Gempa Aceh: Kehangatan di Tengah Bencana

Jurnalis : Cin Cin (Tzu Chi Medan), Fotografer : Lynda Susanto (Tzu Chi Medan)
 
 

fotoRelawan Tzu Chi yang berasal dari Lhokseumawe (Aceh) dan Medan (Sumatera Utara) memberikan bantuan kepada para korban gempa di Aceh (Kab. Aceh Tengah dan Kab. Bener Meriah).

Pada tanggal 4 Juli 2013, relawan Tzu Chi Medan  berangkat dengan membawa bantuan untuk bergabung dengan relawan di Lhokseumawe dan Banda aceh.  Tanggal 5 Juli 2013, pukul 04.00 WIB, sebanyak 36 relawan berangkat dari Lhokseumawe menuju ke lokasi gempa di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah. Sebelumnya, pada tanggal 2 Juli 2013 terjadi gempa di Aceh yang mengakibatkan kerusakan bangunan perumahan dan rumah ibadah, bahkan menelan korban jiwa. Total kerusakan mencapai 80%. Rumah dan bangunan yang menjadi korban gempa ini pada umumnya sudah tidak aman dan layak ditempati lagi.

Sebagai perwujudan cinta kasih, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia memberikan bantuan berupa  276 helai selimut, 1600 buah sarung, 250 kg gula, 5.100 kg beras, 240 liter minyak goreng, 200 dus air mineral (botol), 360 bungkus biskuit, 50 buah baju, 3 goni baju layak pakai untuk sekitar 700 keluarga warga korban gempa di Aceh.

Perhatian yang Menyentuh
Rapiah (67 tahun) warga Desa Lot, Kecamatan Berkala, Kabupaten Aceh Tengah, ketika terjadi gempa sedang berada di dalam rumah bersama cucunya yang sedang tidur. Rumah yang ia tempati runtuh seketika. Meski sempat panik, akhirnya ia berhasil keluar melewati jendela rumah sambil membawa cucunya. Ia sangat berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi, atas perhatian dan bantuan yang diberikan.

foto    foto

Keterangan :

  • Pada tanggal 4 Juli 2013, relawan Tzu Chi Medan berangkat dengan membawa bantuan untuk bergabung dengan relawan di Lhokseumawe dan Banda aceh (kiri).
  • Akibat gempa ini, banyak bangunan perumahan dan rumah ibadah yang sudah tidak aman dan layak dihuni lagi. Gempa juga menimbulkan banyak korban jiwa (kanan).

Darni (23 tahun) warga Desa Buter, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, terperangkap di dalam reruntuhan rumahnya bersama anaknya Jihan Septiana yang berusia 21 bulan, yang kemudian berhasil diselamatkan tukang kebun yang kebetulan sedang melintasi depan rumahnya. Mariyanto, suami dari Darni mengucapkan  banyak terimah kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi, yang datang memberikan perhatian kepada keluarganya yang berhasil selamat dari maut, dan  ini merupakan bantuan  pertama kali yang beliau terima setelah terjadi gempa.

Sekitar pukul 19.00 WIB, di Desa Buter Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, di tengah suasana yang mulai gelap dan udaranya mulai dingin, terjadi gempa susulan saat relawan Tzu Chi akan memberikan bantuan kepada para warga. Dengan menyelimuti beberapa ibu-ibu lansia, seketika  suasana haru ‘menyelimuti hati’ para ibu-ibu lansia. “Walaupun selimut ini kelihatannya tipis, tetapi sangat hangat ketika berada di tubuh, kami sangat berterima kasih atas bantuan dan perhatian yang diberikan kepada kami,” kata salah seorang lansia haru. 

foto   foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi berinteraksi dan memberi perhatian kepada para korban gempa di pengungsian (kiri).
  • Kehangatan yang dirasakan para pengungsi bukan hanya berasal dari selembar selimut, tetapi dari rasa cinta kasih yang tulus dari para relawan (kanan).

Tagore (60 tahun), mantan Bupati Bener Meriah, mendapat kabar bahwa Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia memberikan bantuan untuk korban gempa di Aceh, beliau segera ikut menjadi relawan Tzu Chi di Aceh, dengan membantu menyediakan alat transportasi untuk menuju ke daerah-daerah yang sulit dijangkau (Desa Cang Duri, Kecamatan Ketol).

Informasi yang diterima dari warga setempat, masih ada 2 desa yang belum dapat dijangkau hingga saat ini, yaitu Desa Serempah dan Desa Kala Ketol, yang tertimbun longsoran gunung, yang sampai saat ini evakuasi masih berlangsung, sehingga belum diketahui berapa jumlah korban jiwa. Nilai kehidupan manusia terletak pada bagaimana manfaatnya bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Jika setiap orang dapat bersatu hati dan berwelas asih kepada sesama maka kehidupan pun akan harmonis dan dipenuhi sukacita bersama.

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih : Berjalan di Jalan Kebenaran

Suara Kasih : Berjalan di Jalan Kebenaran

28 Februari 2011 Bagaimanapun, semuanya bergantung pada pikiran. Sesungguhnya hal ini tak sulit dilakukan. Bila kita memiliki tekad yang teguh dan mulai mengambil tindakan, maka segalanya tak akan terasa sulit.
Selamat Jalan Ajun Shixiong

Selamat Jalan Ajun Shixiong

23 Agustus 2010
Hari Senin 2 Agustus 2010, sekitar jam 11 siang terdengar kabar dukacita dari kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Medan. Kabar yang sungguh membuat orang terkejut.
Pekan Amal Tzu Chi 2018: Sekali Mendayung, Dua Tiga Pulau Terlampaui

Pekan Amal Tzu Chi 2018: Sekali Mendayung, Dua Tiga Pulau Terlampaui

23 April 2018
Anne Djasa, Dewi Janti, dan beberapa temannya memborong berbagai kebutuhan pokok di Pekan Amal Tzu Chi. Bukan untuk keperluan pribadi, bahan-bahan pokok yang dibeli itu mereka salurkan ke panti jompo. Bagaikan peribahasa sekali mendayung dua tiga tiga pulau terlampaui. Dalam satu kali berbuat kebaikan, mereka sekaligus memberikan manfaat ke banyak tempat.
Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -