Gempa Palu: Cinta Kasih ini Bukan Kiasan

Jurnalis : Metta Wulandari , Fotografer : Metta Wulandari

Warga berbahagia menerima selimut yang diberikan oleh relawan Tzu Chi. Selasa, 23 Oktober 2018, relawan membagikan selimut di enam Posko di tiga kecamatan di Kota Palu, Sulawesi Tengah.

"Sudah hampir sebulan saya tidak nonton DAAI TV," kata Doni bercerita tentang hobinya menonton drama di DAAI TV. Hal ini karena sudah sebulan ia tidur di tenda di Posko Unismuh bersama istri dan kerabatnya di Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Palu, Sulawesi Tengah.

Selain menonton drama, Doni mengaku kerap melihat kegiatan sosial yang ditayangkan di DAAI TV. Dulu ia sempat ragu, apa benar masih banyak orang yang begitu perhatian terhadap orang lain. "Apa acara itu setting-an saja seperti kebanyakan tanyangan televisi lainnya," tanyanya dalam hati kala itu.

Doni (kanan), merasa senang bisa bertemu dengan relawan Tzu Chi di Posko Unishmu. Dirinya yang kerap menonton DAAI TV, akhirnya bertemu langsung dengan para relawan yang sering ia lihat di layar televisi.

Namun ternyata, ia merasakan sendiri apa yang ia saksikan ternyata bukan khiasan semata. Pada Selasa, 23 Oktober 2018, relawan Tzu Chi datang ke tempat pengungsian mereka dengan membawa selimut yang datang dari Taiwan. Kehadiran relawan Tzu Chi Indonesia mewakili insan Tzu Chi dan donatur di dunia, untuk mengantarkan kehangatan cinta kasih kepada para korban gempa di Palu, Sulawesi Tengah ini. Ia tak menyangka bisa bertemu langsung dengan relawan yang kerap ia tonton dari layar televisi.

Samlia membantu relawan menyiapkan Nasi Jing Si bersama ibu-ibu lainnya di Posko Kelinci. Relawan datang ke tiap-tiap posko untuk mengajarkan kepada para ibu bagaimana cara mudah mengolah Nasi Jing Si.

"Saya sangat bahagia. Saya bisa bertemu langsung dengan relawan. Terobati sudah rindu saya menonton drama di DAAI TV," tuturnya gembira seraya berharap bencana bisa cepat selesai dan masyarakat bisa segera pulih.

Nasi Jing Si yang Masih Menjadi Primadona

Nasi Jing Si masih menjadi primadona di posko-posko pengungsian warga di Palu. Hampir setiap hari, relawan hadir di beberapa posko untuk mengajarkan para ibu-ibu di sana bagaimana cara memasak nasi instan dari Taiwan ini. Banyak di antara warga yang kagum akan mudahnya cara mengolah dan mengonsumsi Nasi Jing Si. Bagaimana tidak, nasi ini bisa langsung dinikmati dalam keadaan hangat hanya dengan waktu yang cukup singkat, sekitar 15-20 menit saja. Banyak pula yang langsung suka dengan cita rasanya yang baru mereka rasakan.

Ungkapan bahagia terlihat di wajah relawan maupun penerima bantuan di Posko Kelinci. Usai salat Ashar, mereka berkumpul untuk menerima bantuan berupa selimut dari Tzu Chi.

"Saya baru rasakan ini, enak lho. Saya minta lagi untuk bagi ke ibu saya boleh?" kata Ibu Samlia yang mengungsi di Posko Lapangan Kelinci, Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikule. Ia lalu membawa sepiring penuh nasi hangat itu ke tendanya yang tidak jauh dari dapur umum. “Ini enak, sayang sekali kalau cuma saya yang rasakan. Anak dan ibu saya harus ikut rasa,” ujarnya sambil berjalan ke arah tenda dengan sepiring penuh Nasi Jing Si.

Nurmalia, guru Taman Kanak-kanak yang saat ini lebih banyak berkeliling posko untuk melakukan trauma healing juga sempat mencicipi Nasi Jing Si. "Wah iya, ini enak sekali. Mudah, praktis. Terima kasih ya ibu-ibu semua," ungkapnya sambil mengacungkan jempol saat ia berkunjung ke Posko Pacuan Kuda di Kelurahan Panau, Kecamatan Tawaeli.

Tak Peduli Gelap Menghadang

Dalam membagikan bantuan, relawan berkeliling dari satu posko ke posko lain. Setiap harinya, mereka bisa mengunjungi lima atau bahkan enam posko sekaligus untuk melakukan survei dan membagikan bantuan.

Seperti pada Selasa, 23 Oktober 2018, relawan datang keenam posko yang tersebar di berbagai lokasi di Palu, yaitu: Posko Kayumalue Pajeko, Posko Taipa (Kecamatan Palu Utara), Posko Lapangan Pacuan Kuda (Kecamatan Tawaeli), Posko Lapangan Kelinci, Posko Lapangan Kompas, dan Posko Unismuh (Kecamatan Mantikulore).

Relawan Tzu Chi tidak pernah mengeluh dalam berbagai kondisi, termasuk minimnya penerangan. Mereka tetap datang ke Posko Taipa untuk membagikan selimut agar para pengungsi tidak kedinginan malam harinya.

Jarak antara satu posko dengan posko lainnya yang cukup jauh tidak menjadi penghalang. Bahkan dalam gelap malam dengan penerangan yang kurang, mereka tetap datang untuk membagikan bantuan, salah satunya selimut dari Taiwan. “Kalau ditunda besok, mereka bisa kedingingan,” celetuk salah satu relawan. “Kalau sudah punya selimut, sama saja kita berbagi kehangatan untuk mereka,” lanjutnya.

Posko terakhir yang didatangi relawan malam itu adalah Posko Taipa. Selepas adzan Maghrib, warga berkumpul di lapangan dengan penyinaran seadanya. Keterbatasan lampu sempat membuat relawan berinisiatif untuk menggunakan lampu sorot mobil untuk menambah cahaya.

Dalam kondisi gelap, relawan dan warga tetap tersenyum dan berbagi kehangatan bersama.

Kami sangat terharu, ini selimut halus sekali, tebal,” kata Kamla kepada relawan. Ia sempat menangis ketika bernyanyi lagu Satu Keluarga bersama relawan. “Saya sangat berterima kasih, banyak-banyak,” ucapnya singkat tidak bisa banyak berkata-kata.

Dari enam posko tersebut, relawan membagikan 392 buah selimut dan mengajarkan memasak Nasi Jing Si di tiga posko: Posko Lap. Pacuan Kuda, Posko Taipa, dan Posko Lap. Kelinci.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Gempa Palu: Menghimpun Kebaikan dalam Kotak Dana Cinta Kasih

Gempa Palu: Menghimpun Kebaikan dalam Kotak Dana Cinta Kasih

25 Oktober 2018
Relawan Tzu Chi Bogor bergerak mengadakan penggalangan dana sebagai bentuk kepedulian bagi para korban gempa di Palu, Sigi, dan Donggala. Acara yang diadakan di Lippo Plaza Ekalokasari pada 6 Oktober 2018 ini berlangsung mulai pukul 11.00–17.00 WIB. 
Saling Bersinergi Membangun Kembali Kota Palu

Saling Bersinergi Membangun Kembali Kota Palu

06 Desember 2018

Sejumlah organisasi filantropi hadir dalam focus group discussion (FGD) yang membahas percepatan pembangunan hunian tetap bagi warga korban tsunami dan gempa Palu. FGD yang digelar di Ambhara Hotel, Jakarta Selatan, Rabu, 5 Desember 2018 ini diinisiasi oleh Ditjen Cipta Karya dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.


Gempa Palu: Mengapa Harus Datang Langsung ke Palu?

Gempa Palu: Mengapa Harus Datang Langsung ke Palu?

25 Oktober 2018
Para relawan Tzu Chi ini punya alasan kuat mengapa mereka merasa harus datang langsung ke Palu, Sulawesi Tengah untuk membantu para korban gempa. Apa saja yang mereka rasakan selama di sana? Simak kisah-kisah mereka berikut ini. 
Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -