Gempa Aceh: Kehangatan Kasih untuk Korban Gempa

Jurnalis : Beby Chen (Tzu Chi Medan), Fotografer : Soit (Tzu Chi Medan)
Salah satu korban gempa Aceh, Firna Sari mendapat perhatian dan dukungan moril dari relawan Relawan Tzu Chi Medan.

Memasuki hari kedua baksos tanggap darurat bencana gempa Aceh, Sabtu, 10 Desember 2016, 17 Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Cabang Medan, 8 relawan Tzu Chi Lhokseumawe, 6 relawan Tzu Chi Bireuen, dan 3 tim medis TIMA Tzu Chi Medan, kembali melanjutkan kegiatan penyaluran bantuan kepada korban bencana di Aceh bagian utara khususnya Kabupaten Pidie Jaya, Pidie, dan Bireuen.

Sebelumnya pada 9 Desember 2016, diadakan baksos tanggap darurat bagi korban gempa Aceh. Sebanyak  31 operasi dilakukan di RSUD Tgk. Chik Ditiro Sigli dan tim medis Tzu Chi Medan menangani 5 kasus operasi sampai malam hari. Sebagian tim medis telah kembali menuju ke Medan dan pada hari kedua ini terdapat 3 Tim Medis dan 11 relawan Tzu Chi Medan yang melanjutkan perjalanan menuju ke tiga balai kesehatan posko peduli bencana Aceh yakni Puskesmas Cubo di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya, Posko Kesehatan Klinik Permata di Pidie Jaya, dan RSU dr. Fauziah di Bireuen untuk menyalurkan perlengkapan medis, penanganan medis secara langsung dan pemberian perhatian para relawan kepada korban bencana gempa. Adapun perlengkapan medis yang disalurkan ke 3 tempat balai kesehatan posko peduli bencana gempa Aceh tersebut berupa infus NaCl, Infus Ringer Laktat, Polygyp, pembalut, pampers, tongkat baru, kursi roda, dan beberapa perlengkapan medis lainnya.

Perhatian tim medis dan Relawan Tzu Chi di Tiga Tempat Balai Kesehatan

Perjalanan pertama dimulai dengan menuju ke RSUD dr. Fauziah, Bireuen. Kedatangan tim medis dan relawan Tzu Chi disambut hangat oleh Mukhtar selaku Direktur RSUD dr. Fauziah, Bireuen. Ia menjelaskan terdapat 49 korban bencana yang terdata sampai saat ini dengan rincian 32 pasien yang masih dirawat inap, 14 pasien rawat jalan, 2 pasien meninggal, 1 pasien telah dilanjutkan ke RS Pidie Jaya. Sampai saat ini tenaga medis disana masih tercukupi. Para relawan Tzu Chi dan Tim Medis Tzu Chi Medan diberi kesempatan untuk mengunjungi korban bencana gempa yang masih dirawat inap di rumah sakit tersebut khususnya di ruangan Neurologi, Orthopedi dan THT. 

Relawan dan tim Medis Tzu Chi Medan bahu-membahu menurunkan peralatan medis dan obat-obatan di RSUD dr. Fauziah, Bireuen.

Beberapa pasien korban bencana gempa adalah mahasiswa yang sedang mendalami ilmu agama di Pesantren Dayah Mudi Mesra. Saat para relawan dan tim dokter TIMA Tzu Chi Medan memberikan perhatian, seorang santri bernama Firna Sara berusia 18 tahun berbagi kisah saat terjadinya gempa, dirinya terlempar dari tempat tidur bertingkat dua yang seketika jatuh yang mengakibatkan tangan sebelah kirinya terkilir dan bibir bagian atas koyak.

Relawan Tzu Chi Medan juga menemui Marjani M. Daud, seorang ibu berusia 31 tahun yang mengalami patah tulang kaki kirinya dan tulang pinggul retak akibat tertimbun runtuhan tembok demi melindungi anaknya. “Saya rela tertimbun batu daripada saya keluar dari rumah tanpa anak saya”, ujar Marjani dengan tetesan air mata saat berbagi kisah dengan para relawan. Walaupun Marjani menderita luka yang serius, ia amat bersyukur anaknya tidak mengalami luka sedikitpun. Marjani sendiri pascaoperasi saat ini dalam perawatan di ruang Orthopedi RSUD dr. Fauziah, Bireuen.

Seperti himbauan Master Cheng Yen, setiap ada bencana, para relawan Tzu Chi terjun langsung ke dalam masyarakat untuk meringankan penderitaan dengan memberikan perhatian kepada korban bencana baik materi maupun moril. Karena korban bencana bukan saja kehilangan materi tetapi batin mereka sedang mengalami trauma. Bukan hanya 30% sakit pada tubuh mereka, melainkan 70% pada batin mereka, sehingga perhatian para jubah putih (tim Medis Tzu Chi Medan) dan para relawan Tzu Chi Medan sangat dibutuhkan untuk mengembalikan semangat dan senyuman mereka.

Serah terima secara simbolis perlengkapan medis dan obat-obatan dari Tzu Chi Medan kepada pihak RSUD dr. Fauziah, Bireuen.

Setelah selesai di RSUD dr. Fauziah, Bireuen, perjalanan tim medis dan relawan Tzu Chi Medan dilanjutkan menuju ke Puskesmas Cubo di Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya dengan jarak 85 km yang ditempuh selama 1 jam 40 menit. Setibanya di Puskesmas Cubo, para relawan disambut hangat oleh para pengurus puskesmas.

Di desa ini telah dibangun 3 posko yang berdekatan dengan Puskesmas Cubo untuk menampung para korban gempa. Para korban bencana gempa berada di posko bertenda yang letaknya di ruangan terbuka, sehingga mereka rentan dengan udara dingin dan mudah menjadi sakit.

Salah satu dokter TIMA (Tzu Chi International Medical Association) Tzu Chi Medan, dr. Ratna Zahara, M.Kes langsung memberikan pelayanan medis kepada masyarakat setempat di puskesmas tersebut. Tidak hanya di puskesmas tersebut, bersama relawan Tzu Chi Medan, dr. Ratna Zahara juga datang langsung ke posko bantuan mengunjungi warga korban gempa yang tidak leluasa untuk datang langsung ke puskesmas.

Salah satu relawan Tzu Chi Medan yang menjadi relawan Zhen Shan Mei juga ditugaskan untuk Guan Huai (pemerhati) para korban bencana gempa, relawan tersebut juga membagikan permen kepada anak-anak pengungsi korban bencana gempa di posko tersebut dan mengajak mereka bersama-sama menyanyikan lagu daerah Aceh yang berjudul “Bungong Jeumpa”. Beberapa relawan di lapangan juga menghibur anak-anak di sana dengan membagikan susu cair, memberikan kuis matematika berupa penjumlahan, dan memberikan hadiah bagi yang bisa menjawab dengan cepat.

Relawan Tzu Chi Medan memberikan susu cair dan menghibur anak-anak di posko pengungsian korban gempa Aceh.

Ibrahim, selaku kepala Puskesmas Cubo mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Cabang Medan dan para tim medis TIMA Tzu Chi Medan karena mau datang dan memberikan bantuan berupa obat-obatan medis, perhatian tulus kepada warga, karena bantuan tersebut bermanfaat bagi korban bencana gempa.

Setelah makan siang, tim medis dan relawan Tzu Chi Medan berpindah menuju ke Klinik Permata Pidie Jaya, yang juga merupakan posko kesehatan untuk korban bencana gempa. Tengku Dian pemilik klinik tersebut mengucapkan terima kasih atas dukungan obat-obatan medis yang diberikan oleh relawan Tzu Chi Medan .

Bersumbangsih Penuh Dengan Sukacita

Pada kegiatan baksos tanggap darurat gempa Aceh ini, tim Medis TIMA Tzu Chi Medan dikoordinator langsung oleh Dr. Irwanto Phen, SPOG dan Dr. Manan, SPOT.  Untuk relawan Tzu Chi Medan langsung dikoordinir oleh Alice Wijaya yang merupakan salah satu relawan Tzu Chi Medan, beliau merasakan sukacita melihat kebersamaan para relawan dalam bersumbangsih. “Semoga yang terkena bencana segera sembuh dan jangan ada lagi bencana,” ungkapnya.

Relawan Tzu Chi Medan, Alice Wijaya dan tim medis TIMA (Tzu Chi International Medical Association), dr. Ratna Zahara M.Kes memberikan perhatian dan dukungan moril kepada korban gempa Aceh.

Bukan hanya menyumbangkan tenaga, salah seorang tim medis TIMA Tzu Chi Medan, Drg. Eddy A Ketaren Sp.BM juga turut menyumbangkan dana amal untuk bakti sosial tanggap darurat korban bencana Aceh. Kegiatan tanggap darurat korban bencana gempa di Aceh bagian Utara yang dimulai pada 8-11 Desember 2016 membawa rasa kebahagiaan yang penuh dengan sukacita karena bisa membantu dan meringankan penderitaan sesama.

Bukan seberapa banyak materi yang telah diberikan kepada para korban bencana gempa Aceh, melainkan para relawan Tzu Chi Medan dan Para Tim Medis TIMA Tzu Chi Medan telah memberikan cinta kasih yang universal bagi sesama yang terukir di hati para korban bencana gempa.

“Yang terindah di langit adalah bintang-bintang bergemelapan, sedangkan yang terindah dalam hidup adalah kehangatan kasih sayang”. Kata Perenungan Master Cheng Yen ini adalah cerminan dari apa yang dilakukan relawan Tzu Chi yang memberikan kasih sayang dalam bentuk perhatian dan senyum sehingga korban gempa merasa terharu dan bersemangat kembali untuk menjalankan hidup. Pedampingan yang dilakukan oleh relawan dengan tulus dan berprinsipkan Satu Keluarga menghilangkan segala jarak, walaupun relawan dan korban gempa baru pertama kali bertemu.


Artikel Terkait

Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -