Generasi Penerus Cinta Kasih

Jurnalis : Veronica Agatha, Fotografer : Veronica Agatha

Acara kamp anak asuh kedua dibuka dengan sambutan hangat dari Hasan dan Ratna selaku MC

Jumat, 8 Agustus 2014, untuk kedua kalinya Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan kamp anak asuh. Lagu “Selamat Datang” mengalun melalui pengeras suara, menyambut peserta yang telah tiba di lantai 1 gedung Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk. Selama tiga hari para penerima beasiswa karir akan berkumpul dan menginap di Aula Jing Si. Anggota Tzu Ching yang pada kesempatan ini menjadi panitia penyelenggara acara, nampak sibuk mempersiapkan berbagai macam kelengkapan demi berlangsungnya acara ini. Peserta kamp pertama-tama akan dipandu menuju meja pendaftaran untuk mendapatkan seragam serta atribut lainnya seperti name tag, pita, ikat pinggang, dan kaos kaki. Setelah mendapatkan segala atribut para peserta akan dibimbing oleh mentor menuju ruang tunggu di samping rem. Acara pertama merupakan penyambutan singkat yang dilanjutkan dengan penjelasan mengenai psikotest yang telah mereka lalui pada pagi harinya. Sesi ini dibawakan oleh Dewi Yanti Harahap dari People Power Consulting suasana yang awalnya sedikit canggung mulai mencair dengan candaan-candaan yang dilontarkan oleh ibu Dewi. Ia menjelaskan mengenai bermacam jenis kecerdasan dan jenis-jenis cara belajar.

Peserta yang baru tiba akan dibimbing menuju meja pendaftaran untuk mendaftar dan mengambil atribut perlengkapan untuk mengikuti kamp

Para peserta mendengarkan dengan seksama sembari mencatat penjelasan yang disampaikan oleh ibu Dewi. Selanjutnya para peserta kamp diberikan arahan oleh Andrew Stevan dari bagian Bakti Amal mengenai pasal-pasal yang harus dipatuhi dan berhak peserta beasiswa karir terima. Para peserta kamp ini merupakan tonggak penerus bangsa sekaligus benih muda penebar cinta kasih. “Ini kan semua anak asuk yang ikatan dinas, jadi mereka harus benar-benar paham tentang Tzu Chi. Tahun kemarin anak asuh mulai ikut kamp semua. Tahun 2010 mereka ikut Tzu Ching kamp saja. Tapi dari tahun ke tahun kan makin banyak anak asuhnya dan mereka juga ada ikatan dinas, jadi mereka itu harus benar-benar paham tentang Tzu Chi.” Ujar Ayen yang turut berperan dalam kelangsungan acara ini. Hal ini lah yang membuat mereka diperhatikan dan diajak untuk mengenal Tzu Chi secara mendalam dan menyeluruh. Oleh karena itu setelah beristirahat sejenak, peserta kamp diajak berkelliling gedung Jing Si dipimpin oleh shigu dan shibo yang khusus meluangkan waktu mereka untuk menjadi tour guide.

Untuk mencairkan suasana Andrew Stevan mengajak para peserta untuk bersantai sejenak dengan memijat bahu kawan masing-masing

 Lelah berkeliling gedung Jing Si tidak membuat Aris kehilangan semangat. “Merasa heran aja karena gedungnya ini mewah besar. Tadi kan sempat kelliling juga terasa capek. Tapi disamping itu juga rasa bahagia karena bersama teman-teman, mendapat teman baru, disini juga mendapat mama asuh yang baik-baik. Dapat kakak-kakak senior yang baik dan juga perhatian, ya senang aja sih.” Ujar pria kelahiran Lembata, Flores ini sambil tertawa. Acara berlanjut dengan makan malam kemudian pengenalan mentor serta permainan yang mampu mempererat hubungan antar anak asuh serta mentornya.

Bercita-cita setinggi angkasa

Appollonaris Boli Atawollo atau yang akrab disapa Aris merupakan calon mahasiswa di Universitas St. Carolus. Pada awalnya pria berusia 19 ini memiliki cita-cita sebagai pilot. “Ayah saya meninggal pada tahun 2007. Sebelum ayah meninggal bisa dibilang hidup kami berkecukupan. Tapi semenjak ayah meninggal semuanya drop. Cita-cita aku dulu itu kan jadi seorang pilot. Tapi karena ayah yang menafkahi kami itu sudah nggak ada jadi cita-cita aku sirna. Sempat putus asa juga, sempat nggak sekolah. Waktu SMP aku tidak sekolah selama 6 bulan. Karena semuanya hilang begitu saja.” Sedikit kekuatiran terpancar dari raut wajah Aris ketika ia menceritakan masa lalunya. Meskipun cita-citanya menjadi pilot tidak bisa ia gapai Aris berhasil bangkit dari keterpurukannya dan mencoba untuk melanjutkan pendidikannya. Mengambil jurusan keperawatan yang jelas bertolak belakang dengan pilot tidak membuat Aris kecewa. “Ayah saya pernah bilang, lebih baik saya sekolah di bidang kedokteran. Tapi disisi lain saya mau jadi seorang pilot. Sejak ayah meninggal aku mulai berpikir bagaimana caranya semua yang hilang itu bisa kembali lagi. Kebetulan waktu saya nonton Daai Tv saya melihat ada siaran mengenai orang sakit. Dari situ saya mulai tertarik. Sejak SMP saya mulai bergaul dengan ilmu keperawatan. Dan sejak SMA saya mengambil jurusan IPA dan guru-guru pun mendukung, dari situ saya mulai bertekad untuk menjadi perawat.” Ujarnya. Keputusannya mengambil beasiswa karir yang Tzu Chi berikan adalah untuk meringankan beban ibunya yang saat ini masih membanting tulang untuk menghidupi dirinya dan adiknya. Aris merupakan anak kelima dari 6 bersaudara. Baginya mendapatkan kesempatan untuk bisa melanjutkan pendidikan di Jakarta dengan dibantu oleh Tzu Chi merupakan kesempatan emas dan pengalaman yang luar biasa. “Untuk Yayasan Buddha Tzu Chi yang pertama-tama aku mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya karena dengan adanya bantuan ini, mungkin kehidupan keluarga aku kedepannya akan menjadi lebih baik. Dengan membantu banyak orang dan adanya cinta kasih, hidup kita menjadi lebih baik dan sempurna.” Ungkapnya.

Relawan membawa anak-anak asuh berkeliling jing si hingga malam menjelang


Artikel Terkait

Berbakti dan Bersyukur

Berbakti dan Bersyukur

19 Mei 2014
Sepenggal lagu ini sangatlah mudah untuk dinyanyikan, tetapi bagaimana cara mempraktikkannya. Hendaknya kita tidak hanya bersyukur kepada Ibu tetapi kepada kedua orang tua kita karena merekalah yang telah memberikan kehidupan dan membesarkan kita.
Mengasah Kemampuan Bersama Kreativitas

Mengasah Kemampuan Bersama Kreativitas

09 September 2014 Sekolah Tzu Chi Indonesia sebagai penyelenggara dari Indonesian Robotic Olympiad (IRO) 2014 dalam perlombaan tersebut sebanyak 300 peserta ikut serta. Peserta yang mendaftar berasal dari sabang sampai merauke.
Mendalami Misi Pendidikan Berpedoman pada Wejangan Dharma Master Cheng Yen

Mendalami Misi Pendidikan Berpedoman pada Wejangan Dharma Master Cheng Yen

25 November 2021

Bedah Buku Pedoman Guru Humanis menjadi topik yang dibahas oleh para guru DaAi Mama Tzu Chi Batam Minggu, 21 November 2021.

Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -