelas III Biak pada tanggal 14 April 2016. Mereka disambut antusias oleh 140 orang warga binaan di lapas. Kunjungan kasih ini diadakan agar bisa membangkitkan semangat para warga binaan agar mereka tidak minder dan terpuruk setelah ke luar dari Lembaga Pemasyarakatan.