Harapan Punya Rumah Baru Sudah di Depan Mata

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari, Dok. Tzu Chi
Relawan Tzu Chi didampingi oleh Lurah Kamal Muara (kedua dari kiri) dan Ketua RW 001 Kamal Muara (kiri) melakukan Penandatanganan Surat Kesepakan Bersama kepada 8 Warga penerima manfaat untuk Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Kamal Muara Bersama Tahap 5.

Bebenah Kampung Tzu Chi di Kamal Muara memasuki tahap ke-5 dan kali ini menyasar delapan warga di RW 001 Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Memulai tahap ini, delapan warga penerima manfaat tersebut melakukan penandatanganan surat kesepakatan bersama di Kantor Kelurahan Kamal Muara, Sabtu 8 Juni 2024.

“Saya deg-degan mau tanda tangan, ini tangan saya gemetaran,” ucap Kurniah (52) tertawa memperlihatkan kedua tangannya yang sedikit bergetar. Bagaimana tidak gemetar, kabar diterimanya pengajuan bebenah rumah itu baru Kurniah dapatkan satu hari sebelumnya. Doanya selama ini akhirnya dikabulkan.

Keluarga Kurniah sudah mengajukan bantuan kepada Tzu Chi sejak bebenah kampung tahap pertama dilakukan di Kamal Muara, tahun 2019 lalu. Tapi baru pertengahan tahun 2024 ini, rumahnya menerima “giliran” pembangunan.

“Enggak.. enggak ada rasa kecewa sama sekali sejak dulu juga. Karena kami juga menerima penjelasan dan memang betul Tzu Chi membantu para tetangga yang kondisi rumahnya jauh lebih parah dibanding rumah kami,” kata Kurniah.

Kurniah menandatangani surat kesepakatan bersama dengan wajah berbinar. Kesabarannya membuahkan sukacita.

Saat ini rumah Kurniah dibangun semi permanen dengan dinding separuh kayu dan separuhnya batu bata ringan. Atapnya bambu dan genteng yang sudah banyak berlubang menyebabkan bocor. Sedangkan lantainya separuh semen dan separuhnya keramik yang selalu terendam air rembesan dari got akibat letak rumah yang kini lebih rendah dari jalanan dan juga saluran pembuangan air. Karena tak punya biaya, keluarga ini tak sanggup untuk meninggikan rumah mereka. Di rumah ini juga tak ada barang mewah, hanya ada beberapa perabotan yang dipakai untuk kehidupan sehari-hari.

“Rumah itu udah saya tempati sejak menikah, seingat saya tahun 1988. Di zaman itu mah bagus, tapi sekarang paling rombeng,” tutur Kurniah tertawa. “Mau benerin, tapi nggak ada biaya,” imbuhnya.

Kurniah sehari-hari bekerja sebagai buruh kupas kerang. Suaminya, Muhadi (55) adalah nelayan. Mereka punya tiga anak yang dua diantaranya sudah bekerja dan berkeluarga, sedangkan satu lagi sudah lulus SMP menunggu masuk SMA.

Relawan Tzu Chi ketika melakukan survei di rumah Kurniah dan Muhadi beberapa waktu lalu.

“Kerja nelayan sekarang ini mah susah, Neng. Jarang untung, malah banyak ruginya. Dulu sehari bisa dapat 100 ribu, sekarang mah nggak nombok duit solar aja udah untung. Tapi semua masih dijalani,” lanjut Kurniah yang hari itu mewakili suaminya untuk tanda tangan.

Bagi Kurniah, kehadiran Tzu Chi di lingkungannya sudah memberikan banyak harapan bagi warga kurang mampu sepertinya. “Gimana enggak, Neng. Relawan Tzu Chi kalau bantu nggak cuma omong kosong. Saya ingat dulu pas mulai tahap 1, saya diminta untuk sabar, tunggu giliran. Sampai sekarang nyatanya Tzu Chi terus mengusahakan membantu kami-kami. Bukan cuma rumah, ada masjid, sekolah, bantuan sembako, periksa kesehatan, bazar murah juga pernah. Alhamdulillah…, semua terbantu,” katanya senang.

Menangis Karena Bahagia Tak Terkira
Ucapan Kurniah dibenarkan oleh Misah (66), yang juga penerima bantuan bebenah rumah tahap 5. Kalau Tzu Chi tidak hadir di lingkungannya, mungkin ia betul-betul tidak bisa merasakan perasaan campur aduk seperti yang ia rasakan hari itu kala membubuhkan cap jempol di berkas-berkas kesepakatan pembangunan rumahnya.

“Banyak terima kasih saya sudah dibantu (bangun) rumah…., senang banget saya,” katanya terbata seraya menangis haru. Sama seperti Kurniah, Misah sudah lama mendambakan dibantu oleh Tzu Chi, tapi kendalanya adalah beberapa SOP surat kepemilikan belum terpenuhi, padahal rumahnya sangat layak untuk dibantu. Bersama Ketua RW 001, Misah kemudian diarahkan dan didampingi untuk memenuhi seluruh persyaratan pengajuan bantuan pembangunan rumah. Ia dan keluarga besarnya kemudian mengurus satu per satu surat yang dibutuhkan hingga akhirnya semua syarat ia penuhi.

Didampingi oleh Ketua RW 001 Kamal Muara, Misah membubuhkan cap jempol di surat keputusan. Ia sangat bersyukur karena rumahnya bisa dibangun kembali, lengkap dengan WC yang saat ini tak punyai.

Alhamdulillah pengajuan saya akhirnya diterima,” ucap Misah masih terus menangis. “Kemaren pas baru dikontrol (survei) aja saya sudah seneng benget. Seneng banget. Terharu saya. Girang banget. Akhirnya pada mampir ke rumah saya. Alhamdulilaaahhhhh… kan sering itu relawan pada datang, ninjau-ninjau (rumah tetangga). Saya sering gitu mikir, ‘kapan ya giliran kita ini’? Nggak bisa ngomong apa-apa lagi, saking senangnya sampai nangis terus,” lanjutnya menyeka air mata dengan ujung jilbabnya.

Saat ini Misah tinggal dengan satu anaknya, suaminya sudah 12 tahun lalu meninggal dunia. Misah memenuhi kebutuhan harian sebagai buruh cuci gosok panggilan dan beberapa bantuan pemerintah. Malangnya, sejak lebaran lalu, kontrak kerja anaknya tidak lagi diperpanjang.

Sepanjang pembangunan di Kamal Muara, rumahnya tetap begitu saja hingga lapuk termakan usia juga banjir sepanjang tahun. Untuk mandi dan buang air, ia menumpang ke keluarga iparnya di sebelah rumah karena tak ada WC di rumahnya. Mata Misah langsung berkaca ketika ia diperlihatkan denah rumahnya yang nantinya lengkap dengan WC di dalam.

Relawan Tzu Chi ketika melakukan survei di rumah Misah berkesempatan berfoto bersama di depan rumahnya yang lebih rendah dari jalanan.

Masya Allah, Neng….. Saya tuh dari dulu udah berdoa karena lihat tetangga yang sudah dibantu itu rumahnya jadi bagus. Saya doa, ‘Ya Allah, saya juga pengen yang kayak gitu. Kapan ya bisa? Mudah-mudahan doa saya juga diterima Ya Allah’,” katanya, “lihat tetangga (penerima bantuan di tahap-tahap sebelumnya) itu saya juga senang. Pada bagus-bagus. Barusan lihat gambar rumah saya, Masya Allah… bagus sekali, ada WCnya juga. Alhamdulillah, sumpah Neng saya senang banget.”

Para penerima bantuan pembangunan rumah tahap lima ini masih harus menimba kesabaran sedikit lagi. Karena selanjutnya, Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Kamal Muara tahap ke-5 ini rencananya akan dimulai dengan pembongkaran rumah yang akan dilakukan pada awal Juli nanti. Sementara itu, proses pembangunan diperkirakan memakan waktu tiga hingga empat bulan lamanya.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -