Gotong Royong 'Memanggang Roti' di Rumah Batin

Jurnalis : Halim Kusin (He Qi Barat), Erli Tan (He Qi Utara 1), Fotografer : Halim Kusin (He Qi Barat), Erli Tan, Yusniaty, Tina (He Qi Utara 1)

Beralaskan terpal, sebanyak 1400 lembar selimut dan kasur serta 700 bantal dijemur di lapangan sepak bola Tzu Chi Center.

Aula Jing Si yang terletak di Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara merupakan rumah batin bagi para insan Tzu Chi se-Indonesia. Di tempat ini seluruh kegiatan Tzu Chi dilakukan, salah satunya pelatihan relawan. Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan seringkali memerlukan kamar-kamar penginapan bagi para relawan yang hadir. Selama ini relawan komunitas Jakarta dan Tangerang secara rutin membersihkan ruang-ruang di Aula Jing Si, tak terkecuali kamar-kamar tersebut.

Minggu pagi, 19 Juni 2016, sebanyak 100 orang relawan Tzu Chi berkumpul di Aula Jing Si. Selain akan membersihkan kamar-kamar penginapan, relawan yang tergabung dari komunitas Heqi Utara 1 dan Heqi Barat, kali ini juga menjemur 1400 lembar selimut dan kasur serta 700 bantal yang setiap kali dipakai relawan saat menginap di Aula Jing Si.

Kekompakan dan saling mendukung sesama relawan begitu terlihat. Satu per satu kasur dan selimut dimasukkan ke troli, kemudian dibawa turun ke lapangan bola di belakang Aula Jing Si untuk dijemur. Menurunkan 1400 lembar kasur dan selimut dari kamar-kamar di lantai 6, 7, dan 8, kemudian diangkut ke lapangan untuk dijemur, merupakan tantangan bagi relawan. “Sebenarnya saya juga sempat lemas karena begitu banyak ya. Tapi berhubung kita seminggu sebelumnya ada gathering relawan, semangatnya ya dari sana. Semuanya mendukung kegiatan ini, saya juga jadi semangat,” tutur koordinator kegiatan, Se Ing yang sebelumnya sempat khawatir jika kegiatan ini gagal terlaksana akibat kurangnya relawan.

 

Relawan berkumpul dan mendengarkan pengarahan sebelum turun ke lokasi kerja masing-masing.

Selimut dan kasur dari kamar-kamar penginapan diturunkan melalui lift menggunakan troli-troli.

Relawan pun dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu bagian bersih-bersih kamar, bagian menjemur di lapangan, dan bagian troli atau transport. Perjalanan kasur dan selimut dari kamar-kamar harus melewati lift-lift dan gang-gang di dalam Aula Jing Si untuk bisa tiba di lapangan. Tiga belas troli dikerahkan dan bolak balik mengangkut tiada henti.

Sementara itu, bantal-bantal dijemur di lantai 8 Gedung Gan En dan sebagian lagi dalam kamar yang mendapat terpaan sinar matahari. Bantal-bantal itu terlihat bagai susunan roti-roti yang sedang dipanggang. Puspawati selaku wakil koordinator yang membantu Se Ing saat juga terlihat sibuk berkoordinasi. “Kalau tak begitu banyak bodhisatwa, mungkin semuanya angkat tangan, ternyata bodhisatwa yang datang itu semuanya semangat, seperti semut-semut yang lagi mengangkat roti-roti, mereka mencicipi, hmm..ternyata rotinya enak,” ujar Puspa disertai tawa, mengumpamakan bantal dan kasur sebagai roti.

Meskipun kondisi cuaca panas, relawan tetap bersemangat dalam semua proses menjemur kasur dan selimut. Selimut itu kemudian satu per satu dibalik setelah satu jam agar agar semua bagian bisa terjemur dengan baik. Jandi Susanto, seorang relawan yang biasanya mengurus bagian logistik, kali ini bertugas sebagai koordinator bagian menjemur di lapangan. Terik matahari tak menyurutkan semangatnya. “Capek, tapi kita happy saja. Panas memang, kerja kan memang harus gitu. Semangat!!,” seru Jandi sambil meloncat dari duduk, mengacungkan kedua kepal tangan, memperlihatkan semangatnya.

Dalam kegiatan ini banyak bodhisatwa cilik yang ikut, mereka juga membantu dengan bersungguh hati.

Ferliesa, salah satu bodhisatwa cilik semangat membantu dari pagi sampai siang. Mulai dari bagian transport, menjemur, membalikkan jemuran, hingga melipat dan merapikan.

Begitu juga dengan seorang relawan dari He Qi Barat, John  yang tetap semangat karena semua pekerjaan dilakukan dengan sepenuh hati. “Lumayan capek, tapi ini kan rumah batin kita. Capek tapi bahagia!!” serunya dengan raut wajah secerah matahari saat itu.

Relawan bersumbangsih tenaga dengan bahagia, mereka bergotong royong agar pekerjaan dapat selesai dengan baik. Dari bodhisatwa tua hingga bodhisatwa cilik pun tak terkecuali. Di antara sekian bodhisatwa cilik, terdapat Ferliesa yang tahun ini baru naik kelas 6 SD. Walau mengaku tidak capek, tapi wajahnya kemerahan dan keringatnya bercucuran. Semangatnya tidak kalah dengan orang dewasa. “Disuruh mama bantuin, aku mau aja sih. Kata mama tidak lama kok, tak sampe malam, ya udah.. aku ikut.” Sedari pagi Liesa membantu di bagian troli (transport), naik turun sampai 3 kali, lalu membantu bagian jemur di lapangan, membalikkan “roti-roti”. Hingga siang saat menyimpan jemuran, Liesa juga ikut membantu melipat dan merapikannya. Panasnya matahari seolah-olah tidak ia hiraukan. 

Kerjasama, kerelaan, dan mengerjakan dengan suka cita membuat semua relawan merasakan kebahagiaan dan mampu mengabaikan rasa lelah dan panasnya sinar matahari. “Saya juga merasakan capenya ya di bawah terik matahari. Tapi saya hepi sekali, relawan begitu semangat. Capek pasti, tapi semangat itu yang menghilangkan semua rasa capek,” Se Ing merasa puas karena kegiatan ini terlaksana dengan sempurna. Hingga jam 15.00 barulah semua kasur, selimut, dan bantal berhasil dimasukkan kembali ke kamar-kamar dalam kondisi rapi.


Artikel Terkait

Gotong Royong 'Memanggang Roti' di Rumah Batin

Gotong Royong 'Memanggang Roti' di Rumah Batin

24 Juni 2016
Sebanyak 100 orang relawan Tzu Chi dengan kompak membersihkan kamar penginapan dan menjemur 1400 lembar selimut dan kasur serta 700 bantal. Meski penuh perjuangan, namun para relawan mengerjakannya dengan rela dan bersemangat.
Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -