Gempa Nepal: Sambutan Bagi Saudara Jauh

Jurnalis : Hendrik Sumardi (DAAI TV), Fotografer : Hendrik Sumardi (DAAI TV)

Pengobatan yang dilakukan di depan bus di Desa Nayabasti, Distrik Rautahat.

Hari kedua, 19 Mei 2015, kami di Perumahan Cinta Kasih, kami memulai hari dengan melakukan briefing bersama dan laporan kepada Master Cheng Yen. Kami kemudian berkunjung ke Desa Nayabasti di Distrik Rautahat. Begitu kami datang, para penduduk desa langsung mengerumuni kami seperti sedang membahas masa lalu yang indah.

Para warga bercerita bahwa kehidupan di desa Nayabasti sangatlah keras, beberapa rumah mereka terbuat dari bambu, kayu, dan dilapisi oleh lapisan tanah liat. Saya juga melihat dari jauh seorang petani sedang membajak sawahnya di tengah kekeringan yang amat sangat. Kebanyakan mereka memelihara ternak dan juga bekerja sebagai buruh di kota kota. Namun keadaan tersebut tidak membuat mereka mengeluh bahkan ada seorang penduduk yang memberikan bunga kepada kami sebagai tanda selamat datang. Dengan bahasa Inggris yang terbata bata ia berkata bahwa hatinya sangat senang dengan kedatangan kami, “my english is not very good, I am happy to see you come to our village,” katanya berulang ulang.

Thomas Huang Shixiong sedang disambut oleh Anand, kepala desa Nayabasti.

Beberapa tetua desa mendatangi tempat di mana 20 tahun lalu diadakan peresmian rumah cinta kasih, mereka terlihat bahagia menerima “saudara dari jauh” dan seraya mengangkat tangan mereka ketika Thomas Huang Shixiong berseru, “yang menghadiri peresmian rumah cinta kasih di tempat ini silahkan tunjuk tangan.” Suara tertawa dan raut muka yang bahagia seakan menghapus sementara kemiskinan dan penderitaan mereka yang dikunjungi oleh saudara dari jauh.

Sementara itu tim dokter yang dipimpin oleh dr. Wang Suryany Sp. KK dari Indonesia membuka pengobatan untuk para warga desa Nayabasti, pengobatan dilakukan dari atas bus rombongan. Banyak warga yang terkena sakit kulit di daerah ini. Ironisnya, di desa tersebut terdapat klinik yang tidak pernah dikunjungi oleh dokter, hanya paramedis yang melakukan pengobatan secara sederhana. Pengobatan yang dilakukan oleh tim medis Tzu Chi ini membuat para warga senang dan mereka memberikan apresiasi yang positif. Usai mengunjungi Desa Nayabasti, kami melanjutkan perjalanan ke Desa Paurai dengan diiringi doa dan lambaian tangan para warga. Kami meninggalkan desa dengan rasa haru.

Dokter Wang Suryany Sp. KK memberikan minuman kepada seorang nenek di Desa Nayabasti.

Sesampainya di Desa Paurai, distrik Rautahat, kami disambut dengan sepi. Sekilas terlihat ada pembangunan parit yang tengah dilakukan oleh sebuah NGO setempat. Kami kemudian mengunjungi sebuah taman kecil yang terletak di samping jalan besar, para penduduk Desa Paurai sedang berteduh dan anak anak mereka bermain. Cuaca panas terik membuat para ibu dan anak di desa ini berteduh di bawah pohon rindang yang banyak terdapat di desa tersebut.

Tak ingin menghabiskan waktu, Thomas Huang Shixiong mengajak para warga desa untuk berdoa bersama, para penduduk desa pun mengikuti syair yang sudah diterjemahkan ke bahasa Nepal oleh relawan Tzu Chi. Selesai berdoa, pengobatan dilakukan oleh dr. Kimmy, panggilan dr. Wang Suryany, di bawah pohon Bodhi dan para penduduk mengikuti alur baksos pengobatan ini secara teratur.

Thomas Huang Shixiong mengajak warga berdoa bersama.

Desa terakhir yang kami kunjungi adalah desa Chaturbujeswor, di distrik Sarlahi. Di desa yang  bersahaja ini kami disambut oleh anak-anak, namun sayang mereka tidak mengetahui bahwa Tzu Chi yang membangun desa mereka karena tugu peringatan di desa mereka sudah rusak, namun beberapa tetua yang ada di desa tersebut masih ingat dan menyambut kami semua.

Waktu dua hari di Provinsi Makwanpur ini sangatlah singkat. Senyum dan tegur sapa anak-anak serta penduduk desa sangat membekas di hati kami. Di tengah kendala bahasa, senyum dan keramahan penduduk lokal membuat kami yang datang seakan menjadi bagian dari mereka. Kami bersyukur bisa datang dan memberikan kontribusi yang berarti bagi Nepal melalui Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, sebuah kesempatan yang sangat berharga. Satu doa yang selalu kami ucap adalah semoga semua cepat pulih dari bencana dan dapat selalu waspada akan datangnya bencana di masa depan.


Artikel Terkait

Melatih diri adalah membina karakter serta memperbaiki perilaku.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -