Giat Belajar Demi Camp Ke Taiwan

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Agus Darmawan Suito
 

foto
Agus Yatim Shixiong sedang menjelaskan tentang proses daur ulang di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi.

Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak awal menuju masa dewasa awal. Pada tahap ini biasanya para remaja memasuki masa topan badai dan stress, karena mereka akan mencari jati diri dan ingin menunjukkan eksistensinya. Bila terarah dengan baik,  maka  ia  akan  menjadi  seorang  individu  yang  memiliki  rasa tanggung jawab,  tetapi jika  tidak terarah dengan baik ia akan tumbuh menjadi pribadi yang sebaliknya. Seperti halnya dengan periode kanak-kanak, maka masa remaja masuk dalam periode penting selama rentang kehidupan seseorang.

Psikologi Behavioris berpandangan bahwa manusia dibentuk oleh lingkungannya. Oleh karena itu dalam memberikan pendidikan budi pekerti, Tzu Chi memberikan untuk para remaja. Oleh karena itu dalam memberikan pendidikan budi pekerti pun Tzu Chi menyediakan program khusus yang diperuntukkan bagi para remaja awal, yaitu Tzu Shao. Melalui Tzu Shao ini Tzu Chi berharap agar para remaja akan memperoleh pengalaman yang baik, pemahaman yang baik, dan pendidikan moril yang baik.

James yang Berubah
Sore itu 27 Oktober 2013, matahari bersinar sangat cerah secerah langitnya yang biru muda dengan sedikit awan yang melintas. Cuaca yang cerah membuat gedung Aula Jing Si Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara nampak hangat bermandikan cahaya matahari. Di lantai tiga tepatnya di ruang  Guo Yi Ting sebanyak 220 remaja berkaus biru muda duduk rapi di sisi kanan dan di sisi tengah. Ruangan itu sudah dipadati oleh para orang tua remaja. Menjelang pukul 15.00 acara pertunjukkan pun dimulai. Para Tzu Shao (siswa kelas budi pekerti usia 13-16 tahun) secara berkelompok dan secara bergiliran memberikan persembahan terbaik dihadapan orang tua mereka dengan pertunjukan isyarat tangan. Setelah acara pertunjukkan selasai acara dilanjutkan dengan berbagi kesan dari peserta Tzu Shao dan orang tuanya. Ketika itu seorang Tzu Shao yang bernama James Wijaya naik ke atas panggung. Ia mengatakan kalau ia merasa bahagia selama mengikuti kegiatan Tzu Shao dan di kelas Tzu Shao pula ia memiliki banyak teman dan semangat.

Beberapa saat kemudian Jenny Tjandra ibunda James turut naik naik ke atas panggung. Jenny mengatakan kalau James mengalami perubahan positif selama mengikuti Tzu Shao. “Selama setahun mengikuti Tzu Shao anak saya mengalami banyak perubahan, prestasi belajarnya membaik,” katanya. Perlahan-lahan nada suara Jenny pun menjadi berat. Suaranya yang jelas kini berubah menjadi parau karena tertekan oleh emosi. Lalu ia menerangkan, kalau sebelumnya James yang duduk di kelas 8 memiliki prestasi yang kurang baik. Setiap kali menerima raport evaluasi bulanan, setiap itu pula Jenny harus kecewa melihat lima mata pelajaran James yang merah. “Kalau seperti ini terus James pasti akan tertinggal kelas,” keluh Jenny.

foto   foto

Keterangan :

  • Jenny (kiri) sedang berbagi kisah. Menurutnya dulu James adalah anak yang kurang peduli, tapi sekarang ia bisa menjadi anak yang berprestasi (kiri).
  • Beberapa siswa Tzu Shao menangis ketika mendengarkan sharing tentang kasih orang tua (kanan).

Dalam keluarga, James adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Menurut Jenny, selama mengikuti kelas Tzu Shao James banyak mengalami perubahan, salah satunya sejak James mengajukan permintaan untuk pergi ke Tzu Chi Taiwan bersama teman-temanya dalam rombongan Tzu Shao. Tapi Jenny justru mengurungkan niat James. Alasannya sebagai orang tua ia tak berani meminta izin ke sekolah dengan latar belakang nilai James yang kurang baik.

Kenyataan ini ternyata mengubah pandangan James secara drastis. Ia yang sehari-hari kurang peduli pada prestasi mulai memacu dirinya untuk giat belajar. Bahkan James yang selama ini kurang perhatian pada mata pelajaran tertentu justru berhasil memusatkan perhatiannya dan mampu mendapatkan nilai yang baik. Maka pada bulan berikutnya nilai yang merah di raport James berkurang satu. Bulan berikutnya berkurang lagi satu, bulan berikutnya lagi berkurang lagi satu, demikian seterusnya sampai nilai di raport James sudah tidak ada lagi yang merah. Bahkan atas usaha kerasnya, James mendapatkan predikat The Most Progressive Student in The Year di sekolahnya. Melihat prestasi James yang gemilang, Jenny menjadi bangga dan Jenny pun lebih percaya diri untuk mengajukan permohonan izin libur James yang akan ke Taiwan.  Dan yang membuat Jenny lebih tersentuh adalah ketika James pulang dari Taiwan, perilakunya semakin positif. Dulu james yang kurang menyukai bahasa Mandarin, menjadi giat belajar Mandarin dan mulai berani berkomunikasi dengan bahasa Mandarin. Selain itu untuk mengisi waktu luang, sekarang James lebih memilih les piano ketimbang bermain game. Perubahan inilah yang membuat Jenny terharu dan merasa tenang anaknya bergabung di Tzu Chi.

Selesai sesi sharing, para siswa Tzu Shao pun diminta menaiki panggung satu persatu untuk menerima sertifikat atas keikut sertaannya pada program Tzu Shao selama satu tahun. Menurut Mei Rong Shijie kelas budi pekerti ini adalah angkatan ke-5. Dan pada acara Tzu Shao Camp  yang berlangsung sejak hari Sabtu 26 Oktober hingga Minggu 27 Oktober 2013, merupakan momen pelepasan para Tzu Shao yang sudah dibina selama satu tahun. Melalui acara ini pula relawan bermaksud mengingatkan kembali tentang berbakti kepada orang tua. “Pada dasarnya anak-anak itu sayang dan mencintai orang tuanya, tapi mereka kebanyakan masih takut dan malu-malu untuk mengungkapkannya. Nah di acara ini kami para panitia mengajarkan cara mengungkapkan kasih sayang dan cinta,” jelas Mei Rong.

Maka melalui acara ini Mei Rong mengharapkan siswa Tzu Shao memperoleh teladan yang baik sebagai dasar untuk perkembangannya kelak. Ia juga percaya bahwa anak-anak dan para remaja jika dididik dengan penuh kasih sayang dan kebijaksanaan, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang baik. “Mendidik anak itu harus penuh kasih sayang, tapi juga harus menggunakan kebijaksanaan Sang Buddha,” jelas Mei Rong.

  
 

Artikel Terkait

Pekan Amal Tzu Chi 2019: Mengajak Lebih Banyak Orang Bersumbangsih

Pekan Amal Tzu Chi 2019: Mengajak Lebih Banyak Orang Bersumbangsih

19 Oktober 2019

Pekan Amal Tzu Chi 2019 didukung banyak pihak. Tercatat ada 207 stan dengan berbagai macam produk, seperti makanan, minuman, sembako, ATK, pakaian, elektronik, hingga kendaraan roda 2 dan 4. Nyatanya tak semua berasal dari perusahaan besar, ada juga pemilik usaha pribadi yang berpartisipasi dan mengajak rekan-rekannya ikut bersumbangsih.

Ni Ming Chun Berbagi Kisah Inspiratif di Jalan Bodhisatwa

Ni Ming Chun Berbagi Kisah Inspiratif di Jalan Bodhisatwa

12 Agustus 2019
Ni Ming Chun, adalah seorang insan Tzu Chi dari Taiwan yang sudah 26 tahun berjalan di jalan Bodhisatwa. Berawal di tahun 1993 di Tging Pintung, ia telah bergabung di stasiun televisi DaAi Tv Taiwan, empat bulan sebelum DaAi Tv Taiwan diresmikan 20 tahun yang lalu. 
Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -