Guru yang Melek Teknologi Informasi dalam Pembelajaran
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah, Yusuf Fathony (Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi)Ary Budi Warsito, M.Kom dari
Matana University mengajarkan para guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi tentang google classroom.
Mengawali Tahun Ajaran Baru 2019/ 2020, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng mengadakan pelatihan bagi guru yang temanya tentang teknologi informasi. Yakni bagaimana seorang guru dapat menggunakan teknologi informasi dalam pembelajaran. Karena itu dalam dua hari training, yakni 10-11 Juli 2019, para guru belajar tentang media pembelajaran interaktif, google apps, dan google classroom.
Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi memang tengah fokus dalam pengembangan teknologi informasi untuk pembelajaran di kelas. Sebagaimana perkembangan teknologi informasi di dunia yang sedang pesat-pesatnya, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi tidak mau ketinggalan zaman. Pengembangan teknologi informasi besar-besaran di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi sendiri sudah dimulai sejak tahun 2017. Fasilitas sudah ditambahkan, misalnya di masing-masing kelas di unit SMP, SMA, serta SMK sudah terpasang access point yakni wi-fi untuk pembelajaran.
Ary Budi Warsito, M.Kom dari Matana University yang mengajarkan para guru tentang google classroom menjelaskan, google classroom merupakan alat untuk membantu pembelajaran secara online di kelas. Terkadang apa yang disampaikan oleh guru di kelas mudah hilang, dengan adanya google classroom, atau e-learning lainnya belajar tidak hanya di kelas tapi juga bisa dibawa keluar.
“Saya harap para guru terus semangat mempelajari aplikasi ini. Kalau susah mungkin hanya di awalnya saja, karena ini kan kaitannya juga dengan habit, kebiasaan,” kata Ary, dosen dari Matana University.
Dengan google classroom, seorang guru yang membuat dan mengeluarkan soal, tidak perlu lagi menggunakan kertas, murid bisa mengakses langsung dari laptop masing-masing. Untuk mengerjakan dan mengirim tugas pun, sudah otomatis di situ.
Para guru harus berpikir kreatif dalam mengajar, tidak hanya mengandalkan satu atau dua metode saja. Demikian yang disampaikan Young Dame Rosemary, dari Universitas Bunda Mulia.
Sementara itu, Young Dame Rosemary, dari Universitas Bunda Mulia (UBM) mengajak para guru untuk berpikir kreatif dalam mengajar, tidak hanya mengandalkan satu atau dua metode saja. Saat ini metode ajar sudah sangat berkembang. Guru-guru pun langsung diajak membuatnya dalam bentuk kahoot, semacam sosial media khusus pendidikan. Kahoot mirip dengan google classroom yang bisa memasukkan tugas di sana dan siswa bisa langsung mengerjakan. Di kahoot, bahkan tekniknya mirip-mirip games tapi berisi materi pelajaran. Jadi tanpa murid-murid sadari, mereka sedang belajar, bukan bermain games.
Narasumber lainnya, Sopan Ardianto, Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta mengajak semua guru merobohkan mental block yang ada dalam diri masing-masing. Mental block menghalangi seseorang untuk bergerak maju.
Sebanyak 150 guru dan karyawan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng juga mendapatkan materi tentang Budaya Humanis Tzu Chi, yakni upacara tuang teh.
Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Freddy Ong berharap dengan segera dimulainya tahun ajaran baru, para guru mempunyai semangat baru, pengetahuan baru yang bisa ditularkan kepada murid-muridnya.
“Dengan demikian anak-anak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Anak-anak juga bisa berprestasi. Walaupun prestasi kan tidak selamanya prestasi di pelajaran, di bidang olahraga, di bidang seni, itu juga prestasi,” harap Freddy Ong.
Editor: Hadi Pranoto
Artikel Terkait
Guru yang Melek Teknologi Informasi dalam Pembelajaran
11 Juli 2019Mengawali Tahun Ajaran Baru 2019/ 2020, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng mengadakan pelatihan bagi guru bertema Teknologi Informasi. Pelatihan diadakan di Tzu Chi Center Jakarta, 10-11 Juli 2019.