Global Warming dan Lagu Vegetarian
Jurnalis : Riani Purnamasari (He Qi Utara), Fotografer : Riani Purnamasari (He Qi Utara)"Banyak sekali kan sampahnya, tapi ini belum seberapa dibandingkan dengan di Bantar Gebang," ujar salah seorang relawan pendamping pada peserta Tzu Ching Kamp saat memilah sampah. |
| ||
“Teman-teman, kita sering mendengar kata global warming tapi apakah sebenarnya arti dari global warming?” buka Robby Cahyadi dalam sharingnya tentang misi pelestarian lingkungan pada Tzu Ching Kamp tanggal 14 agustus 2010 lalu. Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan, seperti mencairnya es di kutub utara, kenaikan permukaan air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dan sebagainya. Memilah Sampah Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Kegiatan yang berlangsung siang itu dibagi dua secara bergantian, ada yang memilah bahan daur ulang di dalam posko, dan ada pula yang menghias celengan bambu di balai warga. Pada saat kegiatan berlangsung di posko daur ulang, peserta kamp memilah bahan daur ulang berdasarkan jenis yang sudah ditentukan. Kertas, plastik, botol, kaleng, dan plastik emberan. Kelima bahan daur ulang tersebut adalah yang terbanyak jenisnya. Waktu yang diberikan selama 30 menit, tidaklah cukup untuk memilah bahan daur ulang di Posko Daur Ulang Cengkareng. “Nanti saya kalau ada waktu mau kesini lagi ah, mau ikut milah-milah, soalnya ternyata sampahnya menggunung,” ujar salah seorang peserta ketika kegiatan pemilahan berakhir. Di saat yang sama, kelompok lainnya melakukan aktivitas menghias celengan bambu dengan sekreatif mungkin. Para duifu (pendamping) diberi kebebasan untuk mengambil peralatan agar kreativitas peserta kamp kelompoknya dapat tersalurkan. Peserta laki-laki tak mau kalah dengan para perempuan. Sudarmin Koh, mentor dari kelompok 8 mengambil banyak hiasan. "Nggak cuma perempuan aja yang bisa bikin kerajinan tangan celengan bambu dengan bagus, kita juga bisa loh,” ujarnya.
Ket : - "Nggak cuma perempuan aja yang bisa bikin kerajinan tangan celengan bambu dengan bagus. kita juga bisa loh," ujar Sudarmin Koh, duifu (pembimbing) kelompok 8. (kiri) “Pun so..Pun so..” tak lama terdengarlah sebuah lagu unik berbahasa Hokkian yang menceritakan bahwa sampah sudah banyak dan mengajak semua orang untuk melestarikan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan dengan jiwa dan raga yang bersih, kehidupan baru bisa bahagia.
| |||