Harapan di Awal Tahun
Jurnalis : Chandra Wijaya (Tzu Ching), Fotografer : Chandra Wijaya, Jacky (Tzu Ching) Para peserta gathering Tzu Ching tampak sedang menyimak sharing yang diberikan oleh Elvy Kurniawan yang belum lama ini dilantik menjadi seorang komite di Tzu Chi. |
| ||
Pukul 09.30 WIB satu persatu anggota Tzu Ching mulai berdatangan dan segera melakukan registrasi. Di saat melakukan registrasi, para anggota Tzu Ching ini pun menyerahkan sebuah bingkisan/kado yang nantinya akan digunakan dalam salah satu acara yaitu saling menukar kado. Menunjukkan Rasa Bakti kepada Orang Tua Saat melakoni peran yang diberikan, ternyata sebagian besar pemerannya meresapi makna sesuai dengan peran yang mereka miliki. Beberapa di antaranya bahkan tersentuh hatinya sehingga muncul perubahan di dalam kehidupan mereka. Deliana, salah satu pemeran mengaku jika dahulu ia jarang sekali curhat dengan Mamanya. Salah satu contoh yang membuatnya tersentuh adalah meski ia sudah memberitahu sang Mama bahwa ia pulang malam dan terlambat tiba di rumah. Mamanya tetap menunggu hingga ia tiba di rumah. Akhirnya, ia pun sekarang bisa curhat dengan Mama dan bertekad untuk dapat lebih berbakti. Lain halnya dengan Helen. Sejak berperan dalam drama musikal ini ia sadar bahwa di dunia ini orang tua begitu berarti dan tidak ada penggantinya. Ia juga merasa belum berbuat apa-apa untuk menunjukkan rasa bakti itu kepada orang tuanya. Ia bertekad mengubah kebiasaan buruknya yang terkadang suka mengomel saat sedang kesal dan berusaha untuk lebih meluangkan waktu di rumah. Selain itu, ia juga selalu teringat dengan sebuah kata perenungan dari Master Cheng Yen yang berbunyi, “Ada dua hal yang tidak bisa ditunda di dalam kehidupan ini: berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan.” Selain merayakan tahun baru, para Tzu Ching juga merayakan seorang anggota Tzu Ching yang pada bulan Desember 2010 lalu dilantik menjadi seorang komite. Ia adalah Elvy Kurniawan xue jie (kakak kelas). Kakak kelas ini telah bergabung di Tzu Chi sejak tahun 2002 dan menjadi anggota Tzu Ching generasi pertama di Indonesia. Elvy xue jie adalah orang yang sangat tertarik dengan lagu dan bahasa. Oleh karena itu, ia menekuni isyarat tangan yang ada di dalam dunia Tzu Chi. Maka di suatu ketika, Shu Hui Shigu (relawan yang pernah menjadi Pembina Tzu Ching di Indonesia –red) pun memberikan kesempatan kepadanya untuk menjadi guru Shou Yu (isyarat tangan) bagi para anggota Tzu Ching sejak tahun 2006. Acara perayaan atas dilantiknya ia menjadi komite Tzu Ching ini juga diisi dengan pemberian suvenir dari komite Tzu Ching yang telah dilantik lebih dulu, serta peniupan lilin dan potong kue.
Keterangan :
Sharing Seusai dari Hualien Selama mengikuti kegiatan, banyak sekali pelajaran yang saya dan teman-teman Tzu Ching lain dapatkan. Saya merasa sangat tersentuh saat menyaksikan penampilan drama isyarat tangan yang berjudul Shou Zhe Nin. Inti dari drama tersebut menceritakan bagaimana seseorang bertransformasi dari seorang anak kecil hingga kemudian dewasa di dalam dunia Tzu Chi. Saya tersentuh dan sadar bahwa saat ini saya harus belajar menjadi seorang Xue Zhang (Senior/Pendamping di Tzu Ching –red) karena saya telah lulus kuliah. Sebelumnya, di dalam diri saya selalu berkata, “Saya tidak siap dan tidak ingin menjadi seorang Xue Zhang.” Hal itu juga yang saya kemudian katakan kepada seorang Xue Zhang ketika dia mengatakan bahwa tahun depan saya harus menjadi seorang Xue Zhang. Kini saya telah berkomitmen untuk belajar menjadi seorang Xue Zhang yang dapat menjadi contoh untuk anggota Tzu Ching lain dan mengambil tanggung jawab lebih dalam mengemban misi Tzu Chi. Di gathering ini, dalam acara yang dinamakan Shi Gong Lu (jalan kakek guru –red) para anggota Tzu Ching lain juga sadar akan perjalanan Shi Gong Shang Ren dalam mendirikan Tzu Chi selangkah demi selangkah. Dalam acara yang dilaksanakan di waktu subuh ini, barisan Tzu Ching berjalan kaki dari Jing Si Tang Hualien menuju Griya Perenungan (tempat tinggal Master Cheng Yen –red) untuk bertemu dengan Shi Gong Shang Ren. Di tengah udara awal musim dingin yang menggigit ini barisan Tzu Ching sedunia berjalan dan dapat merasakan betapa berat apa yang telah dijalankan oleh Shi Gong Shang Ren. Perjalanan itu sendiri ditempuh oleh para anggota Tzu Ching dalam waktu sekitar 2 jam atau sebanyak 137.000 langkah kaki.
Keterangan :
Hubungan Keakraban yang Erat Terjalin Barang apapun yang diapatkan tidaklah menjadi masalah karena hal itu yang justru menjadi bahan canda tawa di antara mereka. Keakraban dan kebersamaan di antara Tzu Ching terlihat terjalin dengan baik, persis seperti yang disampaikan Shi Gong Shang Ren dalam ceramahnya yang berkata bahwa Tzu Ching adalah generasi penerus dari Tzu Chi dan ia sangat khawatir terhadap masa depan Tzu Chi. Oleh karena itu, kita berharap dengan adanya kegiatan gathering pertama di awal tahun baru ini dapat terjalin hubungan yang erat antar sesama sehingga misi-misi Tzu Chi dapat dijalankan dengan baik. | |||
Artikel Terkait
Suara Kasih: Memanfaatkan Waktu
21 Maret 2012 Insan Tzu Chi di Kanada juga demikian. Mereka juga membuka sebuah perkebunan. Tanah ini didanakan oleh pemerintah setempat setelah melihat kesungguhan hati dan cinta kasih insan Tzu Chi. Mereka pun menyerahkan tanah ini kepada insan Tzu Chi. Insan Tzu Chi pun mulai menggunakannya untuk bercocok tanam.Ada Kemandirian di Bola-bola Nasi
13 Oktober 2017Aroma khas nasi putih berpadu dengan wangi gurih kecap asin dan biji wijen menerobos dari ruang-ruang kelas 3 dan 4 SD Tzu Chi Indonesia. Pemandangan yang menarik pun terlihat dari luar jendela kelas mereka. Masing-masing anak memakai apron dengan motif dan warna beragam.
Belajar Mencintai Bumi dan Mempraktikkannya
15 Maret 2019Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kali ini membahas tentang mencintai bumi. Untuk memperjelas materi, Dwi Papa menanyangkan video tumpukan sampah yang terjadi di laut Kepulauan Karibia. Setelah itu anak-anak diajak untuk mempraktikkan memilah sampah, mana yang bisa didaur ulang dan mana yang tidak bisa didaur ulang.