Gempa Jepang : Makanan Hangat untuk Warga

Jurnalis : Chen Yi Jun, Fotografer : Chen Wei Quan
 

fotoPara relawan Tzu Chi pada 16 Maret memasuki daerah bencana terparah di kota Oarai, Ibaraki. Mereka memasak makanan hangat untuk para korban gempa dan tsunami.

Tanggal 16 Maret 2011 relawan Tzu Chi memasuki daerah terparah yang dihantam gempa dan tsunami di Jepang, memberikan perhatian yang tulus untuk para korban bencana. Sebanyak 18 relawan Tzu Chi Jepang masuk ke daerah bencana di Kota Oarai, Ibaraki. Mereka memasak hampir seribu porsi nasi kari untuk menghangatkan tubuh dan batin para korban, membuat para korban terharu dan meneteskan air mata. Selanjutnya relawan akan tetap menyediakan makanan hangat, dan memberi perhatian kepada para korban.

Dalam Cuaca yang Sangat Dingin Para Korban Tetap Tertib
Sejak tanggal 11 Maret terjadi gempa dan tsunami di Jepang, Yayasan Buddha Tzu Chi sejak hari pertama terus berusaha dan aktif mencari jalan agar bisa masuk ke daerah bencana untuk memberi bantuan. Setelah pada 15 Maret melakukan survei, relawan mendapatkan izin dari pemerintah daerah setempat untuk masuk ke daerah bencana memberi bantuan berupa makanan hangat bagi para korban.

Tanggal 16 jam 7 pagi, relawan Tzu Chi langsung berangkat menuju lokasi bencana. Relawan menyiapkan nasi kari yang paling disukai orang Jepang, air besih akan disediakan oleh pasukan bela diri setempat. Sebelum berangkat, relawan terlebih dulu menyiapkan bahan-bahan makanan dan kompor gas, juga telah lebih dulu mematangkan bahan-bahan masakan seperti kentang, wortel dan lainnya, sehingga ketika tiba di lokasi tinggal memasak dengan bubuk kari dan langsung bisa dikonsumsi. Relawan Chen Jin Fa berkata, “Kami dengan kecepatan yang tercepat dan cara yang paling mudah menyelesaikannya, juga meminimalkan beban terhadap pemerintah setempat.”

Chen Jin Fa juga mengatakan, saat kegiatan pembagian makanan hangat cuacanya dingin dan angin bertiup sangat kencang. Pembicaraan antar relawan saja sulit terdengar kata-katanya. Meski dijadwalkan pada jam 12.30 siang baru mulai dilakukan pembagian, tetapi para korban sejak jam 11 pagi sudah berdatangan menunggu di lokasi. Walau berdiri menunggu di cuaca yang sangat dingin ini, mereka tetap tertib.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi Jepang di Pusat Budaya Oarai menyediakan makanan hangat bagi para korban. Sebelum pembagian dimulai, relawan Tzu Chi mengajak para korban berdoa dengan tulus. (kiri)
  • Walau tidak mengerti lirik lagunya, tetapi melodi yang mengharukan dan penjelasan dari relawan membuat suasana menjadi sangat mengharukan, bahkan ada berapa warga yang tidak bisa menahan air matanya. (kanan)

Sebelum pembagian, Chen Jin Fa mewakili Tzu Chi memberikan ucapan sambutan. Dia menyampaikan keprihatinan Master Cheng Yen dan juga doa dari seluruh insan Tzu Chi di dunia. Kemudian dia mengajak para hadirin untuk menyanyikan lagu doa, dan menjelaskan kepada para korban, “Walau kalian tak mengerti lirik lagunya, tetapi isinya semua adalah memohon kesehatan, keselamatan, dan kesejateraan kalian semua.” Walau cuacanya dingin, tetapi suasana di lapangan terasa hangat dan mengharukan.

Pada tanggal 15 relawan Tzu Chi Jepang telah datang ke Oarai, Ibaraki untuk survei ke lokasi bencana. Jarak antara Oarai dan timur laut Tokyo sekitar 130 km. Butuh waktu sekitar 2 jam lebih dengan berkendaraan. Ini adalah kota kecil di pinggiran laut, dan telah diterjang tsunami. Saat relawan datang ke lokasi bencana, mereka menemukan rumah warga kemasukan air. Setelah air surut, banjir ini menyisakan banyak pasir dan lumpur. Walau listrik sudah pulih, dan sebagian warga juga telah kembali ke rumah, tetapi air dan gas belum pulih. Warga tidak dapat memenuhi kebutuhan makan mereka sendiri, mereka berharap bisa ada bantuan makanan hangat untuk mereka.

Jepang setelah dilanda bencana, sangat kekurangan barang dan material, termasuk bensin dan bahan makanan juga tidak mudah didapat. Para insan Tzu Chi dengan mengatasi berbagai kesulitan akhirnya bisa mengatarkan makanan hangat ke tangan para korban bencana, berharap sesuap nasi yang hangat setelah ditelan ke dalam perut akan dapat menghangatkan hati yang tidak tenang setelah terkena bencana. (Sumber: www.tzuchi.org.tw, 16 Maret 2011, diterjemahkan oleh Lio Kwong Lin )

  
 

Artikel Terkait

Menapak Jalan Menuju Masa Depan

Menapak Jalan Menuju Masa Depan

14 Agustus 2009 Aslinda sehari-hari lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Kakak tertua Nova belum lama menyelesaikan akademi dan sudah menjadi seorang polisi, sementara kakak keduanya baru masuk menjadi mahasiswa di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Untuk alasan-alasan pendidikan ini, Aslinda menyatakan ia sudah beberapa kali menguras tabungannya. Maka, meski berkeinginan menambah sedikit ruangan di rumah mereka di Panteriek itu, Aslinda harus bersabar.
Internasional : Siaga Sepenuh Hati

Internasional : Siaga Sepenuh Hati

05 Oktober 2010 Di dalam AulaJing Si, sekelompok besar relawan saling berkoordinasi dan membantu untuk menyelesaikan karya mereka. Meskipun pekerjaan mereka cukup banyak, semua relawan menghargai kesempatan untuk memberikan bantuan dengan senyuman di wajah mereka.
Menjalin Silaturahmi dengan Pondok Pesantren Hidayatullah

Menjalin Silaturahmi dengan Pondok Pesantren Hidayatullah

18 September 2018
Kelas Budi Pekerti di Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, Minggu 16 September 2018 berbeda dari biasanya. Kelas kali ini diadakan di panti asuhan sekaligus Pondok Pesantren Hidayatullah Sememal Pasir Panjang. Ini juga merupakan kegiatan outdoor anak-anak Kelas Budi Pekerti.
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -