Gathering Hu Ai Angke

Jurnalis : Lisda (He Qi Utara), Fotografer : Lisda (He Qi Utara)
 

foto
Tzu Ching bersama-sama memperagakan bahasa isyarat tangan dengan lagu "Awal Kebahagiaan" (Xing Fu De Qi Dian) di penghujung acara gathering pada tanggal 3 November 2013.

Di tahun 2013 ini Hu Ai Angke sangat bersyukur mendapat tambahan satu Xie Li  baru  yaitu  Xie Li  yang ke-5 dari komunitas Tzu Ching yang dibagi menurut wilayah sekolah. Momen yang sangat bahagia ini diumumkan pada acara gathering Hu Ai Angke di hari Minggu, 3 November 2013 di Jing Si Books & Cafe Pluit Jakarta. Ada 19 Tzu Ching yang sudah hadir sejak jam 9.00 pagi, mereka mengikuti kegiatan kunjungan kasih yang dipandu oleh Liwan Shixiong sampai siang hari. Dilanjutkan dengan mengikuti acara gathering yang dimulai jam 13.00. Sebanyak 73 relawan yang terdiri dari relawan baju kembang, abu putih, biru putih, Tzu Ching, dan  komite hadir dalam gathering ini.

Di acara gathering ini, Ketua dan Wakil Ketua Xie Li, fungsionaris semuanya memperkenalkan diri.  Mereka juga menjelaskan secara singkat kegiatan apa saja yang ada di dalam tim. Para Tzu Ching pun bisa bergabung dalam kegiatan-kegiatan ini. Diantaranya ada kegiatan bakti amal, konsumsi, dokumentasi Zhen (benar) Shan (bajik) Mei (indah), tanggap darurat, pelestarian lingkungan, acara kegiatan, kebaktian, pelatihan relawan, bahasa isyarat tangan, budaya humanis, pengobatan, penyambutan, logistik, pelayanan, dan sekretariat.

Permainan yang Menjalin Keakraban dan Kekompakan
Acara  selanjutnya adalah permainan (games), dipandu yang muda dan energik, yaitu Juliana  Santy Shijie. Seorang Tzu Ching  yang  kini sudah berseragam biru putih dan bekerja di media cetak Tzu Chi Indonesia. Di komunitas Hu Ai Angke, ia memegang peran sebagai  ketua  Xie Li  5  yang  mengkoordinir barisan Tzu Ching. Permainan  ini  sangat  menarik perhatian semua relawan yang hadir karena permainan  ini  bukan  sekadar games biasa. Ada pesan dan makna yang terkandung  di dalamnya yang membuat setiap orang menginstrospeksi diri kembali.

Permainan pertama dimulai dengan cerita perjalanan seekor burung kecil yang terbang menuju barat  untuk menemui mamanya. Di tengah jalan tiba-tiba datang hujan rintik-rintik, setelah itu hujan mulai lebat, kemudian hujan badai. (Setiap cuaca berubah, para peserta menampilkan gerakan tangan yang  berbeda). Lalu karena ditiup angin, burung  kecil pun berbalik arah (para peserta pun ikut berbalik arah). Kejadian yang terus berulang kali tapi burung kecil tidak pernah putus asa, yang pada akhirnya ia pun bisa bertemu kembali dengan mamanya. Permainan ini mengingatkan kita, bila menemui suatu masalah janganlah kita menyerah dan putus asa. Tetapi kita harus bangkit dan mencoba kembali agar tujuan kita tercapai.

foto   foto

Keterangan :

  • Juliana Santy (dua dari kanan) memandu jalannya acara games dengan penuh sukacita bersama peserta gathering Hu Ai Angke (kiri).
  • Setiap kelompok memperagakan permainan yang diberikan dengan baik sesuai instruksi yang diberikan (kanan).

Permainan berikutnya yang tak kalah serunya yaitu komunikata, dengan menggerakkan mimik muka sesuai dengan jumlah bilangan angka. “Contohnya 321, ratusan angkanya 3 berarti tiga kali kedip mata, puluhan angkanya 2 jadi dua kali majuin mulutnya, satuan angkanya 1 jadi satu kali menaikkan alis,” ucap Juliana Shijie sambil memperagakan mimik mukanya, yang langsung disambut gelak tawa dan tepuk tangan riuh peserta yang terdengar mengisi ruangan. Permainan ini cukup mudah, setiap satu barisan, peserta yang duduk paling belakang diberi secarik kertas yang berisi bilangan angka. Kemudian mereka harus menyampaikan angka tersebut kepada orang yang di depannya dengan menggunakan gerakan sesuai dengan ketentuan tadi. Penyampaian dilakukan secara estafet dari peserta yang duduk paling  belakang sampai peserta yang duduk paling depan. Hasil akhirnya jumlah bilangan angka yang disampaikan ini dicocokkan apakah sama pada akhir si penerima  pesan. Ternyata ada juga pesan yang disampaikan berbeda dari penyampaian awal.

“Ini pelajaran buat kita, bila kita menyampaikan suatu pesan jangan dilebihkan atau dikurangi, jadi pesan yang disampaikan harus benar dan jelas,” pesan Juliana Shijie kepada semua peserta. Lenny, salah satu Tzu Ching yang ikut dalam acara ini, semenjak pagi ia sudah ikut kegiatan kunjungan kasih. Saat ini masih kuliah di Universitas Indonesia yang berada di Salemba dan mengambil kuliah kedokteran gigi. Ia bersyukur bisa mengenal Tzu Chi dan temannya yang selalu menemaninya untuk ikut serta dalam kegiatan Tzu Chi.

Di akhir acara gathering, disuguhkan penampilan isyarat tangan oleh Tzu Ching dengan lagu “Awal Kebahagiaan” (Xing Fu De Qi Dian). Kalimat yang sungguh indah didengar, awal kebahagiaan Tzu Ching bergabung dalam komunitas Hu Ai Angke. Tzu Ching adalah generasi penerus yang merupakan harapan masa depan. Dengan adanya mereka, barisan relawan semakin panjang, kita semua bersatu hati melakukan yang terbaik, menyebarkan cinta kasih dan membantu orang yang masih membutuhkan uluran tangan sesama.
  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Menggarap Ladang Berkah

Suara Kasih: Menggarap Ladang Berkah

30 Mei 2012 kita harus menyadari berkah setelah melihat penderitaan dan menempatkan diri di posisi orang lain. Melihat orang lain mengalami kelaparan, kita hendaknya berempati dan mendukung pola makan 80 persen kenyang serta menyisihkan 20 persen untuk menolong sesama.
Menjadi Sahabat Bagi Bumi

Menjadi Sahabat Bagi Bumi

10 September 2019

Mengawali bulan September yang orang bilang September Ceria, muda-mudi Tzu Chi atau Tzu Ching Medan mengadakan pelestarian lingkungan dari rumah ke rumah di sekitar Kampus Universitas Prima Indonesia, Medan. Apa saja yang mereka lakukan? 

Senyum Ita di Hari Pertama Sekolah

Senyum Ita di Hari Pertama Sekolah

18 Juli 2017

Senin, 17 Juli 2017 menjadi hari bersejarah bagi Ita Ahyani (12). Setelah sempat terhenti tiga tahun, kini Ita bisa kembali belajar di sekolah. Semangatnya terlihat dalam wajah dan langkah kakinya. Sekolah, tempat yang akan membuka cakrawala sekaligus tempat terbaik untuk melupakan sejenak penyakitnya. 

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -