Generasi Muda Sahabat Bumi
Jurnalis : Vincent Salimputra (Tzu Ching ), Fotografer : Mikidana, Ciu Yen (Tzu Ching )
|
| ||
Kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya yang ada di bumi ini saling terkait satu dengan yang lainnya. Manusia menyandarkan seluruh kehidupannya pada alam dengan mengambil, mengolah hasil alam dan menggunakannya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat hidupnya, tetapi sudahkah manusia memberikan kontribusi balik secara nyata kepada alam? Ternyata, tindakan eksploitasi alam dan lingkungan yang berlebihan oleh manusia tidak diimbangi dengan upaya manusia untuk melestarikan alam sekitarnya. Hewan yang menggantungkan hidupnya pada alam pun turut merasakan akibatnya. Ketika hutan mulai dibabat dan dijadikan lahan perkebunan, peternakan ataupun pemukiman penduduk maka hewan pun akan kehilangan tempat tinggalnya, tidak terkecuali sumber makanannya. Ketika hutan telah gundul, hewan-hewan pun menjerit dan alam pun mulai menunjukkan kuasanya. Dan ketika alam mulai murka tidak hanya hewan, manusia pun turut merasakan dampaknya. Bencana banjir dan tanah longsor pun menghantui manusia di saat musim hujan seperti sekarang ini. Dan ketika musim panas tiba maka sungai-sungai pun surut karena tidak ada lagi hutan sebagai penampung air. Sungguh ironis, seringkali kita tidak menyadari berapa banyak kita telah mengotori bumi, merusak bumi, dan membuat bumi ini menjadi tidak indah seperti aslinya. WAVES goes to Monas Program ini bertujuan untuk mengajak para generasi muda untuk bersama-sama menyatukan tekadnya yang ingin menjadi pahlawan bumi dengan menjaga, merawat dan melestarikan lingkungan sekitarnya. Menjadi pahlawan bumi tidaklah sulit, hanya diperlukan kesadaran dari diri masing-masing untuk lebih bertanggung jawab dan peduli atas lingkungannya. Mulai dari diri sendiri, dari sekarang dan dari hal-hal yang sederhana, seperti mengurangi penggunaan air untuk hal-hal yang tidak berguna, melakukan penghematan energi, mengubah pola transportasi, membawa alat makan pribadi yang ramah lingkungan dan bervegetarian merupakan lima kebajikan yang bisa dilakukan secara nyata dalam program ini. Pertengahan tahun 2012, tepatnya 16 Juni 2012, program ini mulai dijalankan untuk pertama kalinya, dengan mengadakan kegiatan depo pelestarian lingkungan mini di Universitas Bina Nusantara. Kegiatan ini mendapat respon yang cukup positif, baik dari masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar kampus, maupun mahasiswa yang datang membawa barang-barang daur ulang, untuk kemudian dipilah-pilah sesuai dengan jenisnya. Tidak hanya berhenti sampai di situ saja, Tzu Ching menegaskan komitmennya untuk mendukung misi pelestarian lingkungan Tzu Chi dengan terus melanjutkan gelombangnya memperkenalkan program WAVES ke masyarakat yang lebih luas, khususnya para generasi muda. Tzu Ching Indonesia selalu ingin menjadi contoh teladan bagi para generasi muda lainnya di Indonesia, maka akhirnya pada tanggal 25 November 2012, mengambil lokasi di lapangan Monas (Monumen Nasional) yang terletak di jantung kota Jakarta, sebanyak 91 orang muda-mudi pun terjun langsung untuk mensosialisasikan pelestarian lingkungan.
Keterangan :
“Ketika melihat kondisi bumi yang semakin rusak, sebenarnya kami ingin mengajak semua orang untuk melakukan pelestarian lingkungan. Dalam setiap ceramahnya, Master seringkali menghimbau agar semua orang bersedia menggunakan sepasang tangannya untuk melestarikan lingkungan. Hal ini sudah dijalankan oleh Tzu Ching sendiri, tetapi dibutuhkan uluran tangan dan kekuatan banyak orang untuk turut serta melestarikan lingkungan dan menjaga bumi ini.” tutur Hasan Basri selaku penanggung jawab acara kali ini. Terpilihnya lapangan Monas sebagai lokasi sosialisasi memang bukan tanpa alasan. Pada hari Minggu, biasanya masyarakat Jakarta akan tumpah ruah di lapangan, entah sekedar berolahraga ataupun menghirup udara segar kota Jakarta yang bebas dari polusi kendaraan bermotor. Dengan adanya kesempatan itu, membuat Tzu Ching semakin bersemangat dalam upayanya mengedukasi dan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mulai ambil bagian dalam pelestarian lingkungan. Acara yang dimulai sejak pukul 6 pagi ini tidak hanya melibatkan muda-mudi dari perguruan tinggi di Jakarta saja, beberapa muda-mudi yang berasal dari Tangerang dan Bandung pun tidak mau ketinggalan untuk turut berpartisipasi. Sebelum mereka mulai bergerak untuk melakukan sosialisasi, acara di pagi hari yang cerah itu diawali dengan olahraga pagi bersama, yang kemudian dilanjutkan briefing singkat mengenai cara melakukan sosialisasi pelestarian lingkungan serta pembagian kelompok yang akan membawa alat peraga ketika melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Alat-alat peraga yang dibuat sendiri oleh muda-mudi ini cukup bervariasi mulai dari 10 Jari Pelestarian Lingkungan – yang menjelaskan tentang 10 jenis barang yang bisa didaur ulang, Piramida 5 R – yang menjelaskan tentang konsep 5 R dalam pelestarian lingkungan (Rethink: Memikirkan ulang, Reduce: Mengurangi, Reuse: Menggunakan kembali, Repair: Memperbaiki, Recycle: Mendaur ulang), dan Icon 1.53 (yi tian wu shan) – yang menggambarkan tentang lima hal sederhana yang bisa dilakukan oleh kita dalam sehari untuk menjaga bumi ini (menghemat air, menghemat energi, mengubah pola transportasi, membawa alat makan pribadi yang ramah lingkungan, dan bervegetarian), hingga album kegiatan WAVES berukuran besar, yang merekam jejak sejarah kegiatan WAVES selama ini. Pengumpul “Emas” Keliling “Buanglah sampah pada tempatnya!”, “Dilarang membuang sampah di sini!”. Mungkin kata-kata itu sudah sering kita dengar ataupun kita lihat di spanduk atau poster-poster yang menghiasi jalan. Tetapi apakah kita sudah melakukan hal yang kita anggap sederhana tersebut? Mungkin ya, mungkin tidak. Terkadang kita ingat untuk membuang sampah yang besar pada tempatnya, tetapi bersikap cuek ketika sampah yang hendak dibuang berukuran kecil seperti sobekan kertas, tissue, plastik atau bungkus makanan ringan, sehingga kerap membuangnya secara sembarangan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, 4 orang Tzu Ching berbekal topi yang cukup menarik perhatian serta kantong sampah yang diikatkan di badan masing-masing, mereka pun membagi ladang berkah untuk mengumpulkan sampah-sampah yang berserakan dan bertebaran di kawasan Monas. Topi yang dihias sedemikian rupa menyerupai topi ulang tahun tersebut, masing-masing bertuliskan kata “Kertas”, “Kaleng”, “Botol”, “Plastik” sesuai dengan jenis barang yang bisa didaur ulang. Mereka berempat ingin mengajak semua masyarakat yang tengah melakukan aktivitasnya di kawasan Monas untuk membuang sampah pada kantong sampah mereka, tentunya disesuaikan dengan jenis barang seperti tulisan yang tertera di topi mereka masing-masing. Selain itu, masyarakat juga bisa belajar dan mengerti bahwa ada sebagian sampah yang mereka buang ternyata bisa didaur ulang dan dapat menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat, serta ladang berkah untuk menanam kebajikan dengan siklus mengubah sampah menjadi emas dan emas menjadi cinta kasih yang menyebar ke seluruh dunia. Yang muda, yang peduli
Keterangan :
“Motivasi saya untuk mengikuti kegiatan ini sangat besar, karena acara ini juga berskala besar, maka para generasi muda harus diajak untuk menyadari pentingnya bervegetarian dan melakukan pemilahan sampah demi menyelamatkan bumi ini. Dengan bermula dari diri sendiri, kita bisa mengajak orang lain dan orang lain akan menyebarkan informasi ini kepada yang lainnya, sehingga akan memberikan dampak yang besar buat bumi ini,” ujar Welsen. Seperti prinsip Master Cheng Yen, suatu perubahan yang besar harus dimulai dari yang kecil dan yang terkecil harus dimulai dari diri sendiri. Jadi, kita tidak boleh memandang rendah hal-hal kecil ataupun meremehkan satu tindakan kecil. "Kita dapat melihat ketika satu tangan bergerak, ribuan tangan akan mengikuti; satu mata memandang, ribuan mata turut melihat." kata Master. Tidak ketinggalan, Welsen juga menjelaskan bahwa dia mendapat banyak manfaat dan inspirasi dari mengikuti kegiatan sosialisasi ini. "Banyak manfaat yang saya dapatkan dari mengikuti kegiatan sosialisasi ini. Saya jadi tahu bagaimana cara menyelamatkan bumi ini. Ke depannya, setelah mengikuti acara ini, saya ingin memberikan informasi yang saya dapatkan kepada Tzu Ching Bandung dan mengajak mereka bersama-sama untuk menyelamatkan bumi ini dengan hemat listrik, hemat air, membawa alat makan pribadi dan bervegetarian.", lanjut Welsen. Senada dengan Welsen, Widya yang baru bergabung dengan Tzu Ching juga mengungkapkan komitmennya untuk menjadi bagian dari pelestarian lingkungan dan penyelamatan bumi dengan melakukan berbagai hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, atau lebih menghemat listrik. “Sekalipun masih banyak orang lain yang belum sadar, namun saya yakin dengan melakukan hal kecil semacam ini kita bisa berkontribusi banyak untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan dan juga menjaga bumi kita.” tegas Widya. Seperti halnya Welsen dan Tzu Ching lainnya, Widya juga mendapatkan inspirasi dari mengikuti kegiatan sosialisasi ini. “Yang saya dapatkan dari kegiatan ini, Tzu Ching dan warga setempat dapat membina hubungan yang baik dan jalinan jodoh yang baik dengan bersama-sama berupaya untuk melestarikan lingkungan, bersama-sama bergandengan tangan untuk membersihkan sampah di dunia ini dan menyebarkannya menjadi cinta kasih yang besar.”, ujar Widya dengan mantap. Butuh waktu dan kerja keras untuk membuat masyarakat di sekitar kita agar dapat membuang sampah pada tempatnya ataupun peduli akan kelestarian lingkungan di sekitar mereka. Langkah yang telah dilakukan oleh Tzu Ching ini diharapkan dapat mengajak dan mengedukasi lebih banyak orang untuk peduli terhadap bumi kita yang sedang sakit. Menjaga kelestarian lingkungan berarti ikut menjaga kehidupan yang akan diwariskan kepada generasi muda di masa yang akan datang. "Bila mampu menyayangi bumi, menghargai kehidupan, mengurangi nafsu keinginan, dan menjaga pola hidup sederhana, bumi akan berkembang ke arah yang lebih baik dan membuat semua makhluk hidup memiliki hidup yang aman, damai, dan indah." (Master Cheng Yen) | |||
Artikel Terkait
Meringankan Beban Korban Longsor di Cililin
12 April 2013 Mengetahui peristiwa tersebut Tiim Tanggap Darurat Tzu Chi Bandung bergegas menuju lokasi longsor untuk memberikan bantuan berupa 30 dus mi instan, 10 dus air mineral, 20 kg telur, 20 pcs terpal, 50 pcs selimut, 50 pcs handuk, dan 2 dus pakaian layak pakai.Menghimpun Cinta Kasih Melalui Celengan Tzu Chi
26 Desember 2019Harga Terjangkau, Pekan Amal Tzu Chi Disambut Antusias Warga Kampung Melayu Barat
10 Oktober 2022Pekan Amal yang diselenggarakan oleh relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1 di Wihara Kong Tek Bio di Teluk Naga, Tangerang pada Minggu 9 Oktober 2022, sangat diminati warga sekitar.