Generasi Penerus Tzu Chi

Jurnalis : Mikidana (Tzu Ching), Fotografer : FIlya (Tzu Ching)
 
 

fotoPenampilan isyarat tangan yang merupakan salah satu budaya humanis Tzu Chi ini menjadi ciri khas yang terdapat dalam kegiatan insan Tzu Chi.

 

Minggu 5 Juni 2011, muda-mudi Tzu Chi atau yang biasa disebut Tzu Ching, mengadakan sosialisasi relawan baru di Aula Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Pada hari itu sebanyak 52 orang relawan baru yang mengikuti acara tersebut tampak penuh dengan semangat baru. Hal ini terlihat waktu baru saja menunjukkan jam 9 pagi, namun peserta sudah berdatangan meski acara baru akan dimulai pukul 09.30 WIB.

Saat acara dimulai, peserta diperkenalkan dengan salah satu budaya humanis Tzu Chi yang ditunjukkan dalam sebuah penampilan bahasa isyarat tangan dari sebuah lagu yang berjudul “Gan En Zun Zhong Ai“. Terlihat relawan baru yang hadir juga mengikuti gerakan dengan gembira.

Setelah itu Rita Xuejie (kakak perempuan), memperkenalkan kisah sejarah Tzu Chi dan kisah Master Cheng Yen. Pada sesi ini teman-teman relawan baru muda-mudi Tzu Chi diajak untuk menyaksikan sebuah video tentang bagaimana kisah awal Tzu Chi dan Master Cheng Yenhingga Tzu Chi bisa berkembang pesat seperti hari ini. Setelah itu salah satu Tzu Ching yang bernama Andy Wang pun juga menjelaskan seputar kisah mengenai sejarah Tzu Ching yang merupakan salah satu generasi muda penerus Tzu Chi.

Selain untuk menambah jumlah barisan Tzu Ching, sosialisasi ini juga bertujuan agar calon relawan muda-mudi ini dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan Tzu Ching Camp 6 yang akan diadakan selama tiga hari dua malam di Sekolah Cinta kasih Tzu Chi pada tanggal 26-28 November nanti. Mengikuti sosialisasi Tzu Chi menjadi salah satu syarat bagi mereka untuk dapat ikut serta dalam Tzu Ching Camp kali ini.

foto  foto

Keterangan :

  • Acara sosialisasi ini bertujuan untuk mengenalkan Tzu Chi kepada para remaja dan mengajak mereka untuk ikut serta menjadi relawan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching). (kiri)
  • Dengan merangkul generasi muda ke dalam lingkungan Tzu Chi dapat mengajak dan membawa mereka ke dalam lingkungan dan pergaulan yang baik. (kanan)

Sosialisasi ini juga menjelaskan cara berpenampilan yang menjadi ciri khas Tzu Ching, salah satunya bagi pria rambut harus rapi dan tidak boleh melewati telinga serta tidak boleh berkumis dan berjengot. Sedangkan wanitanya harus mengepang rambut menjadi dua bagian dan diikat dengan pita Tzu Ching. Hal-hal ini sebagai keseragaman dan untuk menunjukkan keindahan dalam berpenampilan yang menunjukkan ciri khas Tzu Chi.

Anggota Tzu Ching maupun calon relawan baru yang hadir juga mendapat kesempatan untuk berpartisipasi dalam sebuah drama yang berjudul “Mengatasi 20 Kesulitan dalam Kehidupan” yang diambil dari sebuah buku dengan judul yang sama. Drama yang rencananya akan dibawakan oleh 500 orang relawan Tzu Chi ini hanyalah sebuah alat, makna sebenarnya adalah bagaimana Dharma yang dibabarkan oleh Master Cheng Yen dalam buku tersebut dapat kita resapi dan terapkan ke dalam kehidupan sehari-hari.

foto  foto

Keterangan :

  • Peserta diajak untuk menyaksikan drama "Mengatasi 20 Kesulitan dalam Kehidupan" yang pernah ditampilkan oleh relawan Tzu Chi Malaysia. (kiri)
  • Melalui acara ini, diharapkan Tzu Ching dapat semakin berkembang, karena Tzu Ching adalah sebuah generasi yang menjadi harapan Master Cheng Yen untuk meneruskan ajaran Tzu Chi. (kanan)

Dua Puluh kesulitan tersebut, yakni: sulit bagi orang miskin untuk berdana, sulit bagi orang kaya untuk mempelajari kebenaran, sulit menghadapi kematian, sulit untuk melihat Sutra Buddha, sulit untuk terlahir sezaman dengan Buddha, sulit menahan hawa nafsu, sulit untuk tidak mengingini sesuatu yang baik, sulit untuk tidak marah ketika dihina, sulit untuk tidak memanfaatkan kekuasaan, sulit untuk menjaga pikiran agar tak terpengaruh saat menghadapi masalah, sulit untuk belajar secara luas dan mendalam, sulit untuk melenyapkan kesombongan, sulit untuk tidak meremehkan orang lain, sulit untuk memandang setara semua makhluk, sulit untuk tidak bergunjing, sulit untuk bertemu mitra baik, sulit untuk melihat hakikat diri dan mempelajari kebenaran, sulit untuk mencerahkan orang di saat yang tepat, sulit untuk tidak terpengaruh kondisi luar, dan terakhir sulit untuk memahami metode terampil.

Sosialisasi hari itu ditutup dengan bahasa isyarat tangan yang berjudul “Satu Keluarga”. Setiap peserta diajak untuk berdiri dan membuat lingkaran besar sambil mengikuti isyarat tangan tersebut. Lagu dan bahasa isyarat tangan ini memberikan arti bahwa kita semua adalah satu keluarga yang didalamnya penuh dengan kebersamaan, tanpa adanya perbedaan baik agama, suku, ras maupun golongan.

  
 

Artikel Terkait

 Duka itu Masih Terasa

Duka itu Masih Terasa

20 November 2009 Bencana gempa bumi yang terjadi di Sumatera Barat pada tanggal 30 September lalu meninggalkan duka di hati banyak orang, khususnya warga Kota Padang dan Pariaman. Semua orang merasakan duka yang sama, salah satunya adalah seorang relawan Tzu Chi Kantor Penghubung Padang yang bernama Tjia Tjoan An Shixiong.
Pelayanan Kesehatan di Aceh Tamiang

Pelayanan Kesehatan di Aceh Tamiang

29 Agustus 2023

Dalam suasana Hari Kemerdekaan RI ke-78, Tzu Chi Medan mengadakan Bakti Sosial Kesehatan pada 20 Agustus 2023 di Aceh Tamiang. Kegiatan ini melayani 695 pasien umum, 119 pasien yang memeriksakan mata, dan 74 di antaranya menerima kacamata.

Suara Kasih: Menghibur di Daerah Bencana

Suara Kasih: Menghibur di Daerah Bencana

10 Oktober 2011
Pada hakikatnya, semua orang memiliki sifat luhur yang sama dengan Buddha. Keluhuran ini adalah buah dari pelatihan diri. Dalam batin setiap orang sesungguhnya terkandung benih Kebuddhaan. Kita semua pada dasarnya memiliki hakikat cemerlang bagai matahari dan bulan.
Menggunakan kekerasan hanya akan membesarkan masalah. Hati yang tenang dan sikap yang ramah baru benar-benar dapat menyelesaikan masalah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -