Generasi Tzu Chi Kedua, Harapan Tzu Chi di Masa Depan

Jurnalis : Shelfi (He Qi Utara 1), Fotografer : James Joelianto, Shelfi (He Qi Utara 1)

Ibu Ang Lia Saputra dan anaknya melakukan registrasi untuk mengikutin acara Filial Piety: Ohana Cha Cha Cha.

Berawal dari masa pandemi sekitar September 2020, para relawan dari komunitas He Qi Utara 1 mengkhawatirkan kondisi pendidikan anak-anak di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke, Jakarta Utara. “Waktu pandemi kita lihat banyak orang yang sakit, seperti kita-kita yang generasi pertama, terutama saya yang sudah berumur, yang sakitlah atau yang pergi meninggalkan kita. Daripada semua nggak keluar (kegiatan), saya pikir waktu itu saya punya ide bagaimana kita buat online materi (tutorial), jadi kita mengajak anak-anak ini siapa yang bisa memberikan les one by one ke anak-anak Rusun kita,” kata Shelly Widjaja, relawan He Qi Utara yang juga penggagas ide ini. Shelly menamakan grup anak-anak relawan ini Generasi Tzu Chi Kedua (Tzu Er Dai).

Persiapan tim anak-anak Tzu Chi Generasi Kedua (putra-putri relawan Tzu Chi) dalam mempersiapkan dekorasi dan pengaturan tata letak untuk acara.

Olivia Tan, relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Utara1 yang membantu anak-anak dalam mempersiapkan kegiatan ini.

Online tutorial (materi pembelajaran online) yang  diberikan seperti  melukis, bahasa Mandarin, dan bahasa Inggris  sesuai kebutuhan dari anak-anak Rusun. Ada sekitar 33 orang relawan Tzu Chi dan anak-anaknya yang tergabung di dalam grup ini. Walaupun anak-anak ini memiliki kesibukan masing-masing, dimana ada yang dipisahkan jarak sehingga pertemuan mereka hanya melalui zoom, berkutat dengan tugas-tugas sekolah, tetapi karena tekad, dan niat bersungguh hati ingin bersumbangsih dengan apa yang mereka miliki, mereka selalu hadir di dalam meeting online, dan jadwal-jadwal mengajar mereka sampai sekarang.

Melihat kontribusi, keseriusan, dan rasa empati mereka akan kepedulian sesama, juga mereka yang multitalenta maka Shelly memiliki ide untuk lebih membuat mereka lebih aktif dan kompak. Shelly dibantu Olivia mengoordinir anak-anak generasi kedua ini untuk membuat Filial Piety Project (Program Berbakti Kepada Orang Tua) dalam rangka menyambut Hari Ibu yang diadakan pada tanggal 18 Desember 2022.

Hana Mettanadini, salah satu penanggung jawab acara kegiatan ini.

September 2022, meeting online diadakan untuk membahas perencanaan acara tersebut dengan PIC Amanda, putri dari Joyce, relawan Tzu Chi. Namun karena Amanda berhalangan hadir maka Hana menggantikannya dan mulai menyusun tim, membagikan tugas, penentuan tema acara, dekorasi, hingga konsumsi, semua anak-anak “generasi kedua” ini yang mengerjakan. Bahkan pembuatan flyer acara adalah original desain ide dan karya mereka.

Koko Cici (sebutan lain Shixing-Shijie) para relawan yang harusnya mereka panggil Shigu dan Shibo (Bibi dan Paman). Hal ini menjadikan para relawan yang sudah senior senang dipanggil Koko dan Cici karena merasa kembali muda. Para relawan senior kemudian membantu memfasilitasi yang berkaitan dengan peminjaman ruangan, alat-alat, dan semua yang membutuhkan izin dalam penyusunan acara ini. Filial Piety Project mengambil nama Ohana Cha Cha Cha diangkat dari K-Drama (drama korea) yang bercerita tentang kehangatan dan cinta kasih, baik dalam keluarga, juga pasangan kekasih. Walaupun Amanda sebagai PIC utama tidak dapat hadir dalam Hari-H, tetapi tanggung jawab dan kontribusinya tetap dilaksanakan dengan baik, dan memastikan acara tetap berlangsung.

Arigold dengan Papa dan adik asyik menghias muffin bersama. Kegiatan ini semakin mempererat hubungan emosinal antara orang tua dan anak-anaknya.

Arigold murid Tzu Chi School menunjukkan dengan bangga hasil kreasi muffin-nya.

Minggu, 18 Desember 2022, pukul 13.00 siang acara dimulai. ”Selamat datang di acara Ohana Cha Cha Cha,” sapa Regina dan Vincent selaku pembawa acara menyambut para tamu undangan. Rangkaian acara hari ini diantaranya adalah gamesplay play come this way” dimana dibutuhkan teamwork dan kekompakkan semua anggota dalam memindahkan bola menggunakan ember ke kotak. Ada juga “How you Muffin”, dimana dalam permainan ini para orangtua dan anak diminta bersama-sama menghias kue muffin. Kemudian ada juga tea ceremony” dan tradisi makan kue onde, “blooming beauty”. , yang memiliki filosofi dimana orang tua dan anak-anak diajak menanam benih kebajikan.  

Dalam acara menghias kue Muffin, orangtua dan anak-anak saling bekerja sama.

Di penghujung acara, anak-anak diminta membacakan surat ungkapan hati dan sayang kepada orang tua. Semua tamu yang hadir sangat bersemangat, antusias, dan juga terharu. ”Saya datang karena ajakan dari e-mail, senang banget ternyata filial piety seperti ini fun banget, dan untuk tea ceremony itu sangat bagus ya kalau bisa itu terus dikembangkan, karena makin kemari sudah semakin hilang. Tiga makna tadi itu bagus sekali, walaupun saya tidak mengerti (bahasa) mandarin, dan kalau boleh terus dikembangkan pada anak-anak dan orang tua,” kata Ibu Ang Lia Saputra, salah satu tamu undangan yang merasa terharu melihat kegiatan ini.

“Mungkin Ohana Cha Cha Cha ini terkesan sederhana dan kurang berarti, tetapi mungkin dari ini semua keluarga bisa pulang dengan sangat hangat, dengan sangat ceria, dengan aktivitas yang kita lakukan hari ini. Saya dan teman-teman berharap kita semua bisa membawa kehangatan bagi semua orang," ungkap Hana Mettanadini, salah satu panitia.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Mempersiapkan Karakter Baik untuk Masa Depan

Mempersiapkan Karakter Baik untuk Masa Depan

23 Januari 2024

Sebanyak 29 relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat menghadiri Kelas Bimbingan Budi Pekerti pada Minggu, 14 Januari 2024 dengan tema Kerendahan Hati, Berbakti dan Merawat, Menumbuhkan Anak dengan Cinta Kasih.

Mengenal Rasa Puas

Mengenal Rasa Puas

25 Januari 2016
Agar para murid dapat memahami materi pembelajaran, relawan menceritakan sebuah cerita yang berjudul “Sebuah Pensil Berukuran 1 cm” yang mengisahkan tentang keluarga Xiao Ding Zi yang tinggal di sebuah desa kecil di dataran tinggi di Tiongkok.
Ajaran Baru, Semangat Baru

Ajaran Baru, Semangat Baru

23 Juli 2014

Lingkungan yang baik dapat memberikan dampak positif bagi anak, sedangkan lingkungan yang kurang baik bisa berdampak buruk bagi kepribadian anak. Melalui lembaga Tzu Chi di Tanjung Balai Karimun ini diharapkan dapat membentuk karakter anak yang baik dengan adanya pendidikan budi pekerti. Pendidikan budi pekerti harus ditanamkan sejak dini pada diri anak agar nantinya menjadi orang yang mempunyai pengetahuan yang didasari moral baik. 

Bertambahnya satu orang baik di dalam masyarakat, akan menambah sebuah karma kebajikan di dunia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -