Gempa Lombok: Tegar Menghadapi Bencana
Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati
|
| ||
“Pemberitaan gempa di Lombok kurang begitu terdengar, namun pada kenyataanya cukup parah setelah kita survei, sehingga kita akan koordinasikan mengenai kebutuhan bantuan yang dibutuhkan,” tutur Adi Prasetyo. Ia menambahkan bahwa warga membutuhkan bantuan untuk mendirikan bangunan. “Kalau bahan pangan, mereka masih bisa mencukupi. Kondisi rumah di sini banyak yang rubuh dan rata dengan tanah. Nanti akan bawa ke pimpinan untuk kebutuhan-kebutuhan warga,” tambahnya. Selama melakukan survei, relawan Tzu Chi bekerjasama dengan Polda setempat. I Wayan Sulendra, Danramil setempat mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Tzu Chi atas jalinan jodoh ini. “Saya selaku Danramil berterima kasih sekali kepada yaysan Buddha Tzu Chi yang turut serta membantu masyarakat,” ungkapnya. Ia berharap dengan semakin banyaknya perhatian dari kalangan yang memberikan bantuan, maka sesegera mungkin dapat mengadakan pembangunan kembali rumah warga yang rusak parah.
Keterangan :
Tetap Tegar Bukan hanya kebutuhan pangan sehari-hari yang mesti ditanggung Maesaroh, melainkan juga harus memberikan pendidikan yang lebih baik kepada kedua anaknya. Ia ingin agar anak-anaknya mendapatkan pendidikan seperti orang-orang dan menjadi orang yang sukses kelak. Melalui tekad inilah, Maesaroh terus berusaha keras menunjukkan kepada anak-anaknya dan dirinya sendiri bahwa ia harus mampu menyekolahkan anak-anaknya. Kini, impiannya terwujud. Satu anaknya telah menempuh bangku kuliah di Universitas Mataram, dan satu anaknya juga sedang menempuh Kejar Paket C (setara dengan SMA). Bukan hanya dalam segi pendidikan saja yang diperhatikan oleh Maesaroh saat itu, ia juga bekerja keras agar bisa mengumpulkan tabungan sedikit demi sedikit sampai bisa mendirikan bangunan tembok yang dijadikan tempat berteduhnya selama ini. Hati Maesaroh merasa lega dengan usaha kerasnya selama ini, impiannya bisa terwujud dengan memberikan pendidikan yang lebih baik kepada kedua anaknya juga memiliki tempat tinggal yang lebih baik dari sebelumnya. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
Keterangan :
Maesaroh sehari-harinya mengadas (memelihara sapi tetangga dengan sistem bagi hasil jika berkembang biak) juga berjualan buah musiman. Ia merasa terpukul setelah bencana ini, ditambah lagi kondisi ini menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri yang akan dirayakannya lebih kurang sebulan lagi. “Dengan rumah hancur seperti ini, perasaan saya juga hancur. Suami tidak ada, rumah juga tidak ada. Bagaimana saya bisa membangun rumah ini kembali. Selama ini untuk membangun rumah harus menabung lama untuk bisa membangun rumah,” ungkapnya lirih. Ia juga berharap agar pemerintah memberikan perhatian kepada ia dan warga lainnya. “Semoga pemerintah bisa membantu. Tapi jika tidak ada yang membantu ya pelan-pelan akan membangun kembali rumah, namun dengan syarat saya mesti mencari terlebih dulu. Kapan rezeki tidak tahu, mudah-mudahan bisa membangun kembali,” tutur Maesaroh dengan logat kental Sasak. Ini Musibah, Jadi Bisa diterima Sayuri yang sehari-harinya sebagai buruh tani ini tinggal sementara di tenda darurat pemberian dari Dinas Sosial RI bersama istrinya. Sebelumnya ia dan keluarga harus tidur di berugak (tempat terbuka tanpa dinding untuk duduk bersantai). Setiap malam dalam tidurnya tanpa sekat dinding, Sayuri dan keluarga dengan sabar merasakan semilir angin malam yang akhir-akhir ini berhembus sangat kencang. “Alhamdulillah bisa tidur, ya seadanya,” ungkapnya dengan suara lirih. Sayuri berharap ada uluran tangan dari pihak manapun yang membantu dirinya untuk membangun kembali rumahnya. Ia mengatakan bahwa semua ini adalah musibah jadi harus bisa diterima. Kata yang dijadikan pedoman inilah yang membangkitkan kesabaran pada diri Sayuri dan keluarganya. | |||
Artikel Terkait
Nilai Sebuah Perhatian
15 September 2015Cinta Kasih untuk Opa dan Oma
24 Juni 2014Secara bergantian, opa dan oma dengan penuh percaya diri membawakan beberapa tembang favoritnya.