Hari Pertama di Sekolah Tzu Chi

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto

Senin 11 Juli 2011, Sekolah Tzu Chi PIK Jakarta Utara memulai aktivitas belajarnya. Sejak awal masuk, murid-murid sudah diajarkan untuk bersikap santun, rapi, dan menghargai sesama.

Pagi hari di hari Senin 11 Juli 2011, mungkin menjadi pagi yang berbeda bagi Nicholas Andrew, siswa kelas 1 Sekolah Tzu Chi Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara. Sejak pukul 05.30 WIB, Nicholas sudah bangun dari tidurnya. Ia harus bergegas mandi dan  berpakaian untuk kemudian bersiap-siap berangkat bersama mamanya (Natalia) dari Kelapa Gading menuju sekolah barunya: Sekolah Tzu Chi. Sarapan pagi pun dilakukannya di dalam mobil.

Upaya Nicholas tak sia-sia, berangkat dari rumahnya pukul 06.30 WIB, ia pun tiba di sekolah lebih awal dari teman-temannya. Pukul 07.00 WIB ia sudah sampai di Sekolah Tzu Chi, meski kegiatan belajar sendiri baru akan dimulai setengah jam lagi.

Datang lebih awal, kesempatan ini pun dimanfaatkan oleh Nicholas dan mamanya untuk berkeliling-keliling melihat kondisi sekolah yang baru diresmikan oleh Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) RI Prof. Dr. Mohammad Nuh pada Minggu siang 10 Juli 2011. Natalia juga tampak aktif bertanya-tanya tentang Sekolah Tzu Chi kepada para guru yang ditemuinya.

Aktivitas ini mungkin terasa berat bagi Nicholas yang di sekolah TK sebelumnya hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai di TK-nya yang juga berada di wilayah Kelapa Gading. “Kalau dulu masuknya juga agak siang, jam 8.30,” kata Nicholas yang mengaku sangat bersemangat untuk masuk ke sekolah hari itu. Menurut Natalia, meski harus bangun lebih awal dari biasanya, Nicholas justru sudah sangat siap menghadapi hari pertamanya belajar. “Dia bangun sendiri, semangat sekali untuk ke sekolah,” terang Natalia yang sengaja mengambil cuti hari itu untuk mengantar sang buah hati memasuki hari pertamanya bersekolah di sekolah dasar.

Nicholas Andrew, siswa kelas 1 Sekolah Tzu Chi Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, memulai hari pertamanya sekolah dengan diantar mamanya.

Karena datang lebih awal, kesempatan ini digunakan oleh Natalia (tengah) untuk bertanya tentang kondisi Sekolah Tzu Chi kepada Direktur Sekolah Tzu Chi, Koh Hui Ping (kiri).

Menurut Koh Hui Ping, Direktur Sekolah Tzu Chi, “Hari pertama ini memang belum dilakukan kegiatan belajar mengajar, lebih diutamakan kepada pengenalan siswa terhadap sekolah, guru, dan juga teman-temannya.” Dengan begitu, diharapkan para siswa dapat beradaptasi dengan sekolah dan lingkungannya terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai.

Harapan Orang Tua
Seperti orang tua lainnya, Natalia pun berharap bisa memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Hal itulah yang mendorongnya menyekolahkan putranya di Sekolah Tzu Chi. “Saya berharap selain pintar secara akademik, Nicholas juga berbudi pekerti luhur, bisa menghormati, dan mencintai sesama,“ ungkap Natalia. Dan tatkala Natalia melihat secara langsung kegiatan di Sekolah Tzu Chi hari itu, harapan itu rasanya tak akan sia-sia. Sejak awal masuk, murid-murid sudah diajarkan untuk bersikap santun, rapi, dan menghargai sesama, yang dicontohkan oleh para guru dan relawan komite Tzu Chi yang berbaris rapi menyambut setiap murid yang datang.

Hari pertama sekolah belum dilakukan kegiatan belajar mengajar, lebih diutamakan kepada pengenalan siswa terhadap sekolah, guru, dan juga teman-temannya.

Sikap kebersamaan dan kesederhanaan di sekolah ini adalah hal yang menyentuh bagi Uniyan sehingga memercayakan anaknya Therie Yuntra Uniyan bersekolah di Sekolah Tzu Chi.

Kiprah Tzu Chi di Indonesia selama kurang lebih 15 tahun di Indonesia membuat banyak masyarakat mengenal Tzu Chi, baik dari kegiatan-kegiatan kemanusiaannya maupun visi dan misi pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Master Cheng Yen. Salah satunya adalah Uniyan, warga Taman Palem Cengkareng, Jakarta Barat ini memilih menyekolahkan anaknya di Sekolah Tzu Chi karena ia mengetahui bahwa pendidikan di Tzu Chi sangat menekankan pentingnya memiliki sikap dan budi pekerti yang luhur. “Jadi anak-anak sejak dini sudah diajarkan untuk berperilaku dan memiliki karakter yang baik, selain juga tentunya penguasaan bahasa asing (Inggris dan Mandarin - red),“ kata Uniyan.

Hal lain yang menyentuh bagi Uniyan sehingga mempercayakan pendidikan Therie Yuntra Uniyan, putra pertamanya di Sekolah Tzu Chi ini adalah tentang sikap kebersamaan dan kesederhanaan. “Salah satu contohnya, di sini baik seragam, tas, maupun sepatu semua sama, nggak peduli mereka anak siapa semuanya sama.“ Menurut Uniyan, hal ini sangat berbeda di sekolah lain yang dilihatnya, setiap anak seolah-olah bersaing menggunakan baju, tas, maupun sepatu terbaiknya untuk pergi ke sekolah. "Master Cheng Yen pendiri Tzu Chi sangat bijaksana, hal ini yang membuat di Sekolah Tzu Chi pun menjadi bijaksana, sama sekali tidak mengutamakan kemewahan,“ tegas Uniyan yang datang bersama sang istri menemani putra mereka di hari pertamanya bersekolah.


Artikel Terkait

Memulai Pelestarian Lingkungan dari Diri Sendiri Sejak Dini

Memulai Pelestarian Lingkungan dari Diri Sendiri Sejak Dini

17 Maret 2015 Master Cheng Yen selalu menghimbau kita, para murid-muridnya, untuk melakukan pelestarian lingkungan. Salah satunya adalah dengan melakukan pemilahan sampah untuk didaur ulang. Mengenggam setiap kesempatan untuk berbuat kebajikan, para relawan komunitas dari Hu Ai Pantai Indah Kapuk menjalin jodoh baik dengan Tzu Chi School Indonesia untuk bersama-sama menanamkan nilai-nilai cinta bumi dan lingkungan sejak dini kepada para siswa-siswinya.
Bertanggung Jawab Pada Diri Sendiri dan Lingkungan

Bertanggung Jawab Pada Diri Sendiri dan Lingkungan

03 Desember 2019

Sebanyak 473 murid SMP Tzu Chi Indonesia  bergiliran setiap minggunya untuk memilah sampah di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Kegiatan ini salah satu cara menanamkan semangat melestarikan lingkungan dalam diri siswa.  

Kebersamaan dalam Buka Puasa Bersama TIMA, RSKB, dan Tenaga Pendidik

Kebersamaan dalam Buka Puasa Bersama TIMA, RSKB, dan Tenaga Pendidik

06 Juli 2015
“Terima kasih kepada anggota TIMA, RSKB, dan tenaga pendidik. Tak terasa sudah satu tahun berlalu sejak kita melakukan buka puasa bersama dan sangat bersyukur kita dapat melewati satau tahun dengan damai. Mudah-mudahan kita bisa melakukan hal serupa di tahun yang akan datang,” ujar Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi, Liu Su Mei.
Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -