Happy Mother’s Day!

Jurnalis : Marlina, Henny Y., Vincent S. (He Qi utara 2), Fotografer : dok. He Qi Utara 2

Seluruh partisipan menjalani meditasi sebelum memasuki acara “Mother’s Day” secara daring dalam Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi di komunitas He Qi Utara 2.

Apa yang terbayang dalam benak Anda ketika mendengar kata Ibu? Mungkin sebagian besar dari kita akan memunculkan visual seorang perempuan yang telah melahirkan dan mengasuh kita selama ini. Setiap orang pasti memiliki definisinya masing-masing mengenai sosok ibu. Meski semesta mengenal ibu dengan bahasa yang berbeda, sosoknya tidak terlepas dari gambaran pengorbanan, perjuangan, kasih sayang dan doa. Ibu sering diibaratkan sebagai sosok malaikat tanpa sayap dalam kehidupan ini. Dari seorang ibu, kita belajar bagaimana mencintai tanpa syarat.

Dalam rangka perayaan Hari Ibu Internasional yang jatuh pada bulan Mei di setiap tahunnya, para relawan Misi Pendidikan di komunitas He Qi Utara 2 bersatu hati mempersiapkan acara “Mother’s Day” dalam kelas bimbingan budi pekerti pada 30 Mei 2021. Acara ini menjadi kegiatan yang spesial bagi orang tua, khususnya ibu, yang mendampingi anak-anaknya dalam kelas yang diselenggarakan secara daring ini. Mereka beserta para Dui Fu Mama termasuk dalam 89 partisipan dalam acara yang berlangsung sejak pukul 09.20 WIB hingga 11.30 WIB.

Ucapan selamat pagi dari Novita yang penuh semangat mengawali rangkaian acara pada pagi hari tersebut. “Selamat pagi, xiao pu sa dan tzu shao men yang baru datang! Jangan lupa ajak papa mamanya untuk mendampingi kalian pada kelas hari ini. Tema hari ini sangat spesial, Mother’s Day,” ucap Novita. Sebelum masuk ke sesi selanjutnya, seluruh partisipan dibimbing oleh Youmi untuk menjalani meditasi agar pikiran tetap tenang dan fokus selama mengikuti acara.

Seluruh Xiao Pu Sa dan para Tzu Shao Men yang hadir diajak bermain untuk mengetahui seberapa dekat hubungan antara mereka dan orang tuanya.

Setelah sesi meditasi selesai, Soeryaty memandu para murid Qin Zi Ban (QZB) dan Tzu Shao Ban (TSB) bermain games yang berjudul “How Good You Know Your Parents”. Games ini dirancang untuk mengetahui seberapa dekat hubungan antara mereka dan orang tuanya. Mereka harus menjawab 11 pertanyaan sederhana yang muncul di layar mereka dengan menuliskan jawabannya pada secarik kertas. Kertas yang berisikan jawaban dari mereka akan dicocokkan dengan jawaban orang tua mereka masing-masing pada sesi selanjutnya.

Pemutaran video Petualangan Xiao Li Zi yang berjudul “Berbakti adalah Kebajikan Utama” menjadi penyambung rangkaian acara, yang ditujukan bagi para Xiao Pu Sa. Sedangkan, dalam room terpisah Tzu Shao Men diajak untuk menyimak video Master Cheng Yen Bercerita yang berjudul “Kakek Li yang Berbakti”. Pemateri dalam masing-masing room tersebut juga mengajak para murid di dalamnya untuk merenungkan kembali jasa orang tua dan memetik pelajaran berharga yang didapatkan dari video yang telah disimak oleh mereka.

Tzu Shao Men mendengarkan dengan seksama materi yang dibawakan oleh Andrias Wijaya.

Dengan diiringi alunan musik “Bunda” yang lembut, Andrias Wijaya menggandeng seluruh Xiao Pu Sa dan Tzu Shao Men untuk merasakan telapak tangan dan memijat tangan orang tuanya dengan lembut. Tidak hanya itu, mereka juga harus meminta maaf kepada orang tuanya atas kesalahan yang pernah mereka perbuat. Setelahnya, giliran orang tua yang harus memberikan pujian bagi anak-anaknya. Jawaban yang telah ditulis sebelumnya oleh anak-anak pada secarik kertas juga turut dibacakan oleh para orang tua. Alhasil, ada sebagian jawaban polos dari anak-anak tersebut yang membuat partisipan yang hadir tertawa tergelak-gelak. Seperti yang dialami oleh ibu dari Vimala Chaelita Juwana ketika membacakan jawaban atas makanan favorit yang ditulis oleh anaknya. “Kalau Vimala, jawaban untuk makanan yang paling disukai mamanya, dia tulis cabe,”, ujar ibunya tertawa. Seluruh partisipan pun ikut tertawa. “Saya memang suka makanan pedas,” tambahnya.

Tibalah acara puncak yang telah dinanti oleh seluruh partisipan yang hadir, yaitu penayangan video kompilasi yang berisikan foto-foto para Xiao Pu Sa dan para Tzu Shao Men yang menyajikan teh dan membasuh kaki ibunya.

Smartinus Harvin mengungkapkan kasih sayangnya dengan mencium pipi ibunya, Vivin Juwita.

Sebelum acara ditutup, seluruh Xiao Pu Sa dan para Tzu Shao Men menyimak Kata Perenungan Master Cheng Yen yang dibacakan oleh Jok Khian. Ia pun mengajak mereka untuk berbagi cerita mengenai hal baik yang dapat dilakukan oleh mereka sesuai dengan kata perenungan yang telah dibaca. Tak lupa, untuk mengabadikan kenangan terindah dalam acara spesial kali ini, seluruh partisipan diajak untuk foto bersama. “Terima kasih kepada semua papa mama, shixiong shijie, Xiao Pu Sa dan para Tzu Shao Men yang telah hadir hari ini. Semoga Xiao Pu Sa lebih dekat dengan orang tuanya setelah acara ini dan begitu juga sebaliknya. Gan en da jia,” ucap Novita menutup acara.

Tidak perlu menunggu Hari Ibu hanya untuk mengucapkan “I love you, Mom!” kepada sosok hebat yang selalu ada bahkan sejak kita masih berada dalam kandungan hingga detik ini. Jangan terlambat untuk menyesali segala hal yang tidak kita inginkan, jagalah Ibu Anda dan berbaktilah kepadanya selagi ia masih ada di sisi Anda.

 

Pesan dari salah satu Xiao Pu Sa, Cherrylin Gunawan, yang ditujukan kepada ibunya.


Wujud Bakti kepada Orang Tua
“Berbakti adalah sepenuhnya melayani dan menuruti orang tua”, demikian nasihat yang diterima oleh Xiao Li Zi dari Guru Fang ketika ia tidak mengerjakan PR dan malah menyalahkan ayahnya. Salah satu scene tersebut merupakan cuplikan video Petualangan Xiao Li Zi. Video yang berjudul “Berbakti adalah Kebajikan Utama” menjadi tayangan awal pembuka kelas QZB yang murid-muridnya terdiri dari anak-anak berusia sepuluh hingga dua belas tahun.

Anthony Chen sebagai pemateri dalam kelas QZB menyerukan kepada para Xiao Pu Sa yang hadir harus berbakti kepada kedua orang tua semasa hidup mereka, karena waktu tidak pernah menunggu kita untuk berbakti. Lalu, para Xiao Pu Sa pun diminta untuk menutup mata dan membayangkan senyuman papa mama mereka. Dan setelah itu, membayangkan bagaimana perasaan masing-masing anak ketika bangun tidur dan membuka mata tetapi tidak menjumpai papa mama di samping.

Kakak beradik, Leticia dan Smartinus berterimakasih kepada orang tuanya yang telah menjaga dan merawat mereka.

“Menjaga kesehatan dan tidak melakukan hal buruk yang membuat orang tua kuatir adalah wujud bakti kita kepada orangtua,” kata Anthony.

Kelas daring kali ini lebih spesial karena orang tua dari para Xiao Pu Sa juga turut hadir dalam perayaan Hari Ibu Internasional ini. “Ibu adalah seorang pahlawan,” ujar Vivin Juwita (38) ketika menanggapi pertanyaan mengenai sosok seorang ibu. Ibu dari dua orang anak ini, Leticia Harvin (12) dan Smartinus Harvin (9) mendedikasikan keseharian hidupnya bagi keluarga.

Lebih lanjut, Vivin Juwita menjelaskan bahwa hari ibu mengingatkannya pada jasa seorang ibu yang melahirkan serta merawat anak-anaknya hingga mandiri melalui perjuangan yang luar biasa. Ibu yang doyan dengan makanan pedas ini berharap anak perempuannya kelak juga akan tumbuh dewasa menjadi seorang ibu, yang dapat menjalani kehidupan yang sama baik dengan dirinya.

Rasa Bersyukur dan Haru Seorang Ibu
Yunita Hadi Chandra (41) merupakan ibu dari Jessylyn Lawrencia Iswanto (13) dan Brian Lawrencius Iswanto (12), yang tergabung dalam Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi di komunitas He Qi Utara 2. Saat ini, Jessylyn termasuk dalam salah satu murid TSB, sedangkan adiknya termasuk dalam salah satu murid QZB. Yunita sendiri juga merupakan salah satu Dui Fu Mama dari group Bao Rong TSB. Belum lama ini, Yunita terkena Covid-19 dan sempat dirawat di RS selama 1 bulan. Ia begitu terharu dengan dukungan dari suami dan kedua anaknya selama dirawat di RS. “Saya sangat berterima kasih karena selama saya berada di RS, mereka sangat support saya dan tidak membebani pikiran saya. Bahkan, suami sempat tidak bekerja selama 1 bulan untuk mendampingi saya,” ungkapnya.

“Saya juga terharu melihat Jessylyn yang sewaktu kecil sangat nakal, tapi sekarang ketika sudah besar terlihat dewasa dan juga berpengertian. Walaupun baru kelas 1 SMP, ia sudah bisa membantu pekerjaan rumah seperti beres-beres rumah dan memasak nasi. Selama saya sakit, setiap hari ipar saya mengirimkan makanan. Ketika makanan datang, Jessylyn bisa membantu menyiapkannya di meja. Ia pun bisa mengingatkan PR yang harus dikerjakan adiknya. Selain itu, jika saya ada minta sesuatu ia juga bisa membantu menyiapkannya,” lanjut Yunita.


Jessylyn membasuh kaki dan menuangkan teh untuk ibunya sebagai wujud rasa baktinya kepada orang tua.

Ketika Yunita menjalani masa kritis dan mengalami kesulitan untuk berbicara, setiap hari sang suami mengirimkan foto-foto yang dilakukan oleh kedua anaknya di rumah untuk memberinya semangat. Tidak hanya itu, suaminya juga banyak berkonsultasi dengan beberapa dokter untuk mencari informasi penyembuhan Yunita. Dukungan juga mengalir dari beberapa relawan Tzu Chi komunitas Pluit Ai Xin. Mereka senantiasa mendampingi dan mendoakan kesembuhan Yunita. Yunita sudah berpasrah diri menghadapi semua ini, namun ia selalu berdoa agar suatu saat dapat berkumpul kembali dengan keluarganya dan teman-temannya. “Saya sangat gan en kepada sx sj men di Tzu Chi. Berkat doa mereka semua, saya punya mukjizat untuk hidup sampai saat ini,” ungkapnya dengan rasa haru sambil meneteskan air mata.

Yunita sempat mengungkapkan apa yang dirasakannya ketika mengikuti acara spesial dalam kelas bimbingan budi pekerti kali ini. “Kegiatan Mother’s Day hari ini sangat bagus, setiap orang jadi bisa merayakan Hari Ibu. Dan ini merupakan satu cara untuk menghangatkan hati seorang mama kepada keluarganya. Tadi juga ada foto-foto, menonton video Master Cheng Yen dan renungan dari pak Andrias mengenai Hari Ibu membuat saya terharu sampai menangis. Saya berharap kedepannya semua orang bisa semakin dekat dari hati ke hati terhadap keluarganya, apalagi di masa seperti ini. Semoga semuanya sehat dan bahagia,” tuturnya.

Jessylyn yang berada di samping ibunya, juga turut menceritakan hal yang dapat dilakukannya untuk membantu keluarga semasa ibunya dirawat di RS. “Hal terbaik yang pernah saya lakukan yaitu saat menjaga mami di rumah sakit, dan bisa membantu mami. Waktu mami masuk RS, mami suka Whatsapp untuk minta dibawain apa aja dan saya selalu menyiapkan. Selain itu, saya juga membantu membereskan rumah, menyiapkan makanan, ngurusin dede dan papa,” ceritanya. “Saya hanya bisa menangis saat melihat mami menahan sakitnya. Saya berusaha sabar dan memberikan apa yang mami mau,” lanjutnya.

Jessylyn menjelaskan materi yang disampaikan sangat bagus. Ia pun belajar untuk lebih menyayangi ibu yang sudah melahirkannya. “Kalau saya sudah besar, saya akan membuat mami bahagia. Dan saya akan belajar dengan benar agar mami bahagia terus dan saya berharap mami selalu sehat dan bahagia,” kata Jessylyn.

Pesan dan Kesan dari Pemateri
 
Andrias Wijaya menyampaikan materi mengenai bakti kepada orang tua dalam kelas TSB.

Sehubungan dengan tema “Mother’s Day” dalam kelas bimbingan budi pekerti kali ini, Andrias Wijaya ingin berpesan kepada seluruh Xiao Pu Sa dan para Tzu Shao Men. “Pertama, terima dan sayangi orang tua apa adanya, jangan banyak mengatur sesuai keinginan kita sebagai seorang anak, tetapi sebisa mungkin kita harus mendengarkan orang tua dengan patuh. Kedua, jangan pernah menyakiti hati orang tua kita dengan kata-kata dan sikap kita yang kurang menyenangkan. Ketiga, jika kita sudah sukses dan berhasil jangan pernah lupa selalu berbalas budi dan kebaikan kepada orang tua. Karena tanpa mereka sesungguhnya kita tidak berarti apa-apa,” pesan Andrias.

Di sela-sela materi, Andrias juga memberikan contoh tentang pengalaman pribadi dengan ibunya. “Saya memang dekat dengan mama, kemanapun saya pergi jauh termasuk studi lanjut hingga jauh pun saya memohon doa restunya, dan seminggu sekali saya menelepon mama saya menanyakan keadaannya. Hal yang paling berkesan bagi saya adalah ketika saya bisa melayani dan merawat mama saya dan tidur di sampingnya pada saat mama saya sakit dan tidak berdaya. Waktu itu beliau sedang sakit diare dan tidak bertenaga. Sekarang kasihnya yang menginspirasi jalan hidup saya hingga saat ini,” ungkapnya.

Selain itu, Andrias juga merasa kegiatan hari ini sungguh luar biasa, semua relawan saling membantu dan bekerja sama dengan tulus. Banyak anak yang memeluk orang tua dengan gembira. Dan orang tua pun bahagia bisa bersama anaknya hari ini. “Hari ini hari yang spesial, karena kita menjadi sadar bahwa keluarga adalah tempat dimana kita diterima dan dicintai sepenuhnya dan apa adanya. Pesan saya lanjutkan semangat cinta kasih dan saling melayani karena dunia ini membutuhkan cahaya dan cinta kasih kita,” tandasnya.

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Memupuk Empati Murid-murid Kelas Budi Pekerti

Memupuk Empati Murid-murid Kelas Budi Pekerti

09 Mei 2022

Setelah dua tahun tidak bertemu, murid-murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Bandung akhirnya berkumpul kembali. Mereka diajak untuk memasak Schotel dan juga membagikan roti kepada para pedagang kaki lima dan pengemudi ojek online.

Meneladani Nilai Luhur Master Cheng Yen

Meneladani Nilai Luhur Master Cheng Yen

22 Agustus 2017
Minggu, 13 Agustus 2017, kelas budi pekerti Er Tong Ban Senior (Kelas 5-6 SD) dan Tzu Shao (SMP dan SMA) Tzu Chi Pekanbaru mengadakan pertemuan kedua.
Perpisahan Awal dari Pertemuan

Perpisahan Awal dari Pertemuan

19 Juni 2019

Sebanyak 99 orang peserta mengikuti Kelas Pendidikan Budi Pekerti Tzu Chi (Tzu Shao: setingkat SMP dan SMA). Ada yang baru mendaftar, dan ada pula anggota Tzu Shao yang akan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di kota lain.

Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -