Gempa Palu: Ikut Merasakan Duka Warga Palu

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto


Sebagai bentuk kepedulian terhadap para korban gempa dan tsunami di Palu, para karyawan Agung Sedayu Group (ASG) melakukan penggalangan dana melalui Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Salah satu karyawan yang berpartisipasi adalah Grace.

Musibah gempa dan tsunami yang melanda wilayah Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah menimbulkan rasa dukacita yang mendalam. Hingga saat ini (data dari BNPB tanggal 7 Oktober 2018), tercatat 1.649 orang meninggal dunia. Sementara korban luka berat mencapai 2.549 orang yang saat ini dirawat di rumah sakit di Kota Palu dan Makassar, Sulawesi Selatan. Sedangkan korban hilang sebanyak 265 orang. Mereka yang selamat juga bukan berarti terbebas dari musibah, menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tercatat 62.359 jiwa mengungsi di 147 titik. Ada 66.926 rumah rusak, 66.238 di antaranya di Sulawesi Tengah dan 688 rumah di Sulawesi Barat. Selain itu, ada 2.736 bangunan sekolah rusak. Hasil pendataan Kemendikbud, ada yang rusak ringan hingga hancur total tersebar di Palu dan Donggala. Sekolah yang lebih banyak rusak di Kabupaten Sigi. 

Melihat hal ini, rasa keprihatinan dan solidaritas pun muncul dari berbagai lapisan masyarakat, baik nasional maupun internasional. Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang sejak hari kedua pascabencana mengirimkan Tim Medis dan relawan Tanggap Darurat juga mencoba menggalang dana dan kepedulian dari masyarakat. Salah satunya adalah dari para karyawan Agung Sedayu Grup (ASG) di Jakarta. Para karyawan perusahaan properti nasional yang berkantor di Gedung Harco Mangga Dua Jakarta Utara ini dengan antusias ikut bersumbangsih dalam kotak dana yang disediakan oleh relawan Tzu Chi pada Jumat, 5 Oktober 2018.

“Relawan Tzu Chi menjemput bola untuk penggalangan dana ini sangat baik ya, karena kan kita sedang berduka dengan (kondisi) saudara-saudara kita yang di Palu yang mengalami musibah. Dengan adanya Tzu Chi galang dana ini kemari, mudah-mudahan kita yang nggak bisa ikut bantu ke sana bisa ikut bantu juga melalui donasi ini,” kata Hadi, karyawan di bagian Quantity Surveyor.


Para karyawan ASG juga ikut menuangkan celengan bambu mereka yang telah penuh terisi untuk ikut berpartisipasi dalam penggalangan dana ini. Foeng Jie Tju, relawan Tzu Chi merasa tersentuh dengan kepedulian para karyawan ASG ini.

Demikian pula dengan Sugeng, staf di bagian Human Resource Development (HRD). Rasa solidaritasnya menuntunnya untuk ikut bersumbangsih dalam penggalangan dana ini. “Karena memang ini untuk kemanusiaan dan saya memang kebetulan juga peduli dengan kegiatan ini karena mereka (para korban gempa) juga sangat membutuhkan bantuan,” ungkapnya. Bahkan ketika ada kegiatan penggalangan dana yang dilakukan Tzu Chi bagi korban gempa Lombok bulan sebelumnya, Sugeng juga ikut bersumbangsih. “Kebetulan saya juga sudah lihat sendiri Tzu Chi, saya percaya dan yakin dengan kegiatan-kegiatan kemanusiaannya,” ungkapnya.

Kelompok yang Terberkati

Bagi Grace, karyawan lainnya di bagian admin HRD, Tzu Chi sudah tidak asing lagi baginya. Kebetulan di gerejanya di Fransiscus Xaverius Tanjung Priuk, Jakarta Utara, Tzu Chi juga secara rutin mengadakan baksos kesehatan bagi umat gereja dan masyarakat di sekitar yang membutuhkan pelayanan pengobatan secara cuma-cuma (gratis). Karena itulah tidak ada sedikit pun keraguan bagi Grace untuk ikut bersumbangsih ketika Tzu Chi mengadakan penggalangan dana bagi para korban bencana: Gempa Lombok dan Gempa Palu. “Tzu Chi itu dah banyak contohnya yang saya lihat sendiri, dan waktu di Lombok juga Tzu Chi ikut bantu,” katanya, “Tzu Chi kelompok yang benar-benar terberkati. Saya percaya karena sudah banyak yang saya lihat dan saya lihat sendiri dan rasakan yang di gereja saya ini.”

Meski tinggal jauh dari mereka yang terkena musibah, namun Grace bisa ikut merasakan duka yang dirasakan masyarakat di Palu dan Donggala. “Saya memang bukan warga Palu, tapi saya merasakan duka mereka, saya bisa merasakan semua yang mereka rasakan, pilunya, sedihnya, kehilangan harta benda, dan bahkan keluarga. Saya bayangkan jika ini menimpa saya maka saya rasa saya nggak akan sekuat mereka. Tapi mereka ini luar biasa, mereka sangat kuat,” ungkapnya.


Semua yang berpartisipasi merasa bersuka cita bisa ikut bersumbangsih.

Menurut Silvia Widjaja di bagian Human Resource Training, ide untuk mengadakan penggalangan dana melalui Tzu Chi ini muncul karena keinginan kuat dari para karyawan untuk ikut membantu para korban gempa dan tsunami di Palu. “Ide galang dana ini awalnya kita ingin menyalurkan dana bantuan ini dengan sebaik-baiknya, dan selama ini kan kita memang kerja sama dengan Tzu Chi jadi kita pikir why not kita galang dana agar bisa bantu korban gempa di Palu. Kita sangat berempati dengan yang terjadi di Palu. Sebelumnya juga kita lakukan hal yang sama ketika terjadi gempa di Lombok, NTB,” kata Silvi.

Bahkan inisiatif ini terkadang muncul dan disuarakan dari para karyawan sendiri. “Jadi kita tinggal dukung, fasilitasi dan sosialisasikan kepada karyawan lainnya,” terangnya. Silvi merasa bersyukur bahwa perusahaannya memiliki ikatan yang kuat dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. “Kita memiliki sebuah tempat yang tepat untuk menyalurkan cinta kasih kita ini. Jadi penekanannya adalah jangan lupa untuk peduli pada sesama,” tegasnya.

Foeng Jie Tju, relawan Tzu Chi yang terlibat dalam penggalangan dana ini juga merasa bersyukur dan terharu atas respon positif dari para karyawan Agung Sedatu Grup (ASG) ini. “Ya saya sangat terharu sekali melihat semangat dan antusiasme mereka yang dengan penuh cinta kasih ikut memberikan dana. Padahal ada yang waktu pulang dan lembur, tetapi mereka yang lembur ini menyempatkan diri untuk keluar dan berdonasi,” ungkapnya.


Para relawan dan staf Tzu Chi dengan penuh rasa syukur menghimpun tetesan cinta kasih untuk korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala.

Menurut Foeng Jie Tju atau yang akrab disapa Cucu Shijie, kegiatan penggalangan dana ke kantor-kantor, mal, sekolah, dan tempat-tempat lainnya merupakan cara yang efektif dan membantu sekali, khususnya mereka yang memang belum memiliki wadah untuk bersumbangsih. “Jemput bola? Ini cara yang efektif untuk galang dana, sangat bagus sekali karena kalo karyawan dan staf mereka ini kan rata-rata sibuk kerja dan kadang lupa, tapi dengan adanya kegiatan ini membantu mereka untuk bisa bersumbangsih. Jadi kita datang langsung ke sini dan mempermudah para karyawan untuk ikut menyebarkan cinta kasihnya bagi korban gempa di Palu,” ungkapnya.

Hingga saat ini (8 Oktober 2018 Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sudah menyalurkan bantuan berupa:

No.

Bantuan

Jumlah

1.

Bantuan dana (uang pemerhati /santunan dukacita)

229 orang pasien yang dirawat di rumah sakit di Palu dan Makassar

2.

Baksos kesehatan

382 orang di 7 titik lokasi pengungsian

3.

Nasi hangat (vegetaris)

3.260 bungkus

Sumber: Sekretariat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia

 

Editor: Yuliati


Artikel Terkait

Galang Dana untuk 3.000 Rumah di Palu dan Lombok

Galang Dana untuk 3.000 Rumah di Palu dan Lombok

06 November 2018

Relawan Tzu Chi di Pademangan, Jakarta Utara pada Sabtu dan Minggu, 03 dan 04 November 2018, mengadakan penggalangan Dana Cinta Kasih untuk 3.000 rumah di Palu dan Lombok.

Mereka Perlu Uluran Tangan Kita

Mereka Perlu Uluran Tangan Kita

12 November 2018
Sejak pagi hingga menjelang petang, insan Tzu Chi komunitas Jembatan Lima, Jakarta Barat tidak lelah menggalang dana bagi korban bencana di Palu, Sigi dan Donggala. Mereka terbagi di beberapa titik di kawasan Pancoran, Glodok. Glodok mall, sepanjang jalan raya, dan Vihara Dharma Bhakti. 
Gempa Palu: Ikut Merasakan Duka Warga Palu

Gempa Palu: Ikut Merasakan Duka Warga Palu

08 Oktober 2018

Musibah gempa dan tsunami di Palu dan Donggala menimbulkan dukacita mendalam. Berbagai dukungan dilakukan berbagai pihak untuk membantu para korban gempa ini, seperti yang dilakukan oleh karyawan dari Agung Sedayu Group pada Jumat, 5 Oktober 2018.

Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -