Harapan dari Desa Sidoharjo

Jurnalis : Riani Purnamasari (Tzu Chi Perwakilan Sinarmas), Fotografer : Eka Prasiati (Tzu Chi Perwakilan Sinarmas)
 
 

fotoPara pasien Baksos Kesehatan Tzu Chi sebelumnya harus menjalani proses screening untuk menentukan layak atau tidaknya kondisi kesehatan si pasien untuk menjalani operasi.

“Setiap hari selalu merupakan lembaran baru dalam kehidupan. Setiap orang dan setiap peristiwa selalu merupakan kisah yang menarik.” (Kata Perenungan Master Cheng Yen)

 

 

 

Mendengar adanya screening operasi katarak yang diadakan Tzu Chi Lampung pada tanggal 19 November 2011, sebanyak 11 orang hasil rujukan baksos kesehatan umum Tzu Chi yang diadakan di Desa Sidoharjo, Kabupaten Tulang Bawang pada bulan April 2011 lalu pun segera diberangkatkan ke Bandar Lampung. “Sebenarnya hasil rujukan (diduga katarak) yang didaftarkan untuk ikut berangkat ke Bandar Lampung ada 20 orang, namun karena berbagai kendala, akhirnya kami hanya memberangkatkan 11 orang saja,” ujar Dr. Wyangga.

Pada tanggal 18 November 2011, tepat jam 4 sore rombongan pun tiba. Setelah 1 malam beristirahat, pasien calon peserta baksos pun mulai bersiap-siap pada jam 5 pagi. Mendapatkan nomor antrian awal, jam 6.30 pagi, ke-11 pasien ini pun telah menanti kedatangan tim medis menuju lokasi screening yaitu di RS Bhayangkara Polda Lampung. Didampingi oleh 3 relawan Tzu Chi Jakarta, perjalanan ke-11 pasien ini tidaklah mudah. Satu per satu pasien mulai berguguran karena berbagai alasan, “Bapak masih katarak immature (tipis) sehingga belum bisa dioperasi saat ini.” “Bapak, sebenarnya matanya memang katarak, tetapi karena bapak sedang sakit TBC, bapak belum bisa dulu untuk dioperasi.” “Ibu, tekanan bola matanya terlalu tinggi, jadi tidak bisa dioperasi,” dan berbagai alasan medis lain yang kemudian menyaring ke-11 pasien ini menjadi 3 pasien.

foto   foto

Keterangan :

  • Segala pemeriksaan dilakukan dengan teliti agar hasilnya dapat maksimal dan warga pun kembali pulih penglihatannya (kiri)
  • Pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter mata untuk mengetahui apakah pasien dapat melakukan operasi atau tidak (kanan)

Bapak Ahmad, Mbah Giyem dan Ibu Mursidah. Ketiganya lolos screening dan dapat dioperasi minggu depannya tanggal 26 November 2011. Bapak Ahmad dan Mbah Giyem memiliki penyakit katarak. Ibu Mursidah akan diangkat pterygium-nya. Ketiganya tinggal di Desa Sidoharjo, Kabupaten Tulang Bawang. Mbah Giyem merupakan seorang nenek berusia 70 tahun kelahiran Solo. Pindah dikarenakan mengikuti program transmigrasi ke Lampung pada tahun 1966. Kedelapan anaknya telah menyebar ke Jakarta, Surabaya, Medan dan 2 lainnya menetap di Desa Sidoharjo bersamanya. Nenek dengan 25 orang cucu ini sudah sejak 4 tahun silam tidak sanggup melihat jika matahari bersinar terlalu terang. Pandangannya kabur dan selaput yang menutupi lensa matanya semakin hari semakin tebal sehingga seolah-olah terdapat kabut tebal pada penglihatannya. “Untung waktu itu (bulan April) ikut ke pemeriksaan baksos di Sungai Buaya. Jadi sekarang saya bisa diperiksa untuk operasi,” ujarnya dengan gembira.

Berbeda dengan Mbah Giyem dan Bapak Ahmad, Ibu Mursidah yang merupakan pasien pterygium tampak khawatir ketika memasuki ruang screening rekam jantung. “Dioperasi? Saya takut…,” ucapnya sehingga membuat saya sebagai pendamping pun terkejut. Betapa tidak, perjalanan jauh yang hampir terbayar dengan indahnya, hampir putus di tengah jalan. Untuk menenangkannya, saya ajak ia berbicara bersama pasien lain yang telah menunggu bersamanya. Ternyata, beliau pun telah mengikuti operasi pterygium, “Kita nanti dibius, kok. Dokternya ngomong juga kita nggak denger. Kita nggak berasa apa-apa di matanya. Kita cuma perlu berdoa dulu sebelum masuk ruang operasi,” ujar Ibu Sulaida. “Baksos operasi katarak dan pterygium ini jarang sekali diadakan, Bu. Kesempatan langka ini bisa membuat ibu melihat anak ibu menikah kelak, lalu punya cucu dan banyak hal indah di desa yang bisa dilihat. Hanya sedikit saja selaput di mata yang diambil,” ujar saya seraya membawanya memasuki ruang rekam jantung.

Sampai pukul 11 pagi, ketiga pasien ini telah dapat kembali pulang ke Desa Sidoharjo untuk beristirahat dan merawat kesehatannya agar siap fisik dan mental dalam menjalani operasi pada hari Sabtu 26 November 2011. Jalinan jodoh yang bermula pada baksos kesehatan umum yang dilakukan di Desa Sidoharjo oleh Tzu Chi berbuah manis dengan membawa ke-11 pasien yang diduga katarak ke Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-80 di Lampung. Dengan tersaring dalam screening Bakos Kesehatan Tzu Chi ini, ketiga warga Desa Sidoharjo ini pun kini memiliki harapan akan penglihatan yang lebih baik.

 

  
 

Artikel Terkait

 Menanamkan Nilai-Nilai Humanis

Menanamkan Nilai-Nilai Humanis

22 November 2019

Lomba Budaya Humanis dilaksanakan relawan Tzu Chi komunitas Riau pada 2 November 2019.  Sebanyak 42 peserta lomba dari 8 sekolah mengikuti: lomba menggambar humanis, mewarnai humanis, bercerita humanis, dan lomba cepat tepat Kata Perenungan Master Cheng Yen.

Menghimpun Ketulusan, Meredam Wabah

Menghimpun Ketulusan, Meredam Wabah

02 Juni 2020

Bagaimana Tzu Chi Indonesia berperan aktif dan menjadi organisasi terdepan dalam membantu pemerintah menanggulangi Covid-19, diulas dalam bincang khusus Asosiasi Pengusaha Tzu Chi Singapura, Minggu 31 Mei 2020.

 Perhatian bagi Saudara se-Dharma

Perhatian bagi Saudara se-Dharma

31 Januari 2013 Banjir yang menggenang Jakarta selama hampir seminggu ini telah berlalu, banyak orang yang menjadi korban banjir pun telah kembali untuk membersihkan tempat tinggalnya agar dapat memulai aktivitas sehari-harinya dengan normal lagi.
Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -