Gempa Nepal: Benih yang Terus Ditabur
Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy LiantoInsan Tzu Chi kembali menyalurkan bantuan kepada korban gempa di wilayah Bhakapur, Nepal kepada 2.218 kepala keluarga di enam ward (setara rukun warga di Indonesia). Salah satu penerima bantuan, Purnabhakta Bekoju (kanan) mengaku merasa bersyukur atas adanya bantuan ini.
Pada Minggu, 10 Mei 2015, pukul 10.30 , relawan Tzu Chi memberikan bantuan berupa sembako dan hygiene pack kepada 2.218 kepala keluarga di enam ward (setingkat rukun warga di Indonesia) di Bhaktapur. Bantuan sembako terdiri atas gula, minyak sayur, dan kacang dal.
Hong Tjhin, relawan Tzu Chi sekaligus koordinator pembagian bantuan ini berharap bantuan yang diberikan insan Tzu Chi dapat meringankan beban korban gempa. Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa melihat jumlah korban gempa yang cukup banyak, relawan Tzu Chi berencana melakukan pembagian bantuan lanjutan pada Senin, 11 Mei 2015.
Para relawan juga menggandeng 600 warga setempat dalam program cash for work untuk membantu penyaluran bantuan. Program ini diharapkan dapat membantu warga bangkit dari keterpurukan akibat gempa berkekuatan 7.8 SR yang melanda wilayah ini pada 25 April lalu.
Meski begitu, Hong Tjhin mengakui bahwa bantuan yang diberikan oleh Tzu Chi secara fisik mungkin akan habis seiring berjalannya waktu. Akan tetapi, dia berharap korban gempa Nepal dapat merasakan kehangatan bagaimana relawan Tzu Chi Internasional yang datang dari segala penjuru dunia dan dengan begitu tulus membantu mereka. “Intinya, kita (relawan Tzu Chi-red) tidak hanya mengobati luka tetapi juga menenangkan jiwanya juga,” tambah Hong Tjhin.
Hong Tjhin yang juga menjabat CEO di DAAI TV Indonesia itu juga berharap akan muncul benih-benih cinta kasih di Nepal. “Memang perjalanannya pasti panjang dan susah tapi saya yakin dengan adanya kebersamaan dan kasih sayang itu bukanlah hal yang mustahil,” pungkasnya.
Penyaluran bantuan kali ini juga dibantu oleh warga setempat dalam program cash for work. Cash for work ini ditujukan untuk menjaring masyarakat yang berminat untuk “bekerja” membantu penyaluran bantuan. Sekitar 600 warga setempat ikut dalam program ini dan membantu dari pukul 09.00 hingga 17.00. “Program ini sengaja diadakan karena mengingat setelah gempa, masyarakat setempat tidak dapat bekerja dan rumah mereka hancur sehingga dengan turut membantu di Tzu Chi mereka tidak hanya bisa bersumbangsih untuk sesama tetapi pendapatan mereka juga ada. Harapannya dengan program ini mereka bisa bangkit kembali,” terang Jhony, salah satu relawan Tzu Chi dari Indonesia. Sebelumnya Jhony pernah melakukan program cash for work ini saat melakukan penyaluran 2.000 makanan hangat kepada para pengungsi di Maheswori.
Bantuan ini disambut dengan penuh syukur oleh para penerima bantuan. Salah satunya adalah Purnabhakta Bekoju. Pria berusia 64 tahun ini merasa sangat bahagia dapat menerima bantuan di kala kesusahan seperti saat ini. Setelah rumahnya rubuh akibat gempa 25 April lalu, ia kini tinggal bersama cucu laki-lakinya, Niranjan Bekoju yang masih berusia 17 tahun di sebuah bangunan di Lapangan Maheswori.
Purnabhakta yang sudah berusia lanjut sedikit mengalami kendala saat menuju rumahnya yang berjarak satu kilometer dari lokasi pembagian bantuan. Kakinya yang mulai dimakan usia sudah mulai tidak menurut empunya. Langkahnya yang perlahan menarik perhatian salah satu relawan Tzu Chi, Jhonny Candrina. Dia menawari bantuan dan menemani Purnabhakta ke rumahnya.
Bantuan ini diharapkan meringankan beban yang diderita oleh warga. Lebih dari itu, bantuan ini diharapkan dapat menjadi awal benih-benih cinta kasih yang disebar oleh para relawan Tzu Chi di Nepal.
Sembari menuju rumah Purnabhakta, Jhonny sering kali berinteraksi dan bergurau dengan Purnabhakta. Purnabhkata merasakan ada sebuah hal yang menyentuhnya. Mungkin itu adalah ketulusan relawan blue angel yang menemaninya. Purnabhakta meluapkan ganjalan hatinya kepada Johnny, “Sebenarnya saya masih belum ikhlas. Saya masih mengharapkan rumah saya tidak rubuh. Alangkah bahagianya hati saya jika demikian halnya.”
Purnabhakta Bekoju menunjukkan tempat tinggalnya setelah rumahnya hancur akibat gempa. Kini, di usianya yang lanjut, dia merasa bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup meski rumahnya telah rata dengan tanah.
Kenyataan berkata lain. Seiring perjalanan menuju rumahnya, Purnabhakta mulai menerima bahwa yang terjadi memang harus diterima. Pil pahit kenyataan bahwa rumahnya rubuh sesungguhnya menyimpan hikmah bahwa dirinya masih diberi kesempatan untuk hidup dan berbuat baik, ”Sudah dapat barang bantuan saja sebenarnya, saya sudah sangat bahagia. Karena ketika gempa banyak tetangga saya yang meninggal. Kini saya bersyukur saja-lah masih hidup dan punya tempat tinggal yang layak.”
Saat tiba di rumahnya, Purnabhakta memberikan ucapan terima kasih terdalamnya dan itu menandai waktu relawan Tzu Chi untuk kembali ke tempat pembagian bantuan, dan kembali bersumbangsih.