Hendra Oldy Mapasa, Ketua Xie Li Kalimantan Timur 2 (kiri) membantu Bapak Nurdiansyah yang terganggu penglihatannya. Para relawan yang terlibat dalam baksos kesehatan ini membantu tim medis untuk mendampingi pasien yang berobat sekaligus memberikan ajakan untuk menjalankan pola hidup sehat di rumah.
“Bersatu hati berbuat baik, bersumbangsih dengan ramah, saling mengasihi dan mengagumi, mengulurkan tangan saling membantu.”
(Kata Perenungan Master Cheng Yen)
Kegiatan baksos kesehatan yang diadakan oleh relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas dari komunitas Xie Li Kalimantan Timur 2 berlangsung di Balai Desa Batu Redi, Kecamatan Telen, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Kegiatan ini dihadiri oleh Suryanto Bun, CEO Perkebunan Sinar Mas (PSM) 3 sekaligus Pembina Tzu Chi Xie Li Kalseltim dan Kutai Barat, serta Tony, CFO PSM 3, dan pemerintah daerah yang mendukung kegiatan baksos kesehatan ini.
Tony dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih atas kehadiran masyarakat dan tim medis dari TIMA Indonesia. Tony mengungkapkan bakti sosial kesehatan ini merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
"Kami berkomitmen untuk terus mendukung kegiatan yang membawa dampak positif bagi masyarakat, terutama di wilayah-wilayah yang kurang pelayanan kesehatan. Kesehatan adalah hal yang sangat penting dan melalui bakti sosial ini, kami berharap masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik," ucap Tony CFO PSM 3.
Suryanto Bun, berbincang dengan relawan dan perangkat desa yang hadir dalam pembukaan bakti sosial kesehatan umum di Balai Desa Batu Redi. Boksos kesehatan umum ini dihadiri oleh Suryanto Bun, CEO Perkebunan Sinar Mas (PSM) 3 sekaligus Pembina Tzu Chi Xie Li Kalseltim dan Kutai Barat, serta Tony, CFO PSM 3, dan pemerintah daerah yang mendukung kegiatan baksos kesehatan ini.
Antusias warga yang datang cukup tinggi untuk memeriksakan kondisi kesehatan mereka, pasalnya di daerah-daerah tempat tinggal mereka sangat kurang pelayanan kesehatan. Meskipun jarak yang ditempuh cukup jauh, berjarak 2 Km hingga 46 Km ke lokasi bakti sosial, warga tetap datang untuk memeriksakan diri mereka.
Banyak dari warga rela menempuh perjalanan jauh demi mendapatkan layanan kesehatan gratis. Relawan Tzu Chi cabang Sinar Mas membantu menyediakan transportasi antar jemput untuk warga yang berada di desa-desa terpencil. Fasilitas transportasi ini sangat membantu warga terutama bagi lansia dan warga yang kesulitan akses transportasi sehingga mereka bisa datang dengan lebih mudah dan nyaman.
Tim medis yang terlibat dalam bakti sosial ini terdiri dari tujuh dokter umum, tiga dokter anggota TIMA Indonesia dari Jakarta dan empat dokter dari Kecamatan Telen. Pelayanan yang diberikan mulai dari pemeriksaan kolestrol, pemeriksaan asam urat, konsultasi medis, pemeriksaan gula hingga pemberian obat-obatan.
dr. Janice dari TIMA Jakarta memeriksa kesehatan seorang warga yang berlangsung di Balai Desa Batu Redi Kecamatan Telen, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Masyarakat yang datang sangat antusias memanfaatkan kesempatan ini. Keterbatasan fasilitas kesehatan yang selama ini menjadi kendala membuat mereka sangat antusias dengan kehadiran baksos kesehatan ini hingga tim medis berhasil menangani 372 orang pasien yang berasal dari tujuh desa.
Seperti yang dialami oleh Idrus (55) pria asal Desa Kernyanyan ini yang telah lama menderita gangguan penglihatan dan hampir buta. Akibatnya, Idrus kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari, termasuk beribadah. Idrus menuturkan kepada relawan yang mendampingi bahwa selama ini ia hanya mengandalkan ingatan untuk melakukan ibadah karena tidak bisa melihat arah kiblat dan jam waktu dengan jelas.
“Saya sudah tidak bisa melihat dengan baik. Bahkan, untuk salat pun saya tidak melaksanakan 5 waktu karena hanya berpatokan pada suara azan yang kadang juga tidak terdegar ditelinga saya dan ingatan saya. Saya tidak bisa melihat arah kiblat dengan jelas,” ucap Idrus dengan nada sedih.
Saat mengikuti bakti sosial ini, Idrus menjalani pemeriksaan mata serta mendapatkan obat-obatan untuk meredakan sakit matanya. Dokter yang memeriksa juga menyarankan tindak lanjut pengobatan mata agar kondisi mata Idrus bisa lebih baik.
“Bapak Idrus mengalami gangguan penglihatan yang cukup serius, kemungkinan besar disebabkan oleh katarak yang sudah lama. Kondisinya cukup memprihatinkan karena beliau sudah kesulitan melihat, bahkan untuk aktivitas sederhana sehari-hari.
dr. Achmad Agus Fauriza dari TIMA Jakarta sedang memeriksa kondisi penglihatan mata Idrus. Desa Kernyanyan ini yang telah lama menderita gangguan penglihatan dan hampir buta. Akibatnya, Idrus kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari, termasuk beribadah.
Namun, dengan penanganan yang tepat dan pengobatan yang benar, kami optimis bahwa penglihatannya bisa membaik. Saya sangat menyarankan beliau untuk melakukan operasi katarak agar bisa kembali melihat lebih jelas, "saran dr. Achmad Agus Fauriza.
“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur bisa datang ke acara ini. Saya tidak menyangka bisa diperiksa oleh dokter dan akan dibantu untuk operasi. Semoga saya bisa melihat lebih jelas lagi ke depannya,” ucap Idrus penuh harap.
Sama kondisinya dengan Nurdiansyah (60) yang mengalami masalah penglihatan mata. Penglihatan Nurdiansyah makin kabur dan kesulitan berjalan karena ada rasa sakit pada bagian lutut. Sudah bertahun-tahun Nurdiansyah menahan diri tidak berobat karena tidak punya biaya.
Nurdiansyah mempunyai tiga orang anak yang belum memiliki pekerjaan tetap dan masih bergantung padanya, Nurdiansyah merasa takut jika pengobatan dirinya akan membebani anak-anaknya. “Saya sebenarnya sudah lama ingin berobat, tetapi saya khawatir kalau nanti biayanya mahal. Anak saya juga belum bekerja tetap, dan saya tidak ingin menjadi beban keluarga,” ucap Nurdiansyah pada relawan yang membantu mendampingi.
dr. Christian Maranatha memeriksa kesehatan seorang ibu yang mengalami sakit di perut bagian dalam. Kehadiran relawan Tzu Chi cabang Sinar Mas, tim medis TIMA Indonesia yang di dukung oleh pemerintah desa menciptakan sinergi yang positif.
Kondisi mata dan lutut Nurdiansyah diperiksa oleh dr. Christian Maranatha dengan penuh perhatian. “Bapak Nurdiansyah menunjukkan tanda-tanda awal katarak, yang sudah mulai memengaruhi penglihatannya dan kesulitan beraktivitas. Namun, semoga kondisi ini bisa ditangani dengan baik jika segera ditindaklanjuti. Saat ini, kami memberikan obat-obatan untuk meringankan rasa sakit di lututnya," tutur dr. Christian TIMA Jakarta.
Kehadiran bakti sosial ini memberi harapan baru bagi Nurdiansyah. “Alhamdulillah, saya akhirnya bisa berobat tanpa perlu khawatir soal biaya. Terima kasih kepada dokter yang sudah membantu. Semoga saya bisa lebih sehat lagi dan tidak menyusahkan keluarga,” ucap Nurdiansyah dengan penuh syukur.
Bakti sosial ini tidak hanya memberikan layanan kesehatan fisik, tetapi juga memberi semangat kebersamaan dan kepedulian. Para pasien merasa terbantu, dan banyak di antara mereka yang baru pertama kali mendapatkan pemeriksaan kesehatan setelah menahan rasa sakit akibat keterbatasan fasilitas kesehatan dan jarak yang jauh maupun faktor ekonomi.
Para relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas, para tenaga medis dari pemerintah daerah dan TIMA Indonesia berfoto bersama setelah kegiatan baksos kesehatan ini telah membantu pelaksanaan bakti sosial.
Kehadiran relawan Tzu Chi cabang Sinar Mas, tim medis TIMA Indonesia yang di dukung oleh pemerintah desa menciptakan sinergi yang positif. Bukan hanya tentang memberikan layanan kesehatan, tetapi juga memberikan rasa aman dan harapan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Kisah Idrus dan Nurdiansyah adalah cerminan dari banyaknya peserta yang merasa tertolong. Mereka yang sebelumnya hidup dalam keterbatasan kini bisa mendapatkan layanan kesehatan yang layak tanpa harus khawatir biaya.
Relawan berharap bakti sosial kesehatan ini bisa terus berlanjut dan makin meluas. Dengan makin banyaknya dukungan dari berbagai pihak, mereka yakin bisa menjangkau lebih banyak masyarakat di wilayah-wilayah terpencil lainnya di Indonesia.
Editor: Anand Yahya