Gempa Lombok: Kearifan Lokal
Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati |
| ||
Toleransi antar warga pun terjalin dengan baik, sebagai contoh jika terdapat salah satu warga yang tidak memiliki beras untuk makan maka keluarga akan memberikan bantuan. Sehingga di Kota Lombok khususnya Kabupaten Lombok Utara ini tidak pernah mengalami kekurangan bahan makanan pokok beras. Melihat kondisi demikian, warga mengaku sangat membutuhkan bantuan untuk perbaikan rumah yang sebagian besar rata dengan tanah akibat gempa. Seperti yang dituturkan oleh Sekretaris Daerah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan Polda setempat bahwa kebutuhan prioritas warga adalah pembangunan kembali rumah mereka yang rubuh. “Di Kabupaten Lombok Utara (KLU) merupakan daerah yang tidak kekurangan makanan. Soal makan mungkin tidak terlalu membutuhkan sehingga dari hasil survei itu lebih dibutuhkan bantuan untuk membangun rumah mereka,” terang Suwarto, Direktur Pembinaan Masyarakat Polda NTB.
Keterangan :
Demikian juga yang disampaikan oleh relawan Tzu Chi yang selama lebih kurang tiga hari telah melakukan survei dan koordinasi dengan pihak pemerintah setempat, bahwa kebutuhan warga berupa bantuan mendirikan rumah. Adi Prasetyo, relawan Tzu Chi kembali menuturkan bahwa kebutuhan prioritas warga berupa pembangunan kembali rumah mereka akan didiskusikan kembali dengan pimpinan Yayasan Buddha Tzu Chi di Jakarta untuk melangkah ke tahap berikutnya. “Mudah-mudahan kita bisa membantu mereka sesuai yang mereka butuhkan. Mudah-mudahan ikatan jodoh ini bisa berjalan dengan baik,” harapnya. Bukan hanya sikap toleransi antar warga dalam hal pangan saja yang dikembangkan oleh warga di Kabupaten Lombok Utara ini, melainkan juga tindakan-tindakan kriminalitas yang tidak pernah terjadi di daerah ini. Bahkan pasca bencana dengan kondisi rumah yang rata dengan tanah, barang apapun milik warga tidak ada yang kehilangan. Seperti yang disampaikan kembali oleh Polda Nusa Tengga Barat, bahwa sampai sejauh in, kondisi kriminalitas Kabupaten Lombok Utara masih dalam kategori aman. “Alhamdulilah situasi kriminal tidak terjadi. Warga tidak mengungsi. Hal ini terjadi karena adanya tradisi kearifan lokal bahwa setiap rumah memiliki berugak (bangunan dari kayu untuk melakukan cengkrama bersama keluarga yang dibangun di luar rumah),” tutur Suwarto. Broga yang dimiliki setiap rumah tidak ada yang terkena dampak gempa, sehingga warga bisa tinggal di bangunan tersebut sebelum mendapatkan bantuan tenda sembari menjaga barang-barangnya yang masih tersisa. Suwarto berharap dengan kehadiran Yayasan Buddha Tzu Chi bisa membantu meringankan beban warga korban gempa. “Tzu Chi merupakan yayasan sosial yang sangat membantu sehingga apresiasi kami sangat baik. Kami dan masyarakat sangat berterima kasih atas perhatiannya,” ucapnya mengakhiri pembicaraan. | |||
Artikel Terkait
Perhatian Relawan Tzu Chi kepada Para Penerima Bantuan
30 April 2021Okari Sabtari (54) merasa sangat senang dikunjungi para relawan Tzu Chi di rumah kontrakannya, di Kamal, Jakarta Barat, Kamis, 29 April 2021. Meski hanya bisa terbaring di kasur karena stroke yang menyebabkan anggota badan bagian bawah lumpuh, suaranya lantang mengutarakan isi hatinya.

Gerakan Tzu Chi Peduli, Tzu Chi Berbagi
07 September 2021Relawan Tzu Chi Lampung melakukan kegiatan program Tzu Chi Peduli, Tzu Chi Berbagi. Kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama dengan salah satu warung makan di daerah Simpur, Tanjung Karang Pusat.
