Hari Terakhir Kelas Budi Pekerti 2014/2015

Jurnalis : Bobby (Tzu Chi Batam), Fotografer : Yao Chen (Tzu Chi Batam)

Kelas budi pekerti

Perayaan Hari Ayah diperingati secara simbolik dengan peniupan lilin dan pemotongan kue secara simbolik pada hari terakhir Kelas Budi Pekerti tahun ajaran 2014/2015, hari Minggu, 21 Juni 2015.

Bersamaan dengan berakhirnya masa pelajaran kelas budi pekerti tahun ajaran 2014/2015, pada Minggu, 21 Juni 2015, pukul 14.00 WIB, insan Tzu Chi Batam mengisi kelas terakhir di lantai dasar Harbour Bay Mall, Batam bersama para orang tua murid.

Kelas dimulai dengan kuis yang menguji pemahaman murid mengenai kata perenungan yang telah diajarkan di kelas budi pekerti selama satu tahun. Para DAAI Mama (sebutan untuk relawan pendidikan) memeragakan Kata Perenungan Master Cheng Yen dalam bentuk drama yang akan ditebak oleh para murid. Setiap jawaban yang benar akan diberikan hadiah sebagai bentuk apresiasi atas perhatian mereka selama di kelas.

Acara dilanjutkan dengan peragaan isyarat tangan yang dibawakan oleh para murid. Cuplikan lagu  isyarat tangan satu demi satu dimainkan tanpa putus. Para murid harus merespon dengan cepat perubahan lagu yang dapat terjadi secara tiba-tiba. Beberapa murid juga memperagakan lagu “Secarik Rumput, Setitik Embun” (yi zhi zao yi tian lu) yang sebelumnya sempat dipentaskan dalam Drama Musikal Sutra Bakti Seorang Anak 24 Mei silam.

Kelas budi pekerti

Para Bodhisatwa cilik memeragakan isyarat tangan untuk menghibur para orang tua yang hadir.

Kelas juga diisi dengan perayaan hari ayah yang dibuka dengan pemutaran video tentang ayah yang otoriter. Terkadang, tanpa disadari, omelan dari ayah dapat membuat hubungan ayah dengan anak menjadi renggang. Lebih lanjut, video ini berpesan bahwa seorang ayah harus dengan sabar dalam mendidik anak-anaknya. Selanjutnya, suara dua Bodhisatwa cilik yang menyanyikan lagu  berjudul “Di Dunia Hanya Ayah yang Terbaik” (shi shang zhi you papa hao) mengiringi perayaan Hari Ayah yang diperingati dengan peniupan lilin dan pemotongan kue secara simbolik.

Puncak acara terlaksana saat 101 murid kelas budi pekerti menyajikan kue dan teh sambil bersujud di hadapan ayah mereka. Melihat para anak bersujud di hadapan mereka, para ayah banyak yang tersentuh. Salah satunya, Sang Peng, ayah dari tiga murid. "Terharu, terharu sekali. Awalnya saya tidak merasa terharu namun saat melihat anak pertama, saya menangis, saya merasa terharu,” ujarnya.

Menurut Megawati, koordinator kegiatan, selain ayah, para murid juga diajak untuk membawa ibunya. "Karena ini selain Father’s Day, kita juga tekankan bahwa ini kilas balik dan daftar ulang kembali untuk tahun ajaran baru. Jadi saat kita minta konfirmasi namun mereka bilang sibuk, kita bilang tidak apa-apa, mamanya juga diajak jadi tidak kesannya papa saja tapi sekeluarga,” pungkasnya.


Artikel Terkait

Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -