Gempa Palu: Menghimpun Cinta Kasih untuk Palu
Jurnalis : Erli Tan , Fotografer : Erli TanJumat, 5 Oktober 2018, acara doa dan galang dana dimulai oleh Agus Hartono dengan memperlihatkan gambar doa di negara lain, di antaranya adalah para Shifu (biksuni) di Griya Jing Si Hualien, Taiwan.
Gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah yang terjadi persis satu minggu lalu mendatangkan kepiluan mendalam bagi korban dan keluarganya. Masyarakat diberbagai belahan dunia pun turut berempati dengan mengadakan doa bersama dan galang dana.
Pagi ini, 5 Oktober
2018 jam 10.00 WIB di lantai 3 gedung SMP, sebanyak 100 staf dan guru Sekolah
Tzu Chi Indonesia, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara berkumpul untuk menghimpun
cinta kasih bagi korban gempa Palu. Membuka acara singkat di tengah-tengah
kesibukan masing-masing, Agus Hartono memperlihatkan kegiatan doa bersama dan
galang dana di berbagai titik di Taiwan, Malaysia, dan Filipina.
Acara doa berlangsung khusyuk, para staf dan guru memiliki keyakinan agama yang berbeda-beda, namun hati mereka bersatu dan memanjatkan doa dengan tulus.
Dalam kata sambutannya, Sudino Lim, SE, MM selaku Direktur Sekolah Tzu Chi Indonesia mengajak seluruh staf dan guru sama-sama memahami kondisi bencana dan mengajak agar semuanya juga dapat bersumbangsih dan menularkannya kepada yang lain.
Acara doa dan galang dana pun berlangsung khusyuk dan lancar. Para staf dan guru memiliki keyakinan agama yang berbeda-beda. Walaupun cara berdoanya berbeda-beda, ada yang beranjali, ada yang membuka kedua tangan ke atas, ada yang melipat kedua tangan, namun hati mereka bersatu dan memanjatkan doa dengan tulus.
Pengumpulan dana dilakukan usai berdoa. Para staf dan guru berbaris rapi dan memasukkan dana cinta kasihnya ke dalam kotak dana.
“Momen ini sangat bagus bagi kita sebagai pendidik, pertama
menginspirasi kita sendiri, kedua kita juga menginspirasi yang lain,” tutur
Sudino Lim. “Saya berharap momen ini dapat menggugah hati para guru maupun staf
sekolah agar dapat menyebarkan kebaikan dan cinta kasih, membangkitkan simpati
dari anak-anak dan orang tua murid,” lanjutnya. Ia pun sudah berencana akan
mengadakan galang dana tahap berikutnya untuk murid pada pekan depan.
Direktur Sekolah Tzu Chi Indonesia, Sudino Lim (kanan) menerima donasi dan mengungkapkan rasa syukurnya dengan sikap hormat dan membungkukkan badan.
Salah satu yang hadir dalam acara doa ini adalah Ahmad Tohir, guru SD di
bidang Art, Agama, dan sekaligus staf perpustakaan SD. Kebetulan istrinya
adalah orang Manado, sehingga banyak kerabat keluarganya yang tinggal di Palu.
“Kita sangat sedih ya, mendengar situasi saat itu yang tidak bisa terhubungi,
kita hanya bisa memantaunya dari siaran TV.” Ia pun senang saat mengetahui
pihak sekolah mengadakan kegiatan doa dan galang dana.
Usai pengumpulan dana, Sudino Lim mengucapkan rasa syukur dan terima kasihnya mewakili Tzu Chi dan para korban.
Ahmad Tohir, guru sekaligus staf SD menyambut baik diadakannya kegiatan ini.
“Kita yang ada di Jakarta sangat nyaman, tapi mereka yang di sana sangat memprihatinkan, karena sangat butuh makanan, obat-obatan, dan bantuan dana dari kita semua,” ungkapnya.
Selain itu, ada juga Staf Akunting, yaitu Sisca Herliana yang merasa sedih hingga berlinang air mata. “Cukup menyayat hati ya, karena begitu banyak korban jiwa,” air matanya pun makin deras tatkala teringat sang ibu yang baru meninggalkannya 3 bulan lalu. “Kalau mama saya kan meninggal karena sudah memang sakit sekian lama, sedangkan bencana ini hanya dalam sekejap kita bisa kehilangan keluarga kita,” lanjut Sisca yang paham betul bagaimana sedih dan sakitnya ditinggal keluarga tercinta.
Sisca Herliana (tengah, kacamata) yang baru kehilangan ibunda 3 bulan lalu memahami betul bagaimana perihnya hati para korban yang ditinggal keluarga dalam sekejap.
“Bersyukur karena di sini aman, tapi juga tetap mendoakan supaya di sana tetap diberikan ketabahan terutama bagi yang kehilangan keluarga. Semoga pembangunan di sana cepat terselesaikan dan semoga tidak ada lagi bencana di Indonesia,” harap Sisca.
Editor: Yuliati