Hadiah Kasur Medis untuk Danu

Jurnalis : Eka Suci R, Ida Sabrina, Sheilla NF (Tzu Chi Surabaya), Fotografer : Eka Suci R, Sheilla NF (Tzu Chi Surabaya)


Kondisi kamar Danu sebelum dilakukan penataan kamar oleh relawan. Keadaan dipan yang terlalu pendek membuat kateter Danu harus tergeletak di bawah.

Kamar seluas 2.3 x 2 meter yang berlokasi di daerah Wonokromo itu menjadi penuh sesak terisi oleh para relawan yang bergotong-royong untuk membersihkan kamar Danu. Hari itu merupakan hari istimewa yang relawan siapkan untuk Danu karena mereka akan menata ulang kamar Danu.

Para relawan dengan penuh semangat membersihkan kamar Danu secara total. Mereka mengeluarkan ranjang yang lama dan mengganti dengan kasur medis yang lebih sesuai untuk kondisi kesehatan Danu.

Tergagasnya ide menata ulang kamar Danu dan mengganti kasur ini diawali dengan kunjungan tim TIMA Tzu Chi ke rumah Danu. Saat itu mereka mendapati luka dibagian belakang pinggulnya. Tim dokter TIMA juga melihat bahwa, kondisi kamar yang sekarang tidak mendukung kesembuhan Danu.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi para relawan untuk bisa memenuhi saran tim dokter. Tepat seminggu setelahnya, pada Sabtu 23 November 2019, rombongan relawan berangkat dari kantor Tzu Chi menuju Kantor Yayasan Pintu Mas sebagai titik berkumpul untuk melakukan briefing.

Mendampingi Danu

Dalam baksos kesehatan di wilayah Darmokali pada 2015, Tzu Chi Surabaya yang juga melakukan home visit mendapatkan berkah beberapa kasus tunggal, salah satunya adalah Danu.

Dari sana, tim dibagi menjadi dua kelompok, yakni tim bersih-bersih dan tim untuk menemani Danu. Dua orang relawan membawa Danu untuk potong rambut lalu makan, sedangkan sisanya memulai menata kamar.


Relawan bersama teman Danu bahu-membahu menyusun kasur medis yang dianjurkan oleh dokter TIMA.

Tidak perlu lama-lama, relawan Tzu Chi mengantar Danu ke salon terdekat, untuk mencukur rambut. Sepanjang jalan udara yang begitu panas, Danu malah merasa segar bugar. “Saya sudah berbulan-bulan tidak keluar rumah, tidak merasakan hangatnya cahaya matahari jadi saya tidak perlu dipayungi,” ujarnya.

Setibanya di salon, Danu juga berkenalan dengan Sugiono, salah satu penerima bantuan Tzu Chi, yang kebetulan rumahnya dekat dengan salon. Sugiono juga membantu mendorong kursi roda Danu ke dalam salon tersebut. Bahkan Sugiono juga membantu naik sepeda ke toko terdekat membelikan pisau cukur untuk Danu.

Danu kemudian diantar ke toko kue dan di sana relawan membelikan kue dan lilin yang  sudah menyala. Dengan mata berkaca-kaca Danu merasa terharu. Ia merasakan seperti sedang berulang tahun sungguhan. Ketika ditanya apa harapan Danu, ia berharap bisa segera pulih dan kembali bekerja.

“Saya berharap bisa lebih semangat, ada mukjizat sehingga saya bisa sembuh. Terima kasih banyak atas semuanya. Amin...,” ucap Danu dengan penuh syukur.

Ekspresi Kebahagiaan

Cuaca yang panas disertai keringat bercampur debu tak meluluhkan semangat para relawan membersihkan kamar Danu. Anak dan Kakak Danu pun turut serta membersihkan ruangan tersebut, bahkan tukang becak di sekitar rumahnya juga turut membantu. Kasur lama dikeluarkan dan diganti ranjang medis yang baru. Hampir 3 jam berlalu, penataan kamar Danu akhirnya selesai.


Raut gembira nampak dari wajah Danu saat melihat kamarnya yang telah dibenahi oleh relawan Tzu Chi.

Master Cheng Yen pernah berkata, “Cinta kasih yang tulus dapat menghangatkan batin semua orang yang sedang menderita dan bersedih”. Kata perenungan itu sangatlah tepat untuk menggambarkan reaksi Danu ketika melihat kamar barunya. Rasa senang, haru dan syukur tergambar jelas di wajahnya. Ia tak henti-hentinya mengucap kata terima kasih. Apa yang telah dilakukan relawan memberikan harapan yang lebih besar kepada Danu untuk mencapai kondisi yang lebih baik. Tidak hanya Danu, keluarganya pun tidak kalah bahagia dan senang.

“Saya sungguh berterima kasih karena bapak diberi kasur baru, jadi Ibu saya tidak perlu tidur di ruang tamu dan diinjak-injak orang”  tutur Vira, anak Danu.

Keindahan dari berbuat kebajikan adalah dapat melihat sesama kita menjadi lebih bahagia karena apa yang kita perbuat. Senyuman dan rasa kebahagiaan dari Danu sekeluarga membayar rasa letih dan lelah para relawan.

“Seberapa banyak cinta kasih yang Anda sumbangkan, sebanyak itu pula cinta kasih yang akan anda dapatkan,” demikianlah pesan Master Cheng Yen. Para relawan merasa bersyukur dan berterima kasih kepada Danu karena melaluinya, relawan mendapatkan kesempatan untuk menolong sesama dan memberikan perhatian lebih dalam.

Bersyukur Setiap Saat

Dua minggu berlalu, relawan mendatangi rumah Danu untuk melakukan kunjungan kasih juga pembagian sembako rutin. Ida Sabrina yang merupakan penanggung jawab untuk kasus Danu ini turut mengajak Dokter Anas dari TIMA untuk melihat kondisi luka Danu dan juga memberikan imbauan kesehatan untuk keluarganya.

Sebagai pengingat, relawan memberikan 2 bingkai foto. Bingkai pertama berisikan foto sebelum dan foto sesudah kamar dibersihkan. Bingkai kedua adalah pesan harapan relawan untuk kondisi kesehatan Danu.

Danu merupakan pribadi yang ceria dan selalu berfikiran positif, ia setiap hari tidak henti berdoa agar esok kondisinya bisa lebih baik dan bisa kembali menjalani peran bapak untuk anaknya. Setiap pagi Danu tidak pernah absen untuk jalan-jalan menggunakan kursi roda di depan gang rumahnya, ini juga yang akhirnya membuat Danu memiliki banyak teman yang juga sering membantunya.

Setelah memberikan bingkai dan membacakan isi harapan relawan kepada Danu, Dokter Anas memeriksa keadaan luka Danu dan bersyukur luka sudah membaik dan mulai mengering. Danu tidak berhenti mengucap syukur kepada relawan juga Yayasan Buddha Tzu Chi.


Relawan memasang bingkai foto sebelum sesudah kamar dibenahi, juga bingkai kedua adalah pesan harapan relawan untuk kondisi kesehatan Danu.

Alhamdulillah saya merasa lebih baik dan juga bisa tidur dengan nyaman karna kasur ini mendukung sekali untuk kesehatan saya, ada tempat untuk kateter juga jadi tidak perlu diletakkan di bawah. Saya sangat bersyukur sekali pokoknya, tidak bisa berkata banyak,” ujar Danu.

Khawatir dengan kondisi kesehatan Sunarni, istri Danu yang memiliki kelebihan berat badan, Dokter Anas juga memberikan tips untuk menurunkan berat badan. Dokter Anas berbagi pengalaman bagaimana beliau bisa menurunkan berat dari 82 kg menjadi 75 kg dalam waktu 4 bulan. Semua itu diawali dari pertemuan Dokter Anas dengan Master serta seluruh shifu Griya Jing Si saat Annual Meeting TIMA September 2019 lalu di Taiwan. Dari sana ia bertekad untuk bervegetaris. Sementara itu Ida, menghimbau agar keluarga juga turut mendukung Sunarmi untuk menghindari makan yang bisa membuat berat badannya naik. Kepedulian relawan ini diharapkan bisa meningkatkan tentang pola hidup sehat keluarga Danu.

Jalinan Jodoh Setelah 20 Tahun

Ada kisah unik dan haru yang didapat relawan ketika berbenah rumah Danu. Ibu Sunarni, istri Danu mengenali salah seorang relawan yang membantu membersihkan kamar danu adalah pimpinan di tempat kerjanya 20 tahun silam. Ini merupakan sebuah perjumpaan yang langka dan tidak terduga, sekaligus mengharukan.

Tidak pernah terfikir oleh Sunarni bahwa mantan atasannya akan datang dan membantu membersihkan kamar suaminya. Mata Sunarni tampak berkaca-kaca, terharu sekaligus bahagia. Demikian pula bagi relawan yang juga tidak pernah menyangka bahwa wajahnya masih diingat dan disapa oleh mantan karyawannya dulu.


Foto bersama Danu beserta keluarga dengan kasur dan suasana kamar yang baru.

Perjumpaan ini tentunya membawa kebahagiaan dan harapan yang lebih besar, serta suatu pelajaran kehidupan yang baik. Pelajaran mengenai bagaimana seharusnya seseorang dapat mengisi perjalanan hidup dengan hal-hal baik, bermakna, dan berkontribusi bagi kehidupan tanpa mengetahui jalinan jodoh baik dengan siapa saja dan berkontribusi bagi kehidupan sesama.

Master Cheng Yen berkata, “Kita tidak mampu mengendalikan panjangnya sebuah kehidupan, namun kita mampu membangun dan mengembangkan potensi dalam kehidupan agar bermanfaat bagi banyak orang”.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Acungan Jempol untuk Semangat Tuti

Acungan Jempol untuk Semangat Tuti

20 September 2017

Setiap orang tidak akan pernah tahu kapan kemalangan akan menimpa. Seperti Tuti, wanita setengah baya yang tahun ini berusia 37 tahun. Di usia yang relatif masih muda, Tuti sudah berulang kali keluar- masuk rumah sakit karena kanker ovarium yang ia derita sejak tahun 2013 lalu.

Suntikan Kebahagiaan dari Kawan Lama

Suntikan Kebahagiaan dari Kawan Lama

09 Februari 2017
Kegembiraan Sobariah menerima kunjungan dari kawan-kawannya di Tzu Chi International Medical Assosiation (TIMA). Kunjungan tersebut seakan mengobati kerinduan Sobariah yang kini tengah menjalani terapi untuk penyakit kanker yang dideritanya.
Inspirasi dari Kunjungan Relawan di Panti Sahabat Baru

Inspirasi dari Kunjungan Relawan di Panti Sahabat Baru

28 Agustus 2017
Ami Haryatmi, relawan Tzu Chi, memandu kuis memori dan kebajikan. “Oma dan Opa yang lebih senior pasti memiliki seuatu yang bisa kami teladani tentang cinta kasih. Mari oma opa ajari kami, apa yang sudah oma opa lakukan hari ini tentang kebajikan?” tanyanya.
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -