Harapan Baru Tumbuh di Cilincing

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya
 
 

fotoLini Tjipto Shijie mewakili kelompok 10 sedang melakukan survei rumah Supini dengan ramah dan penuh kekeluargaan. Rumah Supini dengan luas tanah 105 meter persegi ini ditempati oleh 4 kepala keluarga dan 20 jiwa.

Sabtu pagi, 28 November 2010 sebanyak 80 relawan dan sukarelawan Tzu Chi berkumpul di Wihara Lalita Vistara tepatnya di halaman Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Maha Prajna Cilincing Jakarta.

 

Saat itu, mereka membentuk 10 kelompok yang di dalam satu kelompoknya terdiri dari relawan Tzu Chi dan empat sukarelawan dari Indofood Bogasari, Carrefour Mangga Dua Square, Bank BCA dan Priamanaya Djan Internasional serta perwakilan dari Pemerintah Daerah DKI yang bekerja sama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dalam program penataan pemukiman yang sehat dan layak huni untuk warga. Para relawan dan sukarelawan Tzu Chi tersebut akan segera melakukan survei rumah para calon peserta bebenah kampung.

Saatnya Bersumbangsih
Sabtu pagi itu, Lini Tjipto shijie sangat bersyukur dapat bersumbangsih melakukan survei rumah di RT 006 dan RT 008 RW 04 Kelurahan Cilincing. Di RT 006, ia mensurvei 1 satu rumah dan di RT 008 dua buah rumah. Jumlah anggota kelompok Lini shijie ini berjumlah 7 orang yang terdiri dari 3 orang relawan Tzu Chi, 3 orang dari perwakilan Carrefour Mangga Dua Square dan satu orang dari Priamanaya. Untuk menuju lokasi rumah, mereka langsung didampingi oleh ketua RW 04.

Tujuan dari kegiatan survei rumah ini adalah untuk memeriksa kembali data awal yang diperoleh dari pemerintah setempat seperti lurah, rukun warga, dan rukun tetangga. Hasil dari survei yang diadakan dua kali ini nantinya akan dibahas dalam rapat dan pemohon yang rumahnya disetujui untuk dibangun akan menandatangani surat kesepakatan bersama untuk tidak menjual rumah tersebut selama 10 tahun lamanya.

Saat tim survei tiba di rumah Ibu Supini, rumah yang akan disurvei. Pintu yang terbuat dari triplek berwarna hijau itu tertutup rapat. Ketika pintu diketuk, seorang ibu paruh baya dan 3 anak kecil yang salah satunya duduk di atas kursi roda menyambut mereka. Kondisi rumah yang berlantaikan tanah tersebut berada di bawah jalan dan Kali Bang Lio. “Selamat pagi, kami dari Yayasan Buddha Tzu Chi ingin bertemu. Ibu Supininya ada?” tanya Lini shijie dengan ramah.

“Ibu Supininya lagi keluar,” jawab ibu itu. “Kami dari Yayasan Buddha Tzu Chi dan dari Carefour serta Priamanaya ingin ngobrol-ngobrol dengan ibu,” ujar Lini. “Di sini yang tinggal ada berapa keluarga, Bu?” tanya Lini. “Yang tinggal ada 4 KK,” ungkap si ibu. “Terus ada berapa orang yang tinggal di rumah ini?” tanya Lini lagi. “Yang tinggal ada 20 orang,” jawab si ibu sambil mengucap nama dengan jarinya. “Wah banyak sekali yang tinggal, tidurnya di mana?” kembali Lini bertanya. “Kalau tidur ada kamarnya berdempet-dempetan, satu kamar satu keluarga,” jawab Supini yang ternyata tak lama kemudian sudah tiba di rumahnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Supini sedang memberikan keterangan tentang penghasilannya sebagai buruh cuci dan suaminya Sadin sebagai penarik becak. Supini sendiri sudah tinggal di Jl. Rekreasi RT 006/04 No.1 ini sejak tahun 60-an. (kiri)
  • Sukarelawan dari Carrefour dan Priamanaya yang ikut melakukan survei bersama dengan relawan Tzu Chi tengah melihat-lihat bangunan fisik rumah milik Supini. (kanan)

Melihat Fakta di Lapangan
Menurut pengakuan Supini, rumah yang ia tinggali ini adalah rumah turun temurun keluarga orang tua dan kakeknya sejak tahun 60-an. Supini sendiri saat ini bekerja sebagai buruh cuci baju dan suaminya Sadin bekerja sebagai seorang penarik becak. Sementara Lini asyik mengobrol dengan Supini, relawan melihat-lihat ke dalam rumah. Sementara relawan lainnya berbincang-bincang dengan para tetangga Ibu Supini.

Para relawan ini kemudian menjalankan prosedur survei dengan mengamati dan memahami kondisi lingkungan tempat tinggal, kontruksi rumah, dan peralatan rumah tangga yang terdapat di rumah Ibu Supini. Saat survei selesai dilakukan, para relawan dan sukarelawan Tzu Chi ini pun pamit dan melanjutkan survei di rumah selanjutnya.

Di kelompok 9, tim survei yang dikoordinatori oleh Elli Shijie juga tak kalah sigap dalam melakukan survei lapangan. tim ini mengunjungi rumah Bapak Irhanus yang tinggal di RT 02 RW 04 No 22C. Irhanus sendiri bekerja menjadi pedagang ayam keliling sementara istrinya Ibu Neneng Hartati bekerja sebagai pencuci baju di sekitar rumahnya. Keluarga ini mempunyai seorang anak bernama M. Ridwan berusia 11 tahun yang kini telah duduk di kelas 5 SD. Untuk menuju ke rumah Irhanus ini, para relawan harus melewati sebuah gang kecil berukuran 1 meter. Saat tiba di depan rumahpun, para relawan yang telah dipersilahkan masuk harus sedikit membungkukkan kepala karena pendeknya rumah milik Irhanus.  Saat relawan tiba, di depan rumah tersebut teronggok sebuah sepeda tua dan beberapa keranjang bambu yang di dalamnya terdapat ayam.

foto  foto

Keterangan :

  • Seluruh bangunan rumah milik Supini terbuat dari kayu, tripleks, dan berlantai tanah. Sementara dinding rumahnya dari triplek yang dipasang seadanya.  (kiri)
  • Ellie Shijie dan sukarelawan dari Priamanaya sedang mananyakan data-data dan dokumen kepemilikan rumah Irhanus yang bekerja sebagai penjual ayam keliling dan istrinya Neneng Hartati yang bekerja sebagai buruh cuci. (kanan)

Saat tiba, relawan Tzu Chi segera menemui Irhanus dan menjelaskan maksud kedatangan mereka. Usai mendapatkan data-data yang lengkap, Elli shijie lantas mensosialisasikan kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia selama beberapa menit. Tak dinyana, ternyata Irhanus sudah mengenal Yayasan Buddha Tzu Chi jauh-jauh hari sebelumnya.  Irhanus Kenal Tzu Chi saat dahulu sering membagikan beras dan paket sembako untuk orang-orang yang membutuhkan. Maka tak heran jika Irhanus kemudian menerima para relawan yang datang ke rumahnya dengan ramah. “Iya saya sudah tahu Buddha Tzu Chi sudah lama, dulu Buddha Tzu Chi sering membagikan beras dan paket sembako di sini (Cilincing) waktu sering banjir,” ungkap Irhanus.

Saat survei di rumah Irhanus, suasana terasa akrab penuh kekeluargaan. Keluarga Irhanus dan relawan Tzu Chi serta sukarelawan dari Priamanaya dengan lancar melakukan tanya jawab yang kadang sesekali diselingi gelak tawa. Di luar rumah, relawan Tzu Chi lainnya juga sedang berbincang-bincang dengan para tetangga Irhanus guna melengkapi informasi dan data yang diperlukan.

Kegiatan survei di RW 04 yang dilakukan oleh 10 kelompok ini berlangsung selama 4 jam lamanya. Siang harinya, para relawan ini kembali berkumpul di STAB Maha Prajna. Mereka berkoordinasi, dan mendiskusikan hasil survei yang telah mereka dapatkan hari itu. Berbekal hasil survei, didapati masih adanya data yang belum lengkap. Karena itu, relawan kembali melakukan survei keesokan harinya. Di hari terakhir itu, dari 35 rumah yang disurvei diputuskan bahwa terdapat 20 rumah yang sudah layak untuk dibantu pembangunan rumahnya.
  
 

Artikel Terkait

Universitas Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Tzu Chi

Universitas Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Tzu Chi

24 Agustus 2020

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Tzu Chi University Taiwan, dan Tzu Chi University of Science & Technology Taiwan melakukan Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Universitas Indonesia (UI), Rabu 19 Agustus 2020.

Memberikan Contoh Nyata Melalui Tayangan DAAI TV

Memberikan Contoh Nyata Melalui Tayangan DAAI TV

15 Maret 2018
Tak hanya menjelaskan ayat satu melalui ayat lainnya, dosen Universitas Pakuan, Bogor ini kerap menayangkan contoh-contoh konkret isi ceramahnya melalui tayangan video. Salah satunya video dari program-program inspiratif DAAI TV.
Suara Kasih: Membantu Sesama dengan Sukacita

Suara Kasih: Membantu Sesama dengan Sukacita

16 November 2012 Beruntung, di kantor cabang Tzu Chi New York gas dan aliran listrik masih berfungsi sehingga para insan Tzu Chi di sana bisa segera menyiapkan makanan hangat bagi warga yang tertimpa bencana. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya.
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -