Gempa Nepal : Berharap Bencana Segera Berlalu
Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy LiantoPada 3 Mei 2015, relawan Tzu Chi membuka dapur umum untuk menyalurkan makanan hangat kepada korban gempa yang mengungsi di Khwopa Engineering College, Bhaktapur, Nepal.
Sabtu, 25 April 2015, gempa bumi berkekuatan 7,8 SR meluluhlantakkan Nepal dan mengakibatkan lebih dari 7000 orang meninggal dunia. Salah satu wilayah yang mengalami kerusakan parah adalah Distrik Bhaktapur yang terletak di timur Lembah Kathmandu. Pascagempa, warga Bhaktapur yang selamat mengungsi ke tenda-tenda pengungsian. Salah satunya berada di Khwopa Engineering College yang menampung sekitar 600 warga dan 100 anak-anak. Hingga saat ini, para pengungsi masih kekurangan tenda, pasokan logistik, dan obat-obatan.
Pada Minggu, 3 Mei 2015, pukul 08.30 waktu setempat, relawan Tzu Chi internasional bergerak menuju Bhaktapur. Sejak beberapa hari lalu, para relawan Tzu Chi Internasional sudah melakukan survei dan memulai pelayanan medis di lokasi ini. Bermodal hasil survei itu, para relawan kembali bergerak menyalurkan bantuan. Kali ini, para relawan membuka dapur umum di tenda pengungsian yang berada di Khwopa Engineering College.
Sebuah lapangan kosong digunakan oleh relawan Tzu Chi untuk membangun tenda dapur umum. Relawan Tzu Chi kemudian mulai memasak untuk diberikan kepada para pengungsi. Para relawan Tzu Chi tidak sendirian. Mereka dibantu 10 relawan setempat yang juga merupakan korban gempa. Kepedulian terhadap sesama tumbuh dalam diri mereka.
Madan Shrestha (kiri) ikut bersumbangsih di dapur umum Tzu Chi. Dia merupakan salah satu dari 10 relawan setempat yang ikut membantu Tzu Chi dalam penyaluran bantuan ke korban gempa.
Misalnya saja Madan Shrestha yang juga mengajak putrinya Ranisha Shrestha untuk membantu. Keduanya masih mengalami duka akibat gempa namun mereka menguatkan diri untuk membantu korban lain yang mungkin lebih menderita.
“Saya sangat senang bisa membantu di sini,” ujar Ranisha yang genap berusia 15 tahun. Sekolah Ranisha juga rusak parah sehingga dia belum dapat bersekolah. Ranisha memilih untuk mengisi waktu kosongnya dengan menjadi relawan. Ia menuturkan bahwa ini merupakan kali pertamanya mengenal tentang Yayasan Buddha Tzu Chi. Meski begitu, dia merasa bahwa perhatian dan bantuan yang diberikan para relawan Tzu Chi sigap dan cepat. ”Yayasan ini tidak hanya sekedar membantu tapi juga sangat menolong orang banyak,” ujar Ranisha. “Dengan membantu sesama hati saya bahagia dan batin saya jadi lebih tenang.”
Malina Kiwachhen (kiri) berharap agar bencana ini dapat berlalu dan kehidupan warga Bhaktapur dapat berangsur pulih kembali.
Senada dengan itu, Elsen Kiwachhen dan istrinya, Malina Kiwachhen juga merasakan kebahagiaan dapat membantu sesama korban gempa. Pasangan muda ini mengatakan bahwa rumah mereka terletak tidak jauh dari lokasi pengungsian sehingga memudahkan mereka untuk membantu para korban gempa di pengungsian. “Kami semua menderita akibat bencana gempa ini dan kami juga dapat merasakan penderitaan mereka sehingga kami (yang selamat-red) juga mau menolong satu sama lainnya,” tutur Malina.
Elsen dan Malina sempat membantu beberapa komunitas lain untuk menyalurkan bantuan ke beberapa titik pengungsian. Hingga mereka berjodoh dengan Tzu Chi. Kesan mendalam dirasakan oleh mereka mengenai Tzu Chi. Mereka merasa bahwa Tzu Chi tulus memberikan perhatian kepada korban gempa meskipun tidak kenal satu sama lainnya.
Sama seperti Madan dan Ranisha, mereka berdua akan membantu Tzu Chi dalam menyalurkan bantuan kepada korban selama beberapa hari ke depan. Mereka juga berharap bencana ini dapat segera berlalu dan kehidupan mereka dapat berangsur pulih kembali.