Hari Apresiasi Sutra Wu Liang Yi Jing

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati, Henry Tando


Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 memberikan sharing dan yel-yel ucapan tahun baru Imlek kepada seluruh peserta yang hadir pada acara Gathering Imlek, Minggu 10 Februari 2019.

Usai pementasan persamuhan Dharma Sutra Makna Tanpa Batas (Wu Liang Yi Jing) dalam acara Pemberkahan Akhir Tahun 2018 pada Januari 2019 lalu, Tzu Chi Indonesia mengadakan Gathering Imlek bersama semua relawan Tzu Chi. Dalam acara yang diadakan pada Minggu, 10 Februari 2019 ini, relawan yang turut menjadi bagian dari persamuhan Dharma Wu Liang Yi Jing juga memberikan sharing.

“(Kegiatan) ini dalam rangka Sincia tapi kita kasih judul hari apresiasi Sutra Wu Liang Yi Jing, Sutra Makna Tanpa Batas,” ujar Chia Wenyu, koordinator kegiatan kali ini.

Persamuhan Dharma Sutra Makna Tanpa Batas (Wu Liang Yi Jing) telah relawan persiapkan selama satu tahun bersama-sama dengan bersatu hati menyelami sutra. Atas tekad dan kesungguhan hati para relawan, persamuhan Dharma pun begitu khidmat. Master Cheng Yen memuji relawan Tzu Chi Indonesia yang telah berhasil menyelami Dharma dan membawakannya dengan berbagai keterbasan bahasa.

“Master bilang kalau pementasan Indonesia kali ini luar biasa kalau kita bersatu hati. Dari gambar saja kita lihat kalau nggak bersatu hati tidak mungkin suasananya bisa menggetarkan,” ungkap Wenyu. “Saya sangat apresiasi semua relawan tapi relawanlah yang mendapatkan kebahagian itu. Saya sangat terharu mendengar (sharing) nya,” lanjutnya.

Inspirasi dari Sutra


Seluruh relawan bersama-sama menyanyikan “Bab Pembukaan Wu Liang Yi Jing” dengan penuh semangat.

Benar saja. Salah satu relawan dari komunitas He Qi Pusat, Noni Thio memberikan sharing sepanjang persiapan persamuhan Dharma yang mendapat ladang berkah menjadi koordinator bedah buku Wu Liang Yi Jing. “Di bagian ini tentu saya harus banyak membaca dan memahami maknanya supaya bisa mensharingkan dengan baik,” ucapnya.

Noni yang menjadi salah satu bagian persamuhan Dharma Wu Liang Yi Jing juga menceritakan keterbatasannya dalam memahami bahasa Mandarin, sementara yang harus dihafalkan banyak. Tidak patah semangat, di manapun yang ia dengarkan lagu Wu Liang Yi Jing. “Karena ada tekad jadi berhasil dihafalkan walaupun tidak semua, saya merasa gembira,” ujarnya diikuti senyum bahagia.


Noni Thio (tengah) mengaku merasakan manfaat besar dari mempelajari Sutra Makna Tanpa Batas.

Noni tidak hanya menghafalkan bahasa Mandarinnya saja, namun ia juga berusaha memahami setiap makna yang terkandung di dalamnya. Bahkan ketika dirinya sedang menghadapi masalah, syair-syair dalam Sutra Makna Tanpa Batas justru menjadi solusinya.

“Pada saat itu hati saya bergejolak antara sedih, malu, kecewa semua perasaan berkecamuk. Tapi di situ saya belajar Wu Liang Yi Jing,” katanya. Noni mengaku teringat syair Wu Liang Yi Jing “Selalu dalam keadaan Samadhi. Hati tetap tenang teguh tidak tergoyahkan sampai masa kapanpun”. Ketika berhadapan dengan sebuah masalah, ia melafalkan syair ini dalam hati. “Itu yang membuat saya akhirnya memilih untuk tetap diam, tetap tenang, tidak marah. Luar biasa Wu Liang Yi Jing,” katanya penuh semangat.

Ia juga menjadikan syair “Walaupun menghadapi ancaman atau hinaan tetap tidak timbul rasa benci” sebagai obat dari masalahnya yang muncul. “Itulah dahsyatnya Wu Liang Yi Jing. Kalau saya tidak belajar Wu Liang Yi Jing mungkin ketika menghadapi masalah bisa tidak ikut persamuhan ini, atau lebih fatal saya bisa tinggalkan Tzu Chi,” ungkap Noni. “Tapi karena saya belajar Wu Liang Yi Jing tekad awal saya meneladani Bodhisatwa, saya harus kembali pada tekad awal itu. Mari kita belajar Wu Liang Yi Jing dan praktikkan dengan sungguh hati sehingga memiliki jiwa kebijaksanaansupaya Master tidak khawatir,” pungkasnya.


Drg. Laksmi Widyatuti (jilbab) merasakan sutra yang ia pelajari berat namun ia bisa menyelaraskan dengan keyakinannya. Ia mengajak semua relawan agar bersama-sama mencari persamaan bukan perbedaan.

Relawan Tzu Chi lainnya, seorang dokter gigi yang berbeda agama tetapi ia bisa mendalami arti dari makna Sutra Wu Liang Yi Jing. “Sutra ini sangat berat menurut saya, tapi saya bisa menyelaraskan antara agama saya dengan sutra. Saya tahu ini adalah ajaran kebenaran ajaran cinta kasih yang selalu disampaikan oleh Master,” ujar drg. Laksmi Widyastuti. “Mari kita cari persamaannya bukan perbedaan,” lanjutnya.

Dokter Laksmi yang aktif di Tim Medis Tzu Chi juga mengikuti bedah buku tentang Wu Liang Yi Jing untuk mendalami sutra tersebut. “Jadi saya sangat bahagia bisa bersama-sama ikut dalam persamuhan,” ungkapnya. ia juga mengajak relawan Tzu Chi lainnya untuk bersama-sama bersumbangsih di Tzu Chi.


Di penghujung acara, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma berpesan agar semua relawan yang telah mempelajari Sutra Makna Tanpa Batas agar bisa membagikannya kepada orang lain.

Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Sugianto Kusuma berpesan kepada semua relawan yang telah mempelajari Sutra Wu Liang Yi Jing agar dapat menularkan kepada orang lain. “Saya sudah lihat semua dan dengerin sharing itu sebetulnya sangat luar biasa, dari yang nggak bisa Mandarin jadi bisa menghafal berarti asalkan ada niat semua bisa,” ujarnya. “Saya harap semuanya sudah belajar jangan belajar (untuk) sendiri tapi sharing-sharing ke yang lain,” harap Sugianto Kusuma.

Editor: Khusnul Khotimah 

Artikel Terkait

Hari Apresiasi Sutra Wu Liang Yi Jing

Hari Apresiasi Sutra Wu Liang Yi Jing

11 Februari 2019

Usai pementasan persamuhan Dharma Sutra Makna Tanpa Batas (Wu Liang Yi Jing) dalam acara Pemberkahan Akhir Tahun 2018 pada Januari 2019 lalu, Tzu Chi Indonesia mengadakan Gathering Imlek bersama semua relawan Tzu Chi. Dalam acara yang diadakan pada Minggu, 10 Februari 2019 ini, relawan yang turut menjadi bagian dari persamuhan Dharma Wu Liang Yi Jing juga memberikan sharing.

Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -