Sebanyak 357 relawan komite dari Jakarta dan sekitarnya, juga 236 relawan komite dari luar kota yang ikut melalui sambungan Zoom mengikuti kegiatan Gathering Komite Tzu Chi.
Ruangan Guo Yi Ting lantai 3 Aula Jing Si, akhir pekan lalu (28/7/24) terasa hangat dan penuh kekeluargaan. Hari itu relawan komite dari seluruh He Qi di Jakarta datang dan kembali menjalin jodoh baik dalam kegiatan Gathering Komite Tzu Chi. Tapi tak hanya dari Jakarta, para relawan komite dari kantor-kantor Tzu Chi di luar kota, tak ketinggalan menyimak kegiatan yang berisi berbagai sharing inspiratif ini. Totalnya ada 357 relawan komite dari Jakarta dan sekitarnya, juga 236 relawan komite dari luar kota yang ikut melalui sambungan Zoom.
Gathering ini berisi kisah tentang berbagai kegiatan yang umum dilakukan di Tzu Chi, namun karena terbalut cinta kasih yang begitu tulus, apa yang mereka lakukan itu menjadi mengagumkan untuk dibagikan kepada relawan lainnya. Total ada 6 sharing yang dibagikan yang seluruhnya memiliki nilai yang mendalam untuk berkegiatan di misi-misi Tzu Chi.
Chia Wen Yu berbagi tentang Kita Satu Keluarga, mengingatkan kembali perjalanan panjang Tzu Chi Indonesia sejak awal terbentuk hingga tumbuh seperti sekarang.
Tumbuhnya Relawan Komunitas Tunas
Salah satu sharing dibawakan oleh Wylen, relawan komunitas He Qi Pusat yang berkisah tentang Komunitas Tunas yang ada di He Qi Pusat. Di awal sharing-nya, ia menjelaskan bahwa komunitas tunas adalah wadah para relawan muda-mudi yang ingin bersumbangsih di jalan Tzu Chi. “Dua tahun yang lalu saya mengajak beberapa relawan muda-mudi (ada beberapa yang juga anak-anak relawan) di mana awalnya tidak sampai 10 orang dan kini sudah memiliki anggota lebih dari 200 orang yang tergabung dari usia 15-35 tahun,” kata Wylen.
Salah satu sharing dibawakan oleh Wylen, relawan komunitas He Qi Pusat yang berkisah tentang Komunitas Tunas yang ada di He Qi Pusat menginspirasi relawan lainnya untuk membuat komunitas serupa.
Wylen memaparkan, tujuan awal dari terbentuknya komunitas tunas di tahun 2022 adalah untuk meneruskan ajaran Jing Si kepada relawan muda-mudi. Selain itu juga untuk memberikan wadah kepada relawan muda-mudi untuk berkarya, mengajak anak-anak relawan ikut berkegiatan, serta yang paling penting adalah mencetak calon-calon pemimpin komunitas di masa depan.
Komunitas Tunas ini kemudian merinci 4 misi Tzu Chi menjadi sub-sub kecil, yakni Learning & Development, Entrepreneur, Internal Relationship, Pendidikan, dan Media & Kreatif yang masing-masing sudah mempunyai ketua dan wakil ketua penanggung jawabnya.
“Salah satu divisi di Komunitas Tunas ada yang bernama Generasi Cemerlang atau disingkat Gencar. Divisi ini adalah sebuah kegiatan yang didukung oleh relawan muda-mudi yang mengajarkan bahasa inggris, bahasa Mandarin, Matematika, dan IPA. Dimana murid-murid yang diajarkan adalah anak-anak asuh di kelas 10, 11 dan 12. Tujuan dari Gencar tersebut adalah mempersiapkan para anak anak asuh agar bisa diterima di universitas unggulan dan juga mendapatkan beasiswa,” papar Wylen.
Antusias peserta mendengarkan 6 sharing dari para relawan Komite Tzu Chi Malaysia dan Indonesia pada Gathering Komite Tzu Chi.
Untuk rencana di masa depan, Komunitas Tunas juga akan membuka satu divisi untuk membuka career hub yang mewadahi relawan relawan muda dan juga anak-anak asuh untuk mencari pekerjaan dan perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja, terbuka kesempatan juga untuk program magang.
Terpacu untuk Memberikan Lebih
Pemaparan Wylen ternyata menginspirasi Lily Brahma, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1 yang bertanggung jawab menjadi PIC anak asuh di komunitasnya. “Memang tadi saya banyak mencatat tentang komunitas tunas yang dipaparkan oleh Wylen Shijie,” katanya mengaku relate, “karena kami juga sedang merintis anak-anak asuh kami untuk lebih aktif menonjolkan kemampuan mereka, jadi kalau berkegiatan itu mereka enggak cuma datang, duduk, dengar, diam, absen, lalu pulang.”
Di He Qi Barat 1, satu tahun belakangan ini telah diadakan kelas peminatan bagi anak asuh, yakni kelas entrepreneur dan kelas bahasa. Relawan membebaskan anak memilih sendiri kelas yang ingin mereka ikuti sesuai dengan minat. “Jadi pas pulang Tzu Chi itu, ada hal yang bisa dibawa gitu kan. Jadi biasanya 30 menit kami sharing tentang Tzu Chi. Selanjutnya satu setengah jam, mereka ikut kelas peminatan,” jelas Lily.
Lily Brahma, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1 yang bertanggung jawab menjadi PIC anak asuh di komunitasnya serius mencatat setiap poin dari sharing yang diberikan oleh Wylen.
Saat ini ada 70 anak yang rutin ikut kelas peminatan ini. Lily mengatakan tim relawan terus berupaya membantu anak asuh untuk mengubah kehidupan mereka melalui pendidikan. “Karena yang lebih penting adalah memberikan kesempatan dan pendampingan sebesar-besarnya bagi anak asuh,” katanya.
Berkaca pada He Qi Pusat, ia merasa ke depannya tim anak asuh He Qi Barat 1 harus sekuat komunitas tunas yang sudah sangat terstruktur. Lily yang ikut menjadi relawan Tzu Chi sejak dia masih duduk di bangku SMA (tahun 2007) pun sangat antusias karena hadirnya komunitas tunas yang menjadi wadah relawan muda, selain Tzu Ching bagi para mahasiswa. Ia berharap nanti He Qi Barat 1 bisa punya komunitas tunas juga.
“Jadi ke depannya siapa tahu anak-anak ini nantinya akan mengganti shigu-shibonya. Makanya kita pengen anak-anak tak hanya ikut kegiatan, tapi juga punya fondasi yang kuat untuk berkembang.”
Pastinya melalui gathering ini, ia bersyukur karena bisa mendengar sharing-sharing dari berbagai komunitas yang menjadikannya terpacu untuk berbuat lebih banyak lagi. “Sebisa mungkin, kalau nggak ada halangan, saya pasti hadir dalam kegiatan training maupun gathering karena selain recharge batin, di sini sudah pasti bertebaran inspirasi, pasti mendapat insight baru,” ungkapnya senang padahal malam sebelumnya Lily yang juga bekerja di sebagai Corporate Communication di DAAI TV masih berkutat dengan tugas sebagai panitia di HUT DAAI TV Indonesia.
Bagi Lily, sharing-sharing dalam gathering telah menumbuhkan perasaan yang luar biasa baginya. “Kita lihat bagaimana Shigu-Shibo sudah membukakan jalan Tzu Chi di Indonesia dengan sangat luar biasa, kita yang melanjutkannya pun harus sebisa mungkin melanjutkan dengan baik,” katanya yakin.
Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei memberikan pesan cinta kasih kepada relawan dengan wajah yang penuh kegembiraan.
Sugianto Kusuma turut membagikan sharing tentang perkembangan Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Palmerah serta update misi pendidikan Tzu Chi. Dalam kesempatan itu, beliau tak lupa memberikan pesan cinta kasih kepada relawan.
Siklus Cinta Kasih yang Terus Teregenerasi
Streisand, salah satu PIC gathering senang ketika mendengar bahwa tujuan diadakan kegiatan ini ternyata sampai kepada peserta. Sejak awal diadakan, kegiatan ini memang bermaksud untuk menambah informasi kepada relawan dan memberikan satu ide baru. Sebagai salah satu panitia, tentu ia ingin gathering ini benar-benar bermanfaat untuk relawan sehingga ketika kembali ke komunitas masing-masing, mereka bisa mengaplikasikannya.
“Siapa tahu bisa diterapkan di komunitas masing-masing. Kan banyak sekali kegiatan yang mungkin He Qi ini sudah ada, He Qi sana belum ada atau belum pernah adakan. Jadi kita bisa saling belajar,” jelas Streisand yang juga terharu melihat antusias relawan yang dengan semangat berkumpul dan belajar bersama.
Seluruh relawan komite mengabadikan momen bersama sebagai satu keluarga.
“Layaknya tema yang diangkat, yakni: Menyatukan Titik-Titik Cahaya Menjadi Obor, Menautkan Hati Satu Sama Lain, Bersama-sama Menjaga Jalinan Kasih di Dunia. Gathering ini juga ingin menyatukan relawan. Seperti cahaya, kalau cuma satu kan tidak bisa menerangi jalan. Jadi dibutuhkan banyak tenaga. Kita ibarat obor ini, satu titik satu titik ada banyak. Dengan obor yang terang, kita bisa membuka jalan lebih lebar lagi untuk berjalan di jalan Bodhisatwa,” tutupnya.
Editor: Hadi Pranoto