Hari Bahagia Bagi Madi dan Keluarga

Jurnalis : Arimami Suryo A., Fotografer : Arimami Suryo A.


Relawan Tzu Chi memeriksa mata Madi pada saat proses post op di RS Bhayangkara Polda Banten.

Baksos kesehatan Tzu Chi ke-128 (13 dan 15 Oktober 2019) di Kota Serang, Banten membawa kebahagiaan bagi para pasien, terutama para penderita katarak yang berhasil dioperasi oleh Tim Medis Tzu Chi Indonesia. Terangnya dunia kini bisa mereka rasakan dengan penuh sukacita. Salah satunya adalah  Madi (44), seorang buruh angkut padi yang tinggal di pinggiran sebelah timur Kota Serang.

Hari itu, Minggu, 13 Oktober 2019, Madi diantarkan oleh anaknya Anton (17) untuk mengikuti operasi katarak dalam kegiatan baksos kesehatan di RS Bhayangkara Polda Banten. Bersama dengan 191 pasien katarak lainnya yang sebelumnya lolos screening pada 11 Oktober 2019, Madi mengikuti pengobatan gratis yang diadakan Tzu Chi bekerja sama dengan Polri (Polda Banten) hari itu.

Rasa cemas tak bisa Madi sembunyikan saat akan mengikuti operasi katarak. Namun berkat keinginan kuatnya untuk sembuh, pria yang tinggal di Desa Beberan, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, Banten ini pun berani menghadapi operasi yang akan menjadi pengalaman pertamanya. “Sebelum operasi ya takut, tapi jadi berani karena tekad saya mau sembuh, supaya lancar bekerja dan menafkahi keluarga,” kata Madi.


Madi bersama para pasien yang lolos screening sebelum menjalani operasi katarak dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-128.


Setelah operasi, relawan membantu Madi melepaskan pakaian operasi dan dipersilakan duduk di ruang pemulihan.

Keseharian Madi bekerja sebagai buruh panggul padi di pabrik penggilingan padi. Penghasilannya pun tidak menentu, kadang-kadang jika sedang ramai ia mendapat rezeki lebih, tetapi jika sedang sepi terkadang ia harus gigit jari karena tidak mendapat apa-apa. Kondisinya diperburuk dengan penglihatannya yang terganggu beberapa tahun terakhir. Beruntung istrinya Rukiyati (43) membantu Madi untuk menambah penghasilan keluarga dan membiayai anak sekolah dengan menjadi asisten rumah tangga. “Alhamdulillah seadanya, cukup nggak cukup ya dicukup-cukupin sama istri saya. Gimana caranya anak bisa sekolah dan makan,” cerita Madi.

Hampir dua tahun penglihatan Madi menjadi buram karena katarak. Hal ini kerap kali menjadi kendala saat dirinya bekerja. “Yang jelas tidak kelihatan, kurang jelas matanya. Kadang-kadang kesandung,” ungkap ayah dua anak tersebut. Bahkan dalam beberapa kesempatan, Madi kerap kali keseleo di pergelangan kakinya akibat tersandung atau tidak melihat adanya benda di sekitaran kakinya. “Sering banget pas mau angkat padi suka enggak melihat, tetiba (tiba-tiba –red) jatuh kesandung karung,” kenang Madi.

Baksos kesehatan Tzu Chi ke-128 menjadi harapan kesembuhan bagi Madi. Ditengah kesulitan ekonomi dan tanggung jawabnya untuk menafkahi keluarga, operasi katarak gratis yang diadakan Tzu Chi menjadi jawaban dari obrolan-obrolan bersama istrinya menjelang tidur di malam hari. “Dulu sering ngobrol sama istri kalau mau tidur, ‘gimana caranya supaya bisa sembuh, kalau berobat umum nggak mungkin karena gak punya uang’,” kenang Madi.


Kebahagiaan Madi setelah operasi katarak bersama Rita (5), anaknya yang paling kecil sepulang sekolah.


Setelah mendapatkan izin dari sekolah, Anton pulang dan meneteskan obat di mata kiri Madi di rumahnya yang berlokasi di Desa Beberan, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, Banten.

Berkat informasi dari lurah di tempat tinggalnya, Madi pun berjodoh dengan Tzu Chi dan dapat mengikuti baksos kesehatan Tzu Chi ke-128 di RS Bahayangkara Polda Banten. Setelah dioperasi, Madi dibantu oleh relawan Tzu Chi menuju ruang pemulihan. Ia pun belum dapat berbicara banyak karena masih dalam pengaruh obat bius sebelum menjalani operasi.

Anton, anak pertama Madi yang melihat dari jauh ayahnya sudah keluar dari ruang operasi merasa lega. Senyuman di wajah Anton mengembang saat relawan menuntun Madi dan dipersilakan duduk. “Awalnya saya deg-degan karena bapak mau dioperasi, karena ini pertama kali sekaligus pengalaman di keluarga ada yang dioperasi,” kata Anton.

Setelah beberapa saat, Anton dipanggil oleh relawan dan Tim Medis Tzu Chi untuk diberikan penjelasan bagaimana perawatan mata pascaoperasi. Setelah selesai, Anton dan Madi dipersilakan pulang tetapi setelah dua hari harus kembali lagi ke RS Bahayangkara Polda Banten untuk mengikuti post op (penanganan setelah operasi). Mereka berdua pulang ke Desa Beberan dengan menggunakan sepeda motor selama 1 jam perjalanan.

Penglihatan Kembali Pulih
“Hal pertama yang saya lihat jelas adalah jam dinding di rumah. Angka-angkanya jelas nggak buram lagi,” cerita Madi setelah mata kirinya dibuka untuk pertama kalinya dan diberi obat tetes oleh Anton pada pagi hari tanggal 14 Oktober 2019. Ia pun diharuskan beristirahat dan berada di dalam rumah untuk pemulihan.


Tim Medis Tzu Chi mengecek penglihatan Madi pada saat post op.

Kebahagiaan juga dirasakan oleh Anton yang rela meminta izin ke sekolah untuk meneteskan obat mata dan mengganti perban untuk ayahnya. “Pas pertama dibuka perbannya bapak bilang ‘alhamdulillah jernih, liat jam jelas’, sambil ketawa,” kata remaja yang bersekolah di salah satu SMK di Serang tersebut.

Pulihnya penglihatan kedua mata Madi juga menjadi salah satu harapan bagi Anton. “Beberapa hari yang lalu senang tau bapak mau dioperasi, saat itu saya berharap semoga bapak sembuh dan penglihatannya jernih,” kenang Anton. Ia teringat jika malam hari ayahnya suka tersandung saat beraktivitas. “Kalau mau ambil apa-apa susah, burem. Apalagi kalau malam-malam. Bapak sering kesandung ketika mau ke kamar mandi,” jelas Anton menceritakan keseharian ayahnya.

Kemudian pada 15 Oktober 2019, Madi kembali ke RS Bhayangkara Polda Banten untuk melakukan post op oleh dokter dan relawan Tzu Chi. Hasilnya sangat baik. Karena operasinya berhasil, mata kiri Madi kembali dapat kembali melihat dengan jelas dan jernih. “Alhamdulillah, saya mengucapkan terima kasih ke RS Bhayangkara dan Yayasan Buddha Tzu Chi, saya bisa dioperasi seperti ini. Setidaknya ada perubahan, jika bekerja tidak jatuh atau keselo saat bekerja,” ungkap Madi setelah post op.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -