Gempa Palu: Setulus Perhatian yang Menghangatkan Hati

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari


Relawan mengunjungi Arnold yang hingga saat ini masih dirawat di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar.

Mata haru Eno masih berkaca setelah beberapa kali menolak sweter yang diberikan oleh seseorang teman barunya di rumah sakit. "Tidak usah kak, ini kakak saja yang pakai. Sa (saya) sudah ganti baju dari sumbangan rumah sakit," katanya bersikukuh. "Tapi kamu di sini dingin, nggak ada jaket. Pakai saja ya. Ini buat kamu, biar sedikit lebih hangat," kata temannya tak kalah memaksa.

Eno tak bisa menolak lagi, si teman barunya langsung membuka tas dan mengambil sweter cokelat. Tanpa mempedulikan ocehan Eno, ia membuka kancing sweter dan langsung memakaikannya untuk Eno, "Kamu di dalem dingin, pakai." Mendengar itu Eno menangis, mungkin karena terharu atau merasa hal lain. Ucapan terima kasihnya pun tak begitu terdengar. Hanya bisikan sedikit, saat mereka berpelukan mencoba saling menguatkan.


Eno (baju kuning) menemani Arnold di rumah sakit sambil menunggu Yessy (baju ungu) ibu Arnold yang datang dari Jakarta.

Sweter itu ia pakai saat ia kembali masuk ke ruang rawat inap. Eno yang usianya baru 24 tahun, masih harus menjaga bosnya, Arnold yang masih dirawat. Ia satu-satunya karyawan yang terbilang sangat beruntung karena hanya mengalami luka ringan di tangan. Enam karyawan di toko serba ada milik Arnold meninggal, satu lagi luka cukup parah karena terkena pecahan kaca.

Arnold sendiri, pemilik toserba di Jl. I Gusti Ngurah Rai, Palu menderita patah tulang kaki yang cukup parah. Ketika sampai di Makassar dengan pesawat Hercules, kondisi kakinya sudah membiru. "Kami ingin sekali langsung terbang ke Jakarta bertemu keluarga Ko Arnold, tapi ketika tim medis periksa di bandara Makassar, mereka bilang harus segera ditangani," kata Eno.


Kamis, 4 Oktober 2018, relawan Tzu Chi Makassar dan Jakarta kembali ke rumah sakit untuk kembali memberikan uang pemerhati (dukacita).

Kondisi Arnold memang berbanding terbalik dengan Eno. Saat gempa terjadi, ia sedang menikmati waktu makan malamnya di lantai 2. Lalu sesaat kemudian bumi berguncang dan ia sudah terkubur reruntuhan bangunan. Dua puluh enam jam ia berjuang tertimbun puing. "Dia tidak minum, hanya jilat keringat saja sebisanya," jelas Eno yang berdoa sepanjang waktu untuk keselamatan bosnya.

Wanita muslim yang baru dua hari menjadi anak buah Arnold yang adalah seorang Kristen itu, berdoa sepenuh hati untuk keselamatan bosnya. Kata Eno, Agama bukanlah pembeda karena mereka sama-sama manusia.

Ketika para tetangga dan petugas membantu Eno mengais-ngais puing yang menimpa Arnold, mereka membuat celah kecil dan memasukkan selang untuk memberikan minum kepada pria 27 tahun itu. Beruntung dia masih sadar dan bisa bertahan.


Relawan Tzu Chi memberikan uang pemerhati (dukacita) kepada 13 korban dan keluarganya.

Sampai di Makassar hari Senin dan dirawat di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo, kondisi mereka berangsur membaik. Eno memilih menemani bosnya daripada pulang ke kampung halamannya di utara Palu. "Sa (saya) sudah kabari orang tua, sa baik-baik saja. Ini (Arnold) yang sedang butuh pertolongan, jadi sa bantu jaga," papar Eno.

Mewakili Arnold dan keluarganya, Eno mengungkapkan terima kasih untuk perhatian dan bantuan yang diberikan oleh masyarakat yang membuatnya seperti mempunyai saudara di Makassar. Ia pun tak lupa mengungkapkan terima kasih kepada relawan Tzu Chi yang telah dua kali mengunjunginya dan memberikan uang pemerhati (dukacita) untuk Arnold, Rabu 3 Oktober kemarin. "Terima kasih, ibu-ibu semua baik pada kami," katanya dengan suara sedikit bergetar.


Relawan Tzu Chi menenangkan keluarga korban yang masih dilanda kesedihan karena bencana.

Lenny Pupella, relawan Tzu Chi Makassar tak segan memeluknya. Ia berharap perhatian dari relawan bisa sedikit menenangkan dan memberikan kehangatan. "Semoga bantuan ini bisa meringankan beban para korban," ucap Lenny. Dirinya juga mengungkapkan duka dan berdoa semoga penderitaan mereka cepat terobati dan bisa menjalani hari seperti sediakala.

Editor: Yuliati


Artikel Terkait

Gempa Palu: Setulus Perhatian yang Menghangatkan Hati

Gempa Palu: Setulus Perhatian yang Menghangatkan Hati

05 Oktober 2018
Eno yang usianya baru 24 tahun, masih harus menjaga bosnya, Arnold yang masih dirawat. Ia satu-satunya karyawan yang terbilang sangat beruntung karena hanya mengalami luka ringan di tangan.
Gempa Palu: Menyambung Asa Korban Gempa dan Tsunami

Gempa Palu: Menyambung Asa Korban Gempa dan Tsunami

05 Oktober 2018

Tzu Chi Indonesia merespon kejadian gempa dan tsunami di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah pada Jumat, 28 September 2018 dengan mengirimkan relawan dan bantuan ke wilayah tersebut untuk membantu para korban.

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -