Baksos Kesehatan Tahap 2 diselenggarakan di Kampung Maleber, Des. Ciherang, Kec. Pacet, Kab. Cianjur. Baksos ini bertujuan untuk memperhatikan kondisi kesehatan para pengungsi yang masih enggan kembali ke rumahnya.
Setelah hampir dua minggu pascagempa yang mengguncang Kab. Cianjur pada 21 November 2022 lalu, banyak warga masih enggan kembali ke rumahnya pasalnya gempa susulan kerap kali terjadi. Warga pun terpaksa menetap di posko pengungsian sehingga berbagai peyakit mulai menyerang mereka. Saat ini, selain luka akibat gempa, tidak sedikit warga mengalami penyakit seperti batuk, flu, dan permasalahan gangguan kesehatan lainnya.
Kondisi ini mengundang keprihatinan relawan Tzu Chi dan Tzu Chi International Medical Association (TIMA) dari Jakarta dan Bandung yang kemudian kembali mengadakan baksos kesehatan umum pada Sabtu, 3 Desember 2022 di Kampung Maleber, Des. Ciherang, Kec. Pacet, Kab. Cianjur, Jawa Barat. Sebelumnya Tzu Chi bersama Kementerian Pertahanan RI juga telah mengadakan baksos kesehatan di Taman Prawitasari (lokasi pengungsian) pada 24 November 2022 lalu.
Baksos kali ini rencananya akan digelar hingga 5 Desember 2022 mendatang dengan target 1.000 warga. Ada sebanyak 35 tim medis Tzu Chi Jakarta dan Bandung yang terjun langsung untuk melakukan baksos kali ini.
Tjiu Bun Fu, koordinator pelaksanaan baksos kali ini menuturkan Kampung Maleber ini menjadi salah satu tempat pengungsian yang jauh dari fasilitas kesehatan.
“Kami mengadakan baksos kesehatan umum di sini setelah berkodinasi dengan Kostrad (Yon Bekang 1 Kostrad TNI AD). Di sini belum tersentuh untuk bantuan kesehatannya. Kami melayani lebih dari 1.000 orang warga di sini,” kata Tjiu Bun Fu, relawan Tzu Chi Jakarta yang menjadi koordinator baksos kesehatan ini. Baksos kesehatan ini direncanakan berlangsung hingga 5 Desember 2022 mendatang.
Tak hanya di satu lokasi, baksos ini juga akan dilaksanakan di tempat lain, yakni di Kampung Ciputri pada 6 hingga 8 Desember 2022. “Kampung Ciputri juga merupakan daerah yang memerlukan layanan kesehatan ini,” tambah Tjiu Bun Fu.
Memanfaatkan Kemampuan Diri untuk Bantu Sekitar
Adanya baksos kesehatan ini dirasakan sangat membantu para warga yang membutuhkan pengobatan selama berada di pengungsian. “Bagus ada baksos (kesehatan) ini karena kita di sini jauh dari fasilitas kesehatan, apalagi di pengungsian banyak yang sakit ya,” ungkap Santi Apianti, warga sekitar sekaligus Kepala Sekolah Paud Lokatmala Maleber.
Santi Apianti (kerudung merah) tengah melakukan trauma healing kepada anak-anak yang terdampak gempa ini.
Santi menceritakan saat gempa terjadi ia tengah melaksanakan tugas kuliah dan tugas sebagai guru di Paud. Ia langsung menyelamatkan ketiga anaknya yang sedang bermain di kamar. “Anak saya kembar, satu di kamar saya, satu di atas sama anak bungsu saya. Ceu-ceu (kakak) saya langsung bawa mereka keluar, rumah lantai atas itu yang parah untungnya reruntuhannya tidak mengenai anak saya,” cerita Bubu, sapaan akrab Santi.
Meski turut menjadi korban terdampak gempa ini, rasa kepedulian Santi terhadap anak-anak tak terbantahkan. Di pengungsian ia mendapingi anak-anak yang menjadi korban. “Karena saya di Pendidikan Anak Usai Dini (PAUD), saya melihat anak-anak yang trauma karena kejadian ini. Seperti ada anak didik saya takut ketika mendengar suara mirip mobil gitu, dia menggigil ketakutan,” ceritanya.
Dokter Santy salah satu Tim Medis Tzu Chi mengatakan warga banyak yang mengalami batuk dan flu selama di pengungsian karena faktor cuaca.
Keprihatinan itu menggugah hati Santi, ia akhirnya membuka bimbingan konseling untuk anak-anak yang trauma akan kejadian gempa. Salah satunya membuka pojok baca agar anak-anak di pengungsian lupa akan apa yang sudah terjadi pada mereka.
“Hari kamis (24 November) saya membuka trauma healing untuk anak-anak dan ternyata banyak banget anak-anak yang ikut. Saat itu ada sekitar 200 anak yang mengikuti trauma healing ini, dibantu sama beberapa relawan dan menyiapkan makanan, anak-anak suka,” pungkas Santi Apianti.
Editor: Metta Wulandari