Gathering Pendidikan

Jurnalis : Budianto (Tzu Chi Batam), Fotografer : Budianto, Mutiara (Tzu Chi Batam)
 
 

fotoKetika acara dimulai, relawan Tzu Chi mengajarkan sepatah kata perenungan kepada anak-anak, yaitu selalu memberikan senyuman kepada orang lain jika menginginkan orang lain tersenyum. Tujuannya adalah berharap anak-anak dapat tersenyum kepada setiap orang setiap harinya.

Misi pendidikan Tzu Chi merupakan dasar dari perkembangan jiwa yang tercerahkan. Master Cheng Yen menekankan bahwa untuk menyelamatkan dunia harus dimulai dari menyucikan hati manusia, sementara untuk menyucikan hati harus tergantung pada pendidikan. Pendidikan sangatlah penting bagi setiap orang, terlebih bagi anak muda, karena anak-anak merupakan harapan bagi bangsa. Oleh Karena itu, kita harus menanamkan konsep budi pekerti kepada mereka sejak dini, sehingga masyarakat dapat aman dan sejahtera.

Sejak Kantor Penghubung Batam diresmikan, relawan Batam selalu mengunjungi anak –anak kurang mampu, bahkan memberikan beasiswa kepada mereka yang putus sekolah, sehingga mereka dapat bersekolah kembali. Demi menjalankan konsep budi pekerti dalam masyarakat, maka pada tanggal 11 Juli 2010, Kantor Penghubung Batam mengadakan gathering, dengan mengundang anak-anak yang mendapat beasiswa untuk datang ke Kantor Tzu Chi Batam untuk memberi penjelasan kepada mereka mengenai sejarah Tzu Chi, bagaimana Tzu Chi menggalang dana dari para donatur, dan juga cara untuk berpartisipasi berbuat kebajikan dengan celengan bambu. Ini bertujuan agar mereka dapat menghargai berkah dan belajar dengan baik.

Tepat pukul 9 pagi, sebanyak 21 anak ditemani oleh ibunya mendatangi Kantor Tzu Chi Batam. Ketika masuk, relawan Tzu Chi langsung mengajarkan budi pekerti kepada mereka, seperti membuka sepatu saat masuk dan harus meletakkannya dengan rapi. Kemudian, mereka pun memasuki ruangan kebaktian dengan rapi. Ketika gathering dimulai, terlebih dahulu relawan memperkenalkan celengan bambu kepada semua orang. Melakukan kebajikan setiap hari dengan menyisakan uang jajan dan memasukkannya ke dalam celengan bambu. Dengan demikian, kita sudah bisa membantu orang lain.

foto  foto

Ket : - Anak-anak mendapat banyak pelajaran dari acara hari ini. Selain belajar bisa menghormati orang lain,              juga mendapat pengetahuan tentang daur ulang. Semuanya belajar dengan hati senang.(kiri)
         - Dukman shixiong, relawan daur ulang memberikan penjelasan kepada anak-anak mengenai barang             yang bisa didaur ulang, sehingga mereka mengerti tentang daur ulang. (kanan)

Dimulai dengan Senyum
“Selalu memberikan senyuman kepada orang lain jika menginginkan orang lain tersenyum. Kita harus senyum terlebih dahulu,”kata relawan Tzu Chi mengajarkan kata perenungan kepada anak-anak. Relawan Tzu Chi juga membagikan cermin kepada setiap anak, sehingga mereka dapat melihat wajah sendiri ketika tersenyum— wajah terlihat cantik atau tampan, serta bagaimana bentuk muka kita ketika marah. Jadi, ketika kita marah, kita harus mengingat bahwa wajah kita berubah menjadi jelek dan menyeramkan.

Melalui pembelajaran satu jam ini, anak-anak pun belajar bagaimana untuk saling mendukung, sehingga ketika melihat seorang teman yang kondisi tubuhnya agak susah bergerak, mereka segera mengulurkan tangan. Setelah itu, relawan mengajarkan anak-anak isyarat tangan “Satu Keluarga”. Anak-anak sungguh cerdas, relawan hanya menampilkan sekali, dan mereka sudah mampu menampilkannya kepada relawan dan orang tua.

Melindungi Bumi dengan Mempraktikkan Daur Ulang
Pemanasan global dan perubahan iklim bukanlah masalah pribadi. Inilah saatnya setiap orang melakukan daur ulang. Tahun 1990, Master Cheng Yen mengajak setiap orang untuk melakukan daur ulang dengan tangan yang dipergunakan untuk bertepuk tangan. Dalam kesempatan ini, relawan Tzu Chi Batam juga memberikan penjelasan mengenai daur ulang, sehingga anak-anak mengetahui seriusnya ancaman pemanasan global dan terinspirasi melakukan daur ulang dengan tindakan nyata.

Pertama-tama, Dukman shixiong, relawan daur ulang memperkenalkan barang-barang yang dapat didaur ulang dan yang tidak. Setelah itu, para relawan mengajak anak-anak untuk melakukan daur ulang di posko daur ulang selama 15 menit. Inilah kegiatan daur ulang yang pertama kalinya bagi setiap anak. Saat memilah sampah, para relawan menjelaskan bahwa untuk membuat satu botol plastik harus menghasilkan begitu banyak karbondioksida, sehingga anak-anak diminta untuk membawa botol minuman dari rumah masing-masing. “Jika melihat ada sampah dijalanan harus dipungut dan jangan meremehkan setiap benda yang ada di alam,” kata Dukman. Relawan juga mengajarkan anak-anak untuk menampung air yang digunakan untuk cuci tangan ke dalam ember, karena air ini dapat digunakan untuk menyiram tanaman dan toilet.

foto  foto

Ket : - Setelah anak-anak mendapat pelajaran tentang daur ulang, mereka segera mempraktikannya.               Mereka juga telah mengetahui bagaimana melakukan pemilahan sampah. (kiri)
         - Ketika acara berakhir, Wangi Shijie membagikan bingkisan alat tulis untuk menjalin jodoh dengan              anak-anak, sehingga mereka memiliki alat tulis yang baru. (kanan)

Anak-anak dapat belajar banyak dari kegiatan daur ulang yang singkat ini. Pada akhir acara, Charles dan Novita berikrar untuk mengikuti acara daur ulang pada akhir pekan. Jika tidak masuk sekolah, mereka akan datang membantu di posko daur ulang.

Ketika acara berakhir, relawan juga membagikan bingkisan alat tulis untuk menjalin jodoh dengan anak-anak, sehingga mereka memiliki alat tulis yang baru. Setelah peserta mulai pulang, ibu dari Charles mengucapkan terima kasih kepada relawan Tzu Chi, bahkan menangis karena terharu. Karena ketidakmampuan sang suami, sehingga kehidupan mereka menjadi susah. Ibu dari Charles menghidupi keluarga dengan mencuci pakaian orang lain, sehingga tidak sanggup menyekolahkan anak. Dua anaknya yang laki-laki dan perempuan telah berhenti sekolah selama setahun. Dengan adanya jalinan jodoh dengan Tzu Chi, sehingga mereka dapat kembali ke sekolah. Mereka sangat berterima kasih kepada Tzu Chi atas bantuan yang diberikan dan ingin membalas budi kepada Tzu Chi dengan melakukan daur ulang. Pada sore hari berikutnya, ibu dari Charles membawa sekarung barang daur ulang ke posko daur ulang. Kemudian, ditanyakan oleh relawan darimana asalnya barang ini, dia menjawab kalau memungutnya dari jalan ketika ingin pergi mencuci pakaian ke rumah orang lain.

Acara setengah hari ini tidak hanya menginspirasikan anak-anak, tapi juga memberi inspirasi kepada para orangtua. Kita tentunya berharap semua orang dapat menjalankan kegiatan daur ulang sehingga bumi ini menjadi semakin baik.(diterjemahkan oleh Juniati)

  
 
 

Artikel Terkait

Menyertakan Dharma Dalam Merekam Sejarah

Menyertakan Dharma Dalam Merekam Sejarah

18 Juli 2018
Pada Minggu, 15 Juli 2018, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan Pelatihan bagi relawan Zhen Shan Mei. Kegiatan ini pun diikuti oleh 30 orang relawan.
Banjir Jakarta: Bersih-bersih Jing Si Books & Cafe Pluit

Banjir Jakarta: Bersih-bersih Jing Si Books & Cafe Pluit

29 Januari 2013 Jing Si Books & Cafe adalah pusat pengembangan budaya kemanusiaan Tzu Chi, tempat dimana setiap orang dapat mendalami ajaran Master Cheng Yen serta lebih memahami filosofi Tzu Chi.
Berbagi Penganan Berbuka Puasa di Kapuk Muara

Berbagi Penganan Berbuka Puasa di Kapuk Muara

26 Maret 2024

Salah satu wujud toleransi ditunjukkan relawan Tzu Chi dengan berbagi makanan berbuka puasa kepada warga di Kapuk Muara, Jakarta Utara. Ada 100 paket makanan vegetaris, bubur kacang hijau, dan air mineral. 

Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -