Bakti Amal Tzu Chi membuat sebuah agenda jalan-jalan bertajuk Happy Bus, yakni jalan-jalan happy naik bis Tzu Chi yang mengunjungi beberapa tempat yang asik.
Siapa sih yang nggak suka jalan-jalan? Pasti semua suka kan? Nggak perlu jauh-jauh lho, sekitaran kota pun bisa dikunjungi untuk sekadar mencari hiburan akhir pekan. Kalau anak gen-z sekarang menyebutnya sebagai healing tipis-tipis. Yang penting bisa menjadi pengobat kebosanan dari rutinitas mingguan yang itu-itu saja.
Jalan-jalan di akhir pekan ini juga dilakukan oleh relawan Tzu Chi yang tujuannya bukan untuk hedon, konsumerisme, atau hal lain, melainkan untuk mengumpulkan sebuah kenangan manis. Bersama para pasien penerima bantuan Tzu Chi dan para pendampingnya, Tim Bakti Amal Tzu Chi membuat sebuah agenda jalan-jalan bertajuk Happy Bus, yakni jalan-jalan happy naik bis Tzu Chi. Agenda ini perdana dilakukan Sabtu, 27 April 2024.
Bak tour guide, Yully Kusnadi memandu perjalanan di Happy Bus, mulai dari memperkenalkan berbagai bangunan iconic di kanan kiri jalan, hingga mengajak para penumpang Happy Bus bernyanyi bersama.
Melihat Kota Jakarta Lebih Luas
“Puji syukur, Alhamdulillah, hari ini saya bahagia sekali karena bisa jalan-jalan sama anak saya, Yus Rosim,” kata Jumiati, pendamping pasien Yus Rosim antusias. “Kami tadi diajak ke Jepang, ke Tiongkok yang ada di PIK 2. Orang pikir saya cuma dari Riau ke Jakarta berobat, ternyata di Jakarta bisa sampai lihat negara Jepang, Tiongkok. Hahaha..,” lanjut Jumiati sangat bersemangat ketika mengunjungi Taman Doa Akita dan replika patung naga di PIK 2.
Bersama Yus Rosim, Jumiati sudah sembilan (9) bulan tinggal di rumah singgah di daerah Slipi, Jakarta Barat. Dari Kota Pekanbaru, Riau, Jumiati mendampingi anaknya melakukan kemoterapi di RS. Dharmais. Mereka di sini hanya berdua tanpa saudara dan kerabat, makanya bisa berjodoh dengan Tzu Chi membuat Jumiati merasa sungguh bahagia. “Kami betul-betul seperti punya sandaran, seperti punya keluarga yang menemani di Kota Jakarta yang keras ini. Sungguh berat awalnya,” tutur Jumiati yang tak bisa menyembunyikan haru.
Wajah bahagia menghiasi Happy Bus. Jalan-jalan bersama para pasien dan pendamping, serta relawan ini diharapkan lebih sering dilakukan untuk mewarnai hari-hari keluarga pasien dan pendampingnya.
Selama sembilan bulan pula, Jumiati tak pernah pergi jauh dari lingkungan rumah sakit. Bisa dikatakan hanya rumah sakit, rumah singgah, rumah sakit, rumah singgah, begitu seterusnya. Boro-boro untuk jalan-jalan, dia lebih memilih menemani anak sulungnya berobat dan mencari uang tambahan untuk hidup mereka di Jakarta.
Di rumah singgah, Jumiati memanfaatkan keahliannya memasak dan menawarkan katering ke tetangga kamarnya. Dari situ ia mendapatkan sedikit penghasilan sehingga tak banyak menyusahkan suaminya di Pekanbaru yang setiap harinya hanya bekerja menjadi buruh getah karet. Namun tak semua jasanya ia berikan harga karena ternyata Jumiati tak jarang membantu tetangganya untuk mengurus administrasi rumah sakit, ia melakukan itu sebagai relawan, untuk membantu sesama. Kata Jumiati, ia tak ingin hanya dibantu orang, tapi mau juga bisa membantu orang.
“Makanya kata Bang Yus, ‘Ibuk ni banyak kali pasiennya, bukan cuma aku,’” tutur Jumiati tertawa menirukan ucapan Yus. “Di sini (Jakarta) kan 5 ribu rupiah itu sangat berharga, rasanya buat pasien itu betul-betul di Jakarta ini pahit lah. Perjuangannya luar biasa mencari biaya. Makanya kalau bisa ya saling bantu,” lanjut Jumiati.
Jumiati dan anaknya, Yus Rosim sangat bergembira bisa berjalan-jalan ke Taman Doa Akita di PIK 2. Sudah Sembilan bulan sejak datang ke Jakarta, akhirnya ia bisa berkeliling Kota Jakarta.
Rutinitas selama 9 bulan yang jauh dari kampung halaman dan berkutat di situ-situ saja, kadang membuat Jumiati bosan. Tapi demi Yus bisa kembali ke Pekanbaru dengan sehat kembali, ia yakin kuat. Makanya ketika ada agenda Happy Bus, Jumiati langsung mengajak Yus ikut serta.
Dengan didorong di kursi roda, Yus sama dengan ibunya, menikmati pemandangan sekitar, berfoto bersama, dan bercanda dengan relawan. Sudah lama sekali rasanya ia tak melihat dunia selain rumah sakit, keluar beberapa jam bersama relawan membuatnya sungguh lega dan bahagia.
Mengajak Anak Jalan-Jalan
Bukan cuma Jumiati dan Yus Rosim, Ima Rahimah beserta suami dan anaknya (Rizki Al Farizi) yang berasal dari Batam juga turut bergembira. Sudah lima bulan mereka tinggal di rumah singgah untuk pengobatan Rizki, dan selama itu pula mereka meninggalkan rutinitas di kampung halaman.
“Di sini kami cuma bertiga ini dan kemana-mana ya selalu sama-sama. Paling ke rumah sakit (RSCM) itu seminggu sekali, sisanya kebanyakan di rumah singgah saja,” kata Ima.
Ima Rahimah beserta suami dan Rizki Al Farizi mewarnai bersama relawan setelah berkeliling PIK 2. Pada kesempatan ini mereka juga diperkenalkan tentang Tzu Chi di Aula Jing Si.
Di usia anaknya yang baru satu tahun 11 bulan, kadang Ima merasa iba karena dimana seharusnya Rizki bisa eksplor dunia anak-anak, malah terkendala banyak hal karena harus menjalani pengobatan. “Anak-anak umur segini kan memang lagi suka panjat-panjat, jalan-jalan kemana, main sama teman sebaya. Tapi karena Rizki berobat, semuanya terbatas. Di rumah singgah juga terbatas,” imbuh Ima.
Jadilah ketika mendapat undangan untuk jalan-jalan, mereka langsung ikut serta. Selama ke beberapa tempat, Rizki pun aktif berjalan, lari ke sana kemari, tertawa senang, dan hanya sesekali minta digendong orang tuanya.
“Senang sekali hari ini akhirnya bisa ajak Rizki jalan-jalan. Sudah lama pengen sekali-kali lihat Kota Jakarta,” tutur Ima senang.
Hati Bahagia Adalah Obat
Semua pasien dan pendampingnya yang hari itu ikut serta merasakan kebahagiaan yang sama. Mereka yang seluruhnya berjumlah 11 pasien dan pendampingnya dan berasal dari luar kota akhirnya bisa melihat-lihat Kota Jakarta, khususnya PIK 2 dan berkeliling Aula Jing Si. Udara sejuk pagi hari pun seakan menambah lengkap perasaan yang menggembirakan.
Begitu juga bagi Yully Kusnadi, Kepala Departemen Bakti Amal Tzu Chi. Ia lega bahwa agenda jalan-jalan Happy Bus pertama ini sukses adanya.
“Wah, kami senang banget. Dari tim Bakti Amal dan tim relawan, kami all out lah ya. Kami pokoknya ingin membuat gimana caranya supaya pasien dan pendampingnya tuh happy. Memastikan bahwa mereka punya waktu untuk turun bis, punya waktu untuk foto-foto, untuk exist ke media sosialnya mereka. Biar teman-temannya tahu, saudaranya tahu, dan mereka juga happy,” ungkap Yully menggebu. “Kami juga bener-bener ngerasa bahagia, malah jujur aja kami lebih bahagia dibanding mereka,” lanjutnya tertawa.
Selain ke Taman Doa Akita, para penumpang Happy Bus mampir juga ke replika patung naga dan berfoto bersama.
Berawal dari rasa simpati akan kisah pasien yang hampir setiap hari hanya berkutat ke rumah sakit dan rumah singgah, Yully dan tim membuat agenda jalan-jalan ini. Tim Bakti Amal ingin membuat acara yang produktif dan membawa kegembiraan, juga bisa sedikit mengobati rasa bosan mereka.
“Sekarang kami sudah agendakan setiap tiga bulan sekali akan ada Happy Bus ini. Nah selain itu, di pekan-pekan lainnya, kami sisipkan kegiatan-kegiatan lain untuk mereka. Seperti kunjungan ke Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi, atau pun ada pula seminar-seminar kesehatan supaya mereka semua senang.”
Nantinya Yully tetap berharap ketulusan hati setiap tim dan juga relawan agar bisa terus mendampingi pengobatan para pasien. Karena Yully paham betul, jalan panjang dan terjal mereka sangat tidak mudah dilalui.
“Pada intinya adalah kami berharap mereka bisa sembuh ya, kita mau mendampingi, dan kita mau bersama mereka, berjuang bersama untuk kesembuhannya mereka,” tegas Yully, “kan ada pepatah mengatakan ‘hati gembira adalah obat’. Nah semoga agenda kami ini menjadi salah satu sumber kebahagiaan bagi mereka sehingga para pasien dan pendampingnya punya kekuatan untuk menjalani pengobatan-pengobatan yang tentunya nggak gampang.”
Editor: Arimami Suryo A.