Harapan di Awal Tahun

Jurnalis : Chandra Wijaya (Tzu Ching), Fotografer : Chandra Wijaya, Jacky (Tzu Ching)
 
 

foto Para peserta gathering Tzu Ching tampak sedang menyimak sharing yang diberikan oleh Elvy Kurniawan yang belum lama ini dilantik menjadi seorang komite di Tzu Chi.

Masih dalam nuansa tahun baru, hari Minggu 9 Januari 2011 relawan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) yang berjumlah sekitar 70 orang berkumpul bersama di gedung baru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi lantai 2, Cengkareng, Jakarta Barat. Para Tzu Ching ini hendak melaksanakan gathering bersama dalam rangka menyambut tahun baru yang akan diisi dengan acara-acara spesial.

 

Pukul 09.30 WIB satu persatu anggota Tzu Ching mulai berdatangan dan segera melakukan registrasi. Di saat melakukan registrasi, para anggota Tzu Ching ini pun menyerahkan sebuah bingkisan/kado yang nantinya akan digunakan dalam salah satu acara yaitu saling menukar kado.

Menunjukkan Rasa Bakti kepada Orang Tua
Acara dimulai dengan penghormatan kepada Shi Gong Shang Ren (Panggilan untuk Master Cheng Yen oleh setiap anggota Tzu Ching yang berarti Kakek Guru –red) dan dilanjutkan dengan menonton video pementasan Drama Musikal Isyarat Tangan Sutra Bakti Seorang Anak. Drama musikal ini diperankan oleh 75 relawan Tzu Ching Jakarta dan Bandung pada tanggal 19 Desember lalu di Kota Kembang, Bandung.

Saat melakoni peran yang diberikan, ternyata sebagian besar pemerannya meresapi makna sesuai dengan peran yang mereka miliki. Beberapa di antaranya bahkan tersentuh hatinya sehingga muncul perubahan di dalam kehidupan mereka. Deliana, salah satu pemeran mengaku jika dahulu ia jarang sekali curhat dengan Mamanya. Salah satu contoh yang membuatnya tersentuh adalah meski ia sudah memberitahu sang Mama bahwa ia pulang malam dan terlambat tiba di rumah. Mamanya tetap menunggu hingga ia tiba di rumah. Akhirnya, ia pun sekarang bisa curhat dengan Mama dan bertekad untuk dapat lebih berbakti.

Lain halnya dengan Helen. Sejak berperan dalam drama musikal ini ia sadar bahwa di dunia ini orang tua begitu berarti dan tidak ada penggantinya. Ia juga merasa belum berbuat apa-apa untuk menunjukkan rasa bakti itu kepada orang tuanya. Ia bertekad mengubah kebiasaan buruknya yang terkadang suka mengomel saat sedang kesal dan berusaha untuk lebih meluangkan waktu di rumah. Selain itu, ia juga selalu teringat dengan sebuah kata perenungan dari Master Cheng Yen yang berbunyi, “Ada dua hal yang tidak bisa ditunda di dalam kehidupan ini: berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan.”

Selain merayakan tahun baru, para Tzu Ching juga merayakan seorang anggota Tzu Ching yang pada bulan Desember 2010 lalu dilantik menjadi seorang komite. Ia adalah Elvy Kurniawan xue jie (kakak kelas). Kakak kelas ini telah bergabung di Tzu Chi sejak tahun 2002 dan menjadi anggota Tzu Ching generasi pertama di Indonesia. Elvy xue jie adalah orang yang sangat tertarik dengan lagu dan bahasa. Oleh karena itu, ia menekuni isyarat tangan yang ada di dalam dunia Tzu Chi. Maka di suatu ketika, Shu Hui Shigu (relawan yang pernah menjadi Pembina Tzu Ching di Indonesia –red) pun memberikan kesempatan kepadanya untuk menjadi guru Shou Yu (isyarat tangan) bagi para anggota Tzu Ching sejak tahun 2006. Acara perayaan atas dilantiknya ia menjadi komite Tzu Ching ini juga diisi dengan pemberian suvenir dari komite Tzu Ching yang telah dilantik lebih dulu, serta peniupan lilin dan potong kue.

foto   foto

Keterangan :

  • Delegasi Tzu Ching dari Indonesia memberikan sharing serta kesan dan pesan mereka dalam mengikuti kegiatan beberapa hari di Taiwan. Saat itu mereka juga mendiskusikan apa saja yang hendak diterapkan nantinya setiba di Indonesia. (kiri)
  • Dalam kegiatan ini, para Tzu Ching dari berbagai negara dibagi ke dalam beberapa kelompok berbeda sehingga terjalin hubungan dan komunikasi yang baik di antara mereka. (kanan)

Sharing Seusai dari Hualien
Saat itu, sharing yang diberikan tidak hanya oleh Elvy namun juga oleh 6 dari 10 anggota Tzu Ching yang pada tanggal 23 Desember tahun lalu pulang ke kampung halaman batin, Hualien, Taiwan. Para anggota Tzu Ching ini pulang ke kampung halaman batin dalam rangka mengikuti perayaan Hari Tzu Ching Sedunia dan pelatihan pengurus Tzu Ching luar negeri. Saya (Chandra Wijaya) pun termasuk dalam barisan Tzu Ching yang pulang ke kampung halaman batin dan berbagi cerita kepada Tzu Ching lain pada gathering kali ini. Bagi saya, ini adalah kesempatan yang pertama kalinya dapat pulang ke Hualien dan bertemu dengan Shi Gong Shang Ren.

Selama mengikuti kegiatan, banyak sekali pelajaran yang saya dan teman-teman Tzu Ching lain dapatkan. Saya merasa sangat tersentuh saat menyaksikan penampilan drama isyarat tangan yang berjudul Shou Zhe Nin. Inti dari drama tersebut menceritakan bagaimana seseorang bertransformasi dari seorang anak kecil hingga kemudian dewasa di dalam dunia Tzu Chi. Saya tersentuh dan sadar bahwa saat ini saya harus belajar menjadi seorang Xue Zhang (Senior/Pendamping di Tzu Ching –red) karena saya telah lulus kuliah. Sebelumnya, di dalam diri saya selalu berkata, “Saya tidak siap dan tidak ingin menjadi seorang Xue Zhang.” Hal itu juga yang saya kemudian katakan kepada seorang Xue Zhang ketika dia mengatakan bahwa tahun depan saya harus menjadi seorang Xue Zhang. Kini saya telah berkomitmen untuk belajar menjadi seorang Xue Zhang yang dapat menjadi contoh untuk anggota Tzu Ching lain dan mengambil tanggung jawab lebih dalam mengemban misi Tzu Chi.

Di gathering ini, dalam acara yang dinamakan Shi Gong Lu (jalan kakek guru –red) para anggota Tzu Ching lain juga sadar akan perjalanan Shi Gong Shang Ren dalam mendirikan Tzu Chi selangkah demi selangkah. Dalam acara yang dilaksanakan di waktu subuh ini, barisan Tzu Ching berjalan kaki dari Jing Si Tang Hualien menuju Griya Perenungan (tempat tinggal Master Cheng Yen –red) untuk bertemu dengan Shi Gong Shang Ren. Di tengah udara awal musim dingin yang menggigit ini barisan Tzu Ching sedunia berjalan dan dapat merasakan betapa berat apa yang telah dijalankan oleh Shi Gong Shang Ren. Perjalanan itu sendiri ditempuh oleh para anggota Tzu Ching dalam waktu sekitar 2 jam atau sebanyak 137.000 langkah kaki.

foto  foto

Keterangan :

  • Dalam gathering awal tahun ini, para Tzu Ching yang juga merayakan hari ulang tahun beberapa teman Tzu Ching mereka. (kiri)
  • Wajah gembira tampak saat para peserta melakukan acara tukar kado. Bukan hadiah bagus yang hendak dicari namun canda dan tawa yang terjalin di antara mereka. (kanan)

Hubungan Keakraban yang Erat Terjalin
Penutupan gathering diwarnai dengan acara tukar kado yang telah dikumpulkan di awal registrasi. Kegiatan ini ternyata cukup ditunggu-tunggu oleh para peserta. Kegembiraan tampak di wajah para peserta yang telah mengambil nomor undian. Mereka segera membuka kado tersebut bersama-sama. Berbagai macam barang didapatkan, mulai dari handuk, boneka, tas, kartu kata perenungan Master Cheng Yen, dan bahkan ada yang mendapatkan barang yang sama seperti yang mereka masukkan ke dalam kado milik sendiri.

Barang apapun yang diapatkan tidaklah menjadi masalah karena hal itu yang justru menjadi bahan canda tawa di antara mereka. Keakraban dan kebersamaan di antara Tzu Ching terlihat terjalin dengan baik, persis seperti yang disampaikan Shi Gong Shang Ren dalam ceramahnya yang berkata bahwa Tzu Ching adalah generasi penerus dari Tzu Chi dan ia sangat khawatir terhadap masa depan Tzu Chi. Oleh karena itu, kita  berharap dengan adanya kegiatan gathering pertama di awal tahun baru ini dapat terjalin hubungan yang erat antar sesama sehingga misi-misi Tzu Chi dapat dijalankan dengan baik.

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Memanfaatkan Waktu

Suara Kasih: Memanfaatkan Waktu

21 Maret 2012 Insan Tzu Chi di Kanada juga demikian. Mereka juga membuka sebuah perkebunan. Tanah ini didanakan oleh pemerintah setempat setelah melihat kesungguhan hati dan cinta kasih insan Tzu Chi. Mereka pun menyerahkan tanah ini kepada insan Tzu Chi. Insan Tzu Chi pun mulai menggunakannya untuk bercocok tanam.
Ada Kemandirian di Bola-bola Nasi

Ada Kemandirian di Bola-bola Nasi

13 Oktober 2017

Aroma khas nasi putih berpadu dengan wangi gurih kecap asin dan biji wijen menerobos dari ruang-ruang kelas 3 dan 4 SD Tzu Chi Indonesia. Pemandangan yang menarik pun terlihat dari luar jendela kelas mereka. Masing-masing anak memakai apron dengan motif dan warna beragam.

Belajar Mencintai Bumi dan Mempraktikkannya

Belajar Mencintai Bumi dan Mempraktikkannya

15 Maret 2019

Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kali ini membahas tentang mencintai bumi. Untuk memperjelas materi, Dwi Papa menanyangkan video tumpukan sampah yang terjadi di laut Kepulauan Karibia. Setelah itu anak-anak diajak untuk mempraktikkan memilah sampah, mana yang bisa didaur ulang dan mana yang tidak bisa didaur ulang.

Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -