Harapan Baru Tumbuh di Cilincing
Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya Lini Tjipto Shijie mewakili kelompok 10 sedang melakukan survei rumah Supini dengan ramah dan penuh kekeluargaan. Rumah Supini dengan luas tanah 105 meter persegi ini ditempati oleh 4 kepala keluarga dan 20 jiwa. |
| ||
Saat itu, mereka membentuk 10 kelompok yang di dalam satu kelompoknya terdiri dari relawan Tzu Chi dan empat sukarelawan dari Indofood Bogasari, Carrefour Mangga Dua Square, Bank BCA dan Priamanaya Djan Internasional serta perwakilan dari Pemerintah Daerah DKI yang bekerja sama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dalam program penataan pemukiman yang sehat dan layak huni untuk warga. Para relawan dan sukarelawan Tzu Chi tersebut akan segera melakukan survei rumah para calon peserta bebenah kampung. Saatnya Bersumbangsih Tujuan dari kegiatan survei rumah ini adalah untuk memeriksa kembali data awal yang diperoleh dari pemerintah setempat seperti lurah, rukun warga, dan rukun tetangga. Hasil dari survei yang diadakan dua kali ini nantinya akan dibahas dalam rapat dan pemohon yang rumahnya disetujui untuk dibangun akan menandatangani surat kesepakatan bersama untuk tidak menjual rumah tersebut selama 10 tahun lamanya. Saat tim survei tiba di rumah Ibu Supini, rumah yang akan disurvei. Pintu yang terbuat dari triplek berwarna hijau itu tertutup rapat. Ketika pintu diketuk, seorang ibu paruh baya dan 3 anak kecil yang salah satunya duduk di atas kursi roda menyambut mereka. Kondisi rumah yang berlantaikan tanah tersebut berada di bawah jalan dan Kali Bang Lio. “Selamat pagi, kami dari Yayasan Buddha Tzu Chi ingin bertemu. Ibu Supininya ada?” tanya Lini shijie dengan ramah. “Ibu Supininya lagi keluar,” jawab ibu itu. “Kami dari Yayasan Buddha Tzu Chi dan dari Carefour serta Priamanaya ingin ngobrol-ngobrol dengan ibu,” ujar Lini. “Di sini yang tinggal ada berapa keluarga, Bu?” tanya Lini. “Yang tinggal ada 4 KK,” ungkap si ibu. “Terus ada berapa orang yang tinggal di rumah ini?” tanya Lini lagi. “Yang tinggal ada 20 orang,” jawab si ibu sambil mengucap nama dengan jarinya. “Wah banyak sekali yang tinggal, tidurnya di mana?” kembali Lini bertanya. “Kalau tidur ada kamarnya berdempet-dempetan, satu kamar satu keluarga,” jawab Supini yang ternyata tak lama kemudian sudah tiba di rumahnya.
Keterangan :
Melihat Fakta di Lapangan Di kelompok 9, tim survei yang dikoordinatori oleh Elli Shijie juga tak kalah sigap dalam melakukan survei lapangan. tim ini mengunjungi rumah Bapak Irhanus yang tinggal di RT 02 RW 04 No 22C. Irhanus sendiri bekerja menjadi pedagang ayam keliling sementara istrinya Ibu Neneng Hartati bekerja sebagai pencuci baju di sekitar rumahnya. Keluarga ini mempunyai seorang anak bernama M. Ridwan berusia 11 tahun yang kini telah duduk di kelas 5 SD. Untuk menuju ke rumah Irhanus ini, para relawan harus melewati sebuah gang kecil berukuran 1 meter. Saat tiba di depan rumahpun, para relawan yang telah dipersilahkan masuk harus sedikit membungkukkan kepala karena pendeknya rumah milik Irhanus. Saat relawan tiba, di depan rumah tersebut teronggok sebuah sepeda tua dan beberapa keranjang bambu yang di dalamnya terdapat ayam.
Keterangan :
Saat tiba, relawan Tzu Chi segera menemui Irhanus dan menjelaskan maksud kedatangan mereka. Usai mendapatkan data-data yang lengkap, Elli shijie lantas mensosialisasikan kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia selama beberapa menit. Tak dinyana, ternyata Irhanus sudah mengenal Yayasan Buddha Tzu Chi jauh-jauh hari sebelumnya. Irhanus Kenal Tzu Chi saat dahulu sering membagikan beras dan paket sembako untuk orang-orang yang membutuhkan. Maka tak heran jika Irhanus kemudian menerima para relawan yang datang ke rumahnya dengan ramah. “Iya saya sudah tahu Buddha Tzu Chi sudah lama, dulu Buddha Tzu Chi sering membagikan beras dan paket sembako di sini (Cilincing) waktu sering banjir,” ungkap Irhanus. Saat survei di rumah Irhanus, suasana terasa akrab penuh kekeluargaan. Keluarga Irhanus dan relawan Tzu Chi serta sukarelawan dari Priamanaya dengan lancar melakukan tanya jawab yang kadang sesekali diselingi gelak tawa. Di luar rumah, relawan Tzu Chi lainnya juga sedang berbincang-bincang dengan para tetangga Irhanus guna melengkapi informasi dan data yang diperlukan. Kegiatan survei di RW 04 yang dilakukan oleh 10 kelompok ini berlangsung selama 4 jam lamanya. Siang harinya, para relawan ini kembali berkumpul di STAB Maha Prajna. Mereka berkoordinasi, dan mendiskusikan hasil survei yang telah mereka dapatkan hari itu. Berbekal hasil survei, didapati masih adanya data yang belum lengkap. Karena itu, relawan kembali melakukan survei keesokan harinya. Di hari terakhir itu, dari 35 rumah yang disurvei diputuskan bahwa terdapat 20 rumah yang sudah layak untuk dibantu pembangunan rumahnya. | |||
Artikel Terkait
"Ayoo…, Menjadi Pahlawan"
23 Mei 2013 Tapi untuk menjadi seorang pahlawan cukup dengan hati yang tulus dan peduli terhadap sesama, seperti yang diselenggarakan oleh segelintir jiwa muda yang peduli akan nasib antar sesama.Cinta Kasih Masyarakat Melalui Donor Darah Tzu Chi Yang Pertama di Bagansiapiapi
15 Maret 2023Antusias masyarakat Bagansiapiapi untuk mendonorkan darah sangat luar biasa. Sebanyak 94 peserta mendaftar pada donor darah Minggu 12 Maret 2023.
Mewujudkan RSCK Sebagai Rumah Sakit yang Bertaraf Internasional
14 Januari 2020Rumah Sakit Cinta Kasih (RSCK) Tzu Chi yang berada di bilangan Cengkareng Jakarta Barat berkembang sangat pesat. Rumah sakit ini sudah meraih predikat paripurna. Nah pada ulang tahun ke-12 yang jatuh pada Jumat, 10 Januari 2020 lalu, rumah sakit ini memiliki resolusi, tentu saja untuk terus maju, yakni menjadi rumah sakit bertaraf internasional atau bintang enam.