Gempa Nepal: Mengenang Masa 20 Tahun Silam
Jurnalis : Hendrik Sumardi (DAAI TV), Fotografer : Hendrik Sumardi (DAAI TV)Tugu Peresmian Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Perumahan Padam Pokhari, Nepal.
Tanggal 18 Mei 2015, langit yang cerah menemani kami saat akan berangkat menuju Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi yang dibangun di Nepal saat Nepal terkena bencana banjir bandang 20 tahun yang lalu. Tepat pada tanggal 23 Juli 1993, Nepal dilanda bencana banjir bandang serta tanah longsor yang disebabkan oleh tingginya curah hujan. Lebih dari 1000 orang dilaporkan meninggal dunia di 23 provinsi yang terdampak. Bencana ini mempengaruhi sekitar 1,5 juta orang yang tinggal di Nepal, terutama wilayah pegunungan, lembah, dan dataran rendah. Tzu Chi saat itu memutuskan untuk membangun 1.800 rumah di 4 wilayah di 3 provinsi, yakni Sarlahi, Makwanpur, dan Rauthat yang paling parah terdampak oleh bencana ini. Pada tahun 1995, perumahan cinta kasih ini mulai dihuni oleh para penduduk yang dibantu. Peresmian perumahan dilakukan pada 18 Februari 1995.
Perumahan Cinta Kasih yang kami kunjungi adalah salah satu perumahan Tzu Chi di Makwanpur. Kami melakukan perjalanan dari bandara Tribhuvan, Kathmandu yang terkesan sepi dan sederhana. Di lantai-lantai bandara bahkan masih terlihat banyak bekas retakan karena gempa. Arsitektur yang kental dengan nuansa Buddhis juga sangat terasa di bandara yang melayani penerbangan lokal menuju distrik-distrik yang sulit dijangkau ini.
Kondisi di dalam pesawat Buddha Air
Relawan Tzu Chi disambut oleh Site Devi. Pada saat pembangunan Perumahan Cinta Kasih ini, Ibu Site Devi berusia sekitar 39 tahun dan ia masih ingat bagaimana rombongan relawan biru putih membangun perumahan untuknya.
Pesawat yang kami tumpangi bernama Buddha Air. Salah satu maskapai lokal yang melayani penerbangan antara Kathmandu ke Distrik Makwanpur. Pesawat yang digunakan pun adalah pesawat two propeller plane yang hanya bisa memuat sekitar 15 orang. Pilihan menggunakan pesawat adalah pilihan yang paling baik mengingat lamanya waktu yang akan terbuang apabila kami memilih menggunakan perjalanan darat. Ditambah lagi kondisi rusaknya jalan setelah gempa melanda yang akan menambah lama waktu tempuh. Dari lima hingga enam jam waktu tempuh melalui perjalanan darat (apabila keadaan normal), bisa ditempuh hanya dengan 20 menit melalui perjalanan udara. Ini sangat menghemat waktu.
Sampai di bandara Simara yang merupakan bandara satu-satunya di distrik ini, kami dijemput dengan satu kendaraan yang sengaja disewa dari Kathmandu karena di daerah Makwanpur ini tidak ada bus yang bisa disewa. Pemimpin rombongan, Thomas Huang Shixiong mengarahkan tim yang terdiri dari tiga relawan Tzu Chi Taiwan, dua relawan Tzu Chi Indonesia, 2 relawan Tzu Chi Malaysia, 2 translator, serta tim Da Ai TV.
Perjalanan dari bandara menuju ke Desa Padam Pokhari, memakan waktu selama 45 menit. Setibanya di desa tersebut kami mendapati bahwa tugu peringatan pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi ini masih utuh, hanya beberapa yang retak karena usianya sudah 20 tahun lebih.
Seorang ibu kemudian menghampiri kami. Namanya Site Devi dan kini usianya sudah 59 tahun. Pada saat pembangunan Perumahan Cinta Kasih ini, Ibu Site Devi berusia sekitar 39 tahun dan ia masih ingat bagaimana rombongan relawan biru putih membangun perumahan untuknya. Saat ini ia adalah seorang nenek yang tinggal bersama anak dan cucunya di perumahan ini. Mereka hidup dari bercocok tanam di sekitar rumah seperti penduduk desa Padam Pokhari lainnya. Kami juga mendapat informasi bahwa tugu yang retak tersebut sempat rusak dan warga dengan bergotong royong membangun kembali tugu ini dengan biaya swadaya. Ini merupakan tanda bahwa para warga masih sangat menghargai pemberian rumah dari Tzu Chi.
Mengkhawatirkan Keselamatan Warga
Thomas Huang Shixiong didampingi oleh penerjemahnya berkata kepada warga bahwa peristiwa gempa yang melanda Nepal membuat para relawan Tzu Chi bergerak untuk membantu. Ia juga bercerita kepada warga mengenai kekhawatiran Master Cheng Yen akan keadaan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi yang dibangun di Nepal 20 tahun lalu. Bersyukur bahwa tidak banyak kerusakan yang terjadi di rumah para warga karena konstruksi yang kokoh, hanya beberapa kerusakan minor yang tidak mempengaruhi kondisi rumah.
Mei Zu Shijie dan Thomas Huang Shixiong sedang menghibur anak anak.
Ji Ren Shixiong memberikan Mi Jingsi kepada Ripesh.
Dari 400 rumah yang dibantu Tzu Chi , salah satu warganya Ripesh, 32 Tahun yang saat itu berusia 12 tahun masih ingat ketika pertama kali pindah ke perumahan ini, tidak ada fasilitas air dan listrik. Ibunya yang bernama Susila harus mengumpulkan air di desa terdekat dan mereka sempat dipandang rendah sebagai orang asing. Satu bulan pertama adalah bulan yang paling sulit dalam kehidupan keluarga mereka, namun mereka merasa bersyukur bahwa Tzu Chi memberikan atap untuk berteduh untuk mereka.
Ripesh sempat mencari informasi tentang Tzu Chi, namun gagal karena Tzu chi tidak mempunyai kantor perwakilan di Nepal. Namun penantiannya selama 20 tahun sudah terbayar dengan kunjungan kasih dari para relawan Tzu Chi yang mendatangi kampungnya. Saat ini Ripesh yang sedang menunggu kelahiran anak keduanya ini berprofesi sebagai wakil manajer dari beberapa stasiun radio setempat, bahkan ia mendapat pendidikan dari BBC untuk mendukung pekerjaannya. Kondisi keluarga mereka sudah jauh membaik.