Gathering Relawan 3 in 1
Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Anand Yahya, Hadi Pranoto, Henry Tando (He Qi Utara), Juliana Santy Henry Tando, Koordinator Relawan 3 in 1 He Qi Utara membagikan pengalamannya dalam mengembangkan relawan 3 in 1 di wilayahnya dalam acara Gathering Relawan 3 in 1 Tzu Chi tanggal 16-17 Juli 2011. |
| ||
Gathering ini diadakan oleh yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk mengajak relawan-relawan yang selama ini berkecimpung di bidang dokumentasi kegiatan Tzu Chi atau yang biasa disebut dengan 3 in 1 (video, foto, dan tulisan) untuk berkumpul bersama. Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 16 dan 17 Juli 2011 ini diikuti oleh sekitar 32 peserta yang terdiri dari relawan Jakarta (He Qi Utara, Barat, Timur, dan Selatan), Pekanbaru, Makasar, Singkawang dan Bali. Tujuan dari kegiatan ini yaitu agar dapat mempererat hubungan antar sesama relawan dokumentasi dan memperdalam filosofi tentang Tzu Chi. Divisi 3 in 1 termasuk dalam salah satu misi Tzu Chi, yaitu misi budaya kemanusiaan, oleh karena itu kegiatan ini mengangkat tema Budaya Humanis yang Benar, Bajik, Indah, Menyucikan Hati Manusia. Master Cheng Yen, pendiri yayasan Buddha Tzu Chi adalah relawan 3 in 1 pertama Tzu Chi dan Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia juga menjadi relawan 3 in 1 pertama bagi Tzu Chi Indonesia. Karena itu semua insan Tzu Chi dapat melihat catatan sejarah yang telah dilakukan oleh Tzu Chi dari sejak awal berdiri hingga kini tersebar di 55 negara di dunia.
Keterangan :
Selama gathering ini relawan tidak hanya diajarkan tentang teknik pengambilan video dan foto yang baik, namun mereka juga diajak untuk menyaksikan video mengenai 40 Tahun Budaya Humanis Tzu Chi, hingga memperdalam pengetahuan tentang prinsip Master Cheng Yen mendirikan Yayasan Buddha Tzu Chi. Pada kesempatan ini para relawan dokumentasi dari berbagai wilayah di Jakarta dan Indonesia ini juga saling berbagi pengalaman mereka saat menjalankan misi pencatatan sejarah Tzu Chi. Kesulitan dan kendala apa yang mereka hadapi dan apa saja yang mereka rasakan selama menjadi relawan dokumentasi, dan mereka pun saling berbagi solusi mengenai apa yang sebaiknya mereka lakukan. Bambang Shixiong, relawan dokumentasi asal Singkawang juga berbagi cerita mengenai relawan dokumentasi di Singkawang. Ia menceritakan tentang tantangannya dalam mengembangkan relawan dokumentasi di Singkawang karena kurangnya minat para relawan di sana, namun hal tersebut tak membuatnya patah semangat, ia justru tengah mempersiapkan sejumlah rencana-rencana ke depan agar dapat mengembangkan relawan dokumentasi di daerahnya tersebut. Bambang Shixiong yang sehari-harinya bekerja sebagai seorang wartawan, namun walaupun pekerjaannya tersebut tidak berbeda jauh dengan apa yang dilakukan oleh relawan dokumentasi Tzu Chi, namun ia menemukan hal yang berbeda pada keduanya, karena adanya unsur budaya humanis pada peliputan di Tzu Chi. “Saya berangkatnya dari wartawan, justru sekarang ini saya dari wartawan belajar menjadi relawan, akan lebih baik jika sudah relawan mengembangkan diri menjadi relawan 3 in 1 karena daya tangkap atau kepekaan seorang relawan akan lebih peka dari pada wartawan,” kata Bambang mengungkapkan.
Keterangan :
Menjaga Hati dan Semangat “Menggunakan hati kamu merasakan hati dia, apa yang membuat kamu terharu pasti orang lain juga bisa merasa terharu, waktu turun lapangan yang paling penting adalah kita merasakan,” kata Ji Shou berpesan. Ia juga mengatakan bahwa 3 in 1 adalah bagian yang paling penting bagi Master Cheng Yen untuk mencapai misi-misi Tzu Chi, yaitu menyucikan hati manusia, masyarakat hidup harmonis dan dunia bebas bencana. “Di dalam tim 3 in 1 kita bukan jaga kerja, tetapi kita mesti jaga hati, gimana kita menjaga hati relawan supaya kita mau belajar,” jelasnya. Pada penutupan kegiatan gathering ini, Wakil Pemimpin Umum Majalah dan Buletin Tzu Chi Indonesia Agus Hartono mengatakan bahwa yang terpenting dari gathering ini adalah setiap relawan dapat semakin bersahabat, semakin merasa satu keluarga dan semakin kompak untuk menjalankan misi kemanusiaan. “Tugas kita untuk melanjutkan tongkat estafet ini,” ucapnya. Agus Hartono Shixiong juga menyemangati para relawan agar bersama-sama menjaga agar api (semangat dalam diri relawan - red) tidak meredup, “Jangan putus asa, kita ada di berbagai sudut di Indonesia. Kita punya tugas yang tidak kalah pentingnya. Banyak kegiatan-kegiatan Tzu Chi dan Yayasan Buddha Tzu Chi di Indonesia akan terus berkembang. Jika kita tidak siap (mendokumentasikan), maka sejarah ini akan meluap begitu saja dan tak berbekas,” kata Agus Shixiong menutup kegiatan gathering ini. | |||
Artikel Terkait
Kisah Haru Keluarga Pemulung Penerima Sembako
12 Mei 2020Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 2 memberikan bantuan kepada para Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi). Salah satunya bantuan sembako ditengah pandemi Covid-19.
Suara Kasih: Bahagia dan Tidak Tersesat
02 Agustus 2012 Pada saat berusia 29 tahun, dia didiagnosis menderita penyakit itu. Meski kini sudah berusia 33 tahun, dia sangat berpuas diri, berpengertian, dan hatinya selalu penuh rasa syukur. Kehidupannya sudah berubah. Jadi, di dunia ini, tiada hal yang tak bisa dicapai.Mengenal Sekolah Tzu Chi Indonesia
14 September 2015Pentingnya pendidikan menyeluruh meliputi intelektual serta budi pekerti yang baik diterapkan dalam Sekolah Tzu Chi Indonesia. Hal ini disampaikan dalam Open Day SMP dan SMA Sekolah Tzu Chi Indonesia yang dilangsungkan pada Sabtu, 12 September 2015 di Sekolah Tzu Chi Indonesia, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.