Griya Pelestarian Lingkungan Pluit

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha
 
foto

Mencintai bumi bisa dilakukan mulai dari diri sendiri. Seperti yang dilakukan insan Tzu Chi wilayah Hu Ai Angke yang dengan penuh semangat melakukan pemilahan sampah di Depo Pelestarian Lingkungan Pluit, Jakarta Utara.

Timbunan botol plastik, kertas koran, maupun barang pecah belah yang terdapat di sebuah ruko besar berpapan nama ”Depo Pelestarian Lingkungan Pluit” adalah timbunan emas yang sangat bernilai. Bahkan, di tempat ini pula insan Tzu Chi belajar untuk menanam kebajikan dalam kehidupannya.

Kalau dilihat sepintas, dua buah ruko di Jl. Muara Karang Blok M 5 Selatan No. 84-85, Jakarta Utara ini, terlihat tidak jauh berbeda dengan ruko lainnya. Namun ketika kaki mulai melangkah di halamannya, tumpukan sampah botol, kertas, kaleng, maupun karung-karung plastik yang sudah terikat rapi, seolah memberi sinyal kalau di sinilah pengolahan sampah menjadi emas dimulai.

”Sampah daur ulang hari ini, dua kali lebih sedikit bila dibandingkan dengan minggu lalu,” ucap Polin, selaku koordinator Depo Pelestarian Pluit. Polin menjelaskan, karena sampah minggu lalu sudah sangat banyak, maka ia pun berinisiatif meminta bantuan insan Tzu Chi untuk melakukan daur ulang sampah. Biasanya setiap hari Minggu hanya satu Hu Ai yang bertugas untuk melakukan daur ulang sampah. Tapi minggu lalu, Polin meminta bantuan dari dua Hu Ai yang dibagi kedalam dua shift untuk melakukan daur ulang. ”Saya selalu berusaha agar sampah jangan terlalu banyak menumpuk. Selain mengganggu pemandangan (tidak indah -red), secara tidak langsung, kita juga menahan sejumlah dana di sini,” ucapnya sambil tersenyum.

Berawal dari Keprihatinan
Depo Pelestarian Lingkungan Pluit berdiri atas dasar keprihatinan insan Tzu Chi wilayah He Qi Utara, terhadap kondisi lingkungan yang semakin memburuk. ”Kebetulan saat itu ada seorang relawan yang bersedia untuk meminjamkan ruko ini. Setelah melihat lokasinya yang cukup strategis dan baik, akhirnya Januari 2009, kami memutuskan untuk menggunakan ruko ini sebagai posko pelestarian daur ulang,” jelas Polin.

foto  foto

Ket : - Sebelum melakukan pemilahan sampah, biasanya para insan Tzu Chi melakukan sosialisasi dengan
           tujuan agar para relawan yang baru bergabung tahu bagaimana proses dan jenis sampah yang
           didaur ulang. (kiri)
         - Siapa sangka, tumpukan sampah ini adalah bulir-bulir emas, yang nantinya dipergunakan untuk kegiatan
           kemanusiaan yang dilakukan oleh Tzu Chi. (kanan)

Persiapan operasional depo pelestarian lingkungan, dimulai dari kegiatan sosialisasi pemilahan sampah. Anggapan tentang sampah yang kotor dan bau pun lenyap ketika para insan Tzu Chi dengan detail menjelaskan proses daur ulang sampah yang nantinya akan dilaksanakan di depo tersebut. ”Secara rinci kami menjelaskan tentang jenis-jenis sampah yang kami gunakan, maupun proses daur ulang yang akan kami lakukan,” tambah Polin. Sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat, pengurus RT, dan RW setempat, mendapatkan respon yang positif. ”Kami beruntung, tanggapan dari masyarakat sekitar sangat baik. Bahkan ketika kami melapor kepada (Ketua) RT dan RW setempat, mereka membebaskan kami dari iuran keamanan dan kebersihan,” jelas Polin.

Meskipun sudah resmi menjadi depo pelestarian lingkungan, namun kegiatan daur ulang sampah baru dilakukan sekitar bulan Maret 2009. Setiap bulannya Polin menuturkan setidaknya ada 1,5 ton sampah kertas, 1 ton sampah plastik, dan 1 ton sampah botol dan kaleng yang masuk ke dalam depo ini, ”Sampah-sampah tersebut berasal dari lingkungan Pluit, Muara Karang, dan Grisenda.” Dari jumlah sampah daur ulang tersebut, setidaknya telah terkumpul dana lebih kurang 3-4 juta rupiah yang bisa disumbangkan untuk kegiatan kemanusiaan Tzu Chi.

Tidak hanya sebagai depo daur ulang sampah, Depo Pelestarian Pluit juga merupakan pusat produksi celengan bambu untuk wilayah He Qi Utara. ”Awalnya kami membuat celengan bambu di sebuah pabrik milik insan Tzu Chi. Tapi setelah memiliki depo, kami pun mulai membuatnya di sini. Bahkan pembuatan celengan ini kami lakukan terlebih dahulu dibandingkan kegiatan daur ulang,” tambah Polin. Selain itu, beberapa ruangan depo yang terletak di lantai dua juga beralih fungsi menjadi aula pertemuan, maupun melakukan kegiatan training relawan. ”Semua renovasi ruangan yang dilakukan adalah hasil kerja keras dari para insan Tzu Chi. Sumbangan tenaga maupun dana tidak pernah berhenti mengalir untuk mempercantik rumah kedua kami ini. Bahkan, Polin pun sengaja membuat sebuah pojok istirahat untuk para insan Tzu Chi, setelah lelah melakukan daur ulang.

foto  foto

Ket : - Rak bersusun tiga ini sengaja didesain secara khusus sebagai tempat proses produksi pembuatan
           celengan bambu. (kiri)
         - Selain mengubah sampah menjadi emas, di depo ini para insan Tzu Chi juga membuat celengan bambu,
           salah satu sarana dalam program penggalangan dana, yang juga bertujuan untuk mengajarkan masyarakat
           untuk menabung kebajikan setiap hari. (kanan)

Bersama Selamatkan Bumi
Minggu, 28 Juni 2009, lebih kurang 25 insan Tzu Chi wilayah Hu Ai Angke, terlihat berada di Depo Pelestarian Lingkungan Pluit, sejak pukul 8 pagi. Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, minggu ini memang giliran Hu Ai Angke yang bertugas untuk melakukan pemilahan sampah daur ulang. ”Kami memang sengaja membagi jadwal tugas pemilahan sampah dengan tujuan agar sampah daur ulang tidak menumpuk di depo ini. Tapi kami tidak menutup kemungkinan kepada He Qi, maupun masyarakat luas untuk turut serta bersama kami,” ucap Lie Yu Xi, selaku koordinator dari Hu Ai Angke.

Sebelum melakukan pemilahan, para insan Tzu Chi mendapat pengarahan tentang tata cara pemilahan sampah, dan informasi pembangunan Aula Jing Si, serta rencana Hu Ai Angke untuk turut serta dalam program penggalangan dana dan kegiatan lainnya. ”Setiap kali melakukan daur ulang, kami selalu kedatangan relawan baru. Oleh sebab itu, sebelum melakukan daur ulang kami menyempatkan diri untuk melakukan sosialisasi terlebih dahulu,” tambah Lie Yu Xi.

foto

Ket : - Selain sebagai tempat daur ulang, dalam waktu dekat rencananya depo ini juga akan difungsikan
           sebagai pusat pelatihan lingkungan.

Bagi para insan Tzu Chi, Depo Pelestarian Pluit adalah rumah kedua untuk mereka. Banyak sekali pelajaran dan pengalaman berharga yang mereka dapatkan. Dengan melakukan pemilahan sampah, mereka tidak hanya mencintai bumi, tapi juga belajar untuk menanam benih-benih kebajikan. ”Sampah ini apabila kita daur ulang bisa menjadi emas. Dan emas itu bisa kita gunakan untuk membantu orang lain yang membutuhkan,” ucap Thio Warsidi, salah satu insan Tzu Chi yang memilih berkeringat memilah sampah untuk membantu orang lain, dibandingkan pergi jalan-jalan di hari Minggu.

 

Artikel Terkait

Menanam Untuk Semua Makhluk

Menanam Untuk Semua Makhluk

21 November 2016
Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Penghubung Biak bekerjasama dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Biak Numfor mengadakan kegiatan pelestarian lingkungan dengan menanam pohon Gaharu di kampung Warsansan, Distrik Biak Utara. (18/11/16).

"Dua Celengan Bambu"

28 Juli 2010
Orangtua Calista, pasien penerima bantuan pengobatan merasa tergerak untuk membantu orang lain juga. “Selama ini saya ingin sekali membantu tetapi tidak tahu harus bagaimana memulainya. Akhirnya sekarang saya tahu bagaimana cara ikut membantu," ujarnya.
Internasional : Kotak Penyelamat Kehidupan

Internasional : Kotak Penyelamat Kehidupan

28 Maret 2011 Pada tanggal 1 Maret 2011 dr. Golovacheva, menerima tas berharga Hematopoietic Stem Cells (HSC) dari dr. Lin Jun-long, Kepala Eksekutif Rumah Sakit Tzu Chi.
Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -