Gempa Palu: Panas dan Hujan Tak Pernah Menjadi Alasan

Jurnalis : Khusnul Kotimah, Fotografer : Khusnul Kotimah


Hujan deras disertai angin mengguyur lapangan terbuka di Desa Kavaya, Sindue di Kabupaten Donggala saat relawan hendak membagikan paket bantuan.

Dalam proses penyaluran bantuan bagi warga korban gempa di Palu, Donggala, dan Sigi, relawan Tzu Chi kerap menghadapi kondisi cuaca tak menentu. Seringnya panas yang terik, kadang juga hujan deras. Namun itu tak pernah jadi alasan untuk menunda bahkan membatalkan penyaluran bantuan.

“Kalau kita sampai cancel, bagaimana perasaan para penerima bantuan, itu yang membuat kami termotivasi, bantuan ini tetap harus disalurkan,” kata Chandra Ferdinan, relawan Tzu Chi yang datang jauh dari Kota Biak, Papua. 

Sore kemarin, Kamis 18 Oktober 2018, hujan deras mengguyur lapangan terbuka di Desa Kavaya, Sindue, Kabupaten Donggala. Relawan Tzu Chi bersama warga saat itu baru saja menyalakan kompor untuk memasak Nasi Jing Si. Angin yang kencang sempat merepotkan. Di bawah tenda Tzu Chi, relawan bersama warga menunggu hujan reda guna melanjutkan pembagian bantuan logistik. Hari pun sudah mulai gelap.


Personil TNI melayani warga mendapatkan nasi Jing Si.


Relawan Tzu Chi, Chandra Ferdinan berbincang sambil memayungi warga.

Dengan sabar menunggu, hujan akhirnya perlahan mereda. Nasi Jing Si pun siap dihidangkan. Dalam keadaan setengah basah kuyub, warga menikmati nasi Jing Si hangat yang kali ini dilayani oleh personil TNI. Sementara relawan Tzu Chi bersiap menyiapkan bantuan logistik. Ada 98 paket bantuan yang dibagikan di desa ini. Masing-masing berisi dua lembar tikar, dua buah sarung, dan satu terpal berukuran 4x6 meter.

Meski ada warga yang menggigil kedinginan, mereka mengaku sangat senang. Hal itu disampaikan langsung oleh beberapa warga kepada Chandra. “Pesan dari warga mereka sangat senang sekali. Mereka pertamanya masih punya rasa trauma, ketakutan yang luar biasa tetapi hadirnya relawan Tzu Chi yang selain memberikan bantuan, tapi juga mengobati rasa trauma mereka. Di situ mereka mulai bangkit kembali, bersemangat kembali untuk terus melanjutkan kehidupan.

Usai membagikan bantuan di Desa Kavaya, relawan bergerak menuju Desa Marana, yang lokasinya relatif tak begitu jauh. Di desa ini ada 47 Kepala Keluarga (KK) korban gempa yang kondisi rumahnya rusak berat. Serlin, koordinator dari warga menuturkan, warga di sini masih belum banyak menerima bantuan.


Relawan Tzu Chi membagikan 98 paket bantuan di Desa Kavaya.


Masing-masing warga mendapatkan dua lembar tikar, dua buah sarung, dan satu terpal berukuran 4x6 meter.

“Saya selaku tokoh perempuan di sini mengucapkan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tzu Chi karena sudah berapa pintu yang saya masuki ke Kota Palu, kesana-kemari hanya untuk mendapatkan bantuan tenda saja saya sudah ke beberapa tempat, tapi saya tak berhasil dapatkan,” ungkap Serlin.

Jalinan jodoh bertemu dengan Tzu Chi pun bermula saat Serlin mengantarkan adiknya yang mengalami pendarahan ke kapal TNI. Bertemulah ia dengan Dokter Irwanto, dan memberikan nomer relawan Tzu Chi, Aida Angkasa. Serlin lalu menelpon Aida, dan melakukan koordinasi via telpon, dan akhirnya warga yang sangat membutuhkan di sini mendapatkan bantuan.


Serlin, koordinator dari warga bersyukur warganya yang sangat membutuhkan akhirnya mendapatkan bantuan.


Di Desa Marana, 47 KK mendapatkan masing-masing dua tikar dan dua sarung. Melalui Serlin, relawan juga memberikan 25 terpal untuk warga.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Gempa Palu: Panas dan Hujan Tak Pernah Menjadi Alasan

Gempa Palu: Panas dan Hujan Tak Pernah Menjadi Alasan

19 Oktober 2018
Dalam kondisi terik maupun hujan, relawan Tzu Chi tetap menyalurkan bantuan bagi warga di Palu, Donggala, dan Sigi. Sore kemarin, Kamis 18 Oktober 2018, hujan deras mengguyur lapangan terbuka di Desa Kavaya, Sindue, Kabupaten Donggala. Setelah hujan mereda, relawan pun akhirnya menyalurkan 98 paket bantuan.
Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -