Gempa Jepang: Doa dari Indonesia
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Anand Yahya Sebagai bentuk keprihatinan dan kepedulian kepada para korban gempa dan tsunami di Jepang, Selasa 15 Maret 2011, diadakan doa bersama yang dilakukan oleh para staf Tzu Chi dan DAAI TV di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. |
| ||
Para peserta dengan khusyuk berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. "Doa bersama ini kita lakukan sebagai wujud keprihatinan kita semua dan juga sesuai dengan anjuran Master Cheng Yen yang mengajak seluruh insan Tzu Chi di dunia untuk berdoa, berniat tulus, dan berbuat kebajikan untuk menghapus bencana di dunia ini," kata Suryadi, Head Division Training Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Keprihatinan Master Cheng Yen
Keterangan :
Pada tanggal 11 Maret 2011 , pukul 14.16 waktu setempat, di lepas pantai timur laut Jepang terjadi gempa dahsyat berkekuatan 8 , 9 skala Richter. I ni adalah gempa terbesar dalam sejarah Jepang. Gempa menimbulkan tsunami setinggi 10 meter, gelombang raksasa menyapu prefektur Iwate, prefektur Miyagi, prefektur Fukushima, prefektur Ibaraki dan kota Sendai. Dari laporan media dapat kita saksikan bagaimana gelombang tsunami menggulung kapal-kapal, bagaikan dinding air raksasa yang mendorong dengan cepat beberapa kilometer ke arah daratan, gelombang raksasa ini menghanyutkan kapal, mobil, dan sisa bangunan rumah, juga menghancurkan lahan pertanian dan perdesaan. Kebakaran besar yang disebabkan tsunami bahkan merambat sampai beberapa kilometer, warga penduduk di sekitar dua unit pembangkit tenaga nuklir juga segera diungsikan, media melaporkan kalau korban jiwa telah melebihi seribu orang dan masih ada ribuan orang lagi belum diketahui nasibnya, korban jiwa dan kerugian materi sungguh sulit diperkirakan. Dampak tsunami bukan saja menimpa Jepang, Pusat Peringatan Tsunami Pasifik juga memberikan peringatan tsunami terhadap lebih dari 20 negara, diantaranya adalah Indonesia, Filipina, pantai barat Amerika Serikat, Hawai, Kanada, Amerika Tengah dan Selatan, serta Taiwan. Para staf di bagian Kerohanian segera memberitahukan para relawan dan warga di daerah pesisir agar menjauh dari pantai dan meningkatkan kewaspadaan. Kantor Pusat Tzu Chi juga menghubungi beberapa unit transportasi untuk menaruh perhatian pada jalur-jalur transportasi sepanjang pesisir dan langkah-langkah pencegahan; pada saat bersamaan juga mengingatkan semua orang agar meningkatkan kewaspadaan, melakukan langkah pencegahan terhadap terjangan tsunami. Beruntung sekali Taiwan dan wilayah lain tidak terpengaruh oleh dampak tsunami, maka kita harus bersyukur, terlebih lagi harus mawas diri dan berhati tulus.
Saya terus berkata, "Tidak ada waktu lagi, tidak ada waktu lagi!" Laju keruntuhan bumi benar-benar sangat mengkhawatirkan! Sejak awal tahun 2011 sampai sekarang, di seluruh dunia secara sambung menyambung terjadi banjir besar Australia, tanah longsor di Brasil dan Bolivia, gempa lapisan dangkal di Selandia Baru, letusan gunung berapi di Filipina, gempa bumi di Yunnan Tiongkok, sekarang terjadi gempa dan tsunami terbesar dalam sejarah Jepang. Bencana alam sudah demikian sering terjadi, maka semua orang mesti meningkatkan kewaspadaan, mawas diri dan berhati tulus; terlebih lagi harus bertobat secara mendalam dan sadar sepenuhnya! Satu jam pasca gempa Jepang, Kantor Pusat Tzu Chi di Hualien Taiwan segera mendirikan Pusat Komando Bantuan Bencana. Pada tanggal 11 Maret 2011 pukul 17.40 waktu setempat di Jepang, Kantor Pusat telah berhasil melakukan konferensi video dengan Kantor Cabang Tzu Chi Jepang, insan Tzu Chi Jepang melaporkan bahwa mereka semua berada dalam kondisi selamat, melalui gambar dalam sambungan jaringan maya, saya dapat merasakan keterkejutan dan ketidaktenangan insan Tzu Chi Jepang. Ketika terjadi gempa di lepas pantai timur laut Jepang, kota Tokyo yang berada sejauh 400 kilometer lebih juga merasakan guncangan berkekuatan 5,0 skala R ichter , bahkan ketika sedang melakukan konferensi video masih juga terjadi gempa susulan tanpa henti di sana, untungnya semua orang selamat. Karena kereta bawah tanah Tokyo dihentikan, banyak dari warga Tokyo terpaksa berjalan kaki; gempa susulan terus terjadi, lalu lintas macet parah, batin semua orang diliputi kepanikan. Insan Tzu Chi Jepang segera memobilisasi diri, menyediakan air minum dan tempat menginap sementara, memberikan bantuan tepat waktu bagi warga kota yang sedang diliputi kecemasan. Para penumpang pesawat udara asal Taiwan yang berada di Jepang, dikarenakan jadwal pesawat dibatalkan atau tidak berhasil mendapatkan penginapan, insan Tzu Chi Jepang memberikan informasi yang dibutuhkan, membantu mereka menemukan hotel untuk menginap atau pulang ke Taiwan. Kantor Cabang Tzu Chi Jepang akan mengadakan penggalangan hati cinta kasih dan penggalangan dana, serta persiapan kartu debit untuk membantu warga korban melewati masa-masa sulitnya. Kantor Pusat Tzu Chi telah mempersiapkan beberapa puluh ton nasi instan dan puluhan ribu helai selimut tebal untuk dikirim ke Jepang untuk membantu para korban. Saya terus berkata, "Ketika bencana semakin besar, hati cinta kasih yang dibutuhkan juga semakin besar. Saya berharap setiap orang terbangkitkan hati cinta kasih untuk membantu warga korban di Jepang dalam melalui bencana abad ini." Kelangsungan kehidupan bumi, keselamatan dunia dan nasib umat manusia saling terkait satu sama lainnya. Gempa dan tsunami kali ini memberi dampak pada lebih dari 20 negara, maka setiap orang harus senantiasa mengingatkan diri sendiri. Bencana tidak membeda-bedakan batas-batas negara, kaya atau miskin, ras dan jenis benda, seluruh bumi adalah sebuah bentuk kehidupan bersama. Kita harus senantiasa menjaga kebersihan barang daur ulang sejak dari awalnya, menghargai sumber daya alam terbatas dan berharga yang diberikan oleh bumi pertiwi; dengan menerapkan pelestarian lingkungan, menyayangi benda dan mengurangi emisi gas rumah kaca; juga harus bervegetarian. Pada saat nyawa hewan dijagal oleh umat manusia, bukankah pada saat bersamaan juga mendatangkan malapetaka maha besar bagi umat manusia! Pemeliharaan hewan ternak akan menambah bahaya kerusakan pada bumi dan meningkatkan gejala pemanasan global. Ini semua disebabkan oleh nafsu mulut dan kemelekatan pada nafsu materi yang menciptakan masalah besar bagi kesinambungan kehidupan umat manusia. Pada tahun 2011, saya berharap dapat menggerakkan pertobatan besar pada diri insan Tzu Chi sedunia, hal ini sebagai himbauan demi menghadapi bencana yang semakin sering terjadi di dunia ini, serta batin manusia yang terus dikacaukan oleh nafsu keserakahan. Ketika bencana besar yang menggemparkan dunia terus terjadi, hanya dapat dihadapi dengan setiap orang bervegetarian setulus hati dan melakukan pertobatan besar, sadar kalau nafsu keserakahan tanpa batas dari umat manusia ini yang menciptakan sumber penderitaan umat manusia; batin sadar dan jernih barulah merupakan jaminan demi keberlangsungan bumi ini. Dari itu, setiap orang harus bertindak nyata dalam menghargai keberkahan dan menyayangi benda, menyucikan batin sendiri, serta terjun ke dalam masyarakat untuk memberi manfaat pada orang banyak, barulah bencana dan malapetaka dapat dijauhkan. Sekarang ini dunia sudah kotor dan kebenaran tidak jelas lagi, jalan kebijaksanaan di dunia sudah gelap tanpa cahaya. Jika ingin membersihkan jalan gelap ini, satu-satunya cara adalah dimulai dengan membersihkan sebersit niat pikiran. Dalam batin setiap orang ada sebuah cermin yang sangat bulat dan sangat bersih, setiap orang memiliki kebijaksanaan bagai cermin, hanya saja sudah tertutupi oleh ketidak tahuan. Maka setiap orang harus bertobat secara mendalam agar ketidaktahuan dan kegelapan dapat dihilangkan, membuat cermin kembali bersinar, inilah membuka pintu maha kebijaksanaan. Setiap bencana merupakan kesempatan bagi kita untuk menyadarkan diri. Gempa dahsyat dan tsunami besar di lepas pantai timur laut Jepang kali ini merupakan kesempatan emas bagi semua orang untuk kembali pada hati yang semula suci dan menerapkan pelestarian lingkungan secara nyata; membuat umat manusia sadar kalau menjaga kebersihan barang daur ulang dari awalnya merupakan sebuah perwujudan cinta kasih universal tanpa pamrih. Hati cinta kasih ini sangat cemerlang bagai akhlak Sang Buddha; akhlak Sang Buddha bagai cahaya mentari dan rembulan, tidak gentar pada kegelapan. Tak peduli kalau bencana telah membawa kegelapan pada alam, asal ada cahaya mentari dan rembulan, kegelapan tentu dapat dihilangkan dan dunia menjadi terang kembali untuk menghidupi segala makhluk. Saya berharap insan Tzu Chi dengan cahaya me n tari dan rembulan dari akhlak Buddha dapat mengubah kegelapan menjadi terang, mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, serta mengubah kebingungan menjadi cinta kasih penuh kebijaksanaan. Bila satu tempat tertimpa kesusahan, segala pelosok datang mengulurkan bantuan. Saya berharap insan Tzu Chi sedunia dan warga masyarakat yang berhati cinta kasih dapat menghargai keselamatan diri sendiri sekarang ini, mau berdoa setulus hati demi warga korban di Jepang, memulai tekad dan langkah welas asih untuk menggalang hati jernih dari setiap orang dan menggalang hati cinta kasih dari setiap orang. Dengan segenap kemampuan memberikan uluran tangan agar warga korban segera terlepas dari kondisi sulit dan berhasil memulihkan kondisi rumah masing-masing dalam waktu sesingkat mungkin. Semoga kita dapat menghimpun cinta kasih seluruh umat manusia, sama-sama menciptakan kesucian, kesejahteraan dan kebahagiaan yang langgeng bagi seluruh umat manusia. Saya mengucapkan terima kasih atas sumbangsih tanpa pamrih dan hati cinta kasih dari para Bodhisatwa dan para dermawan sekalian, saya berdoa dengan tulus agar semua orang dikaruniai keselamatan dan kesejahteraan, berhasil memupuk berkah dan kebijaksanaan! Hormat saya, | |||