Harmoni Satu Keluarga
Jurnalis : Nining Tanuria (Tzu Chi Biak), Fotografer : Nining Tanuria (Tzu Chi Biak)
Nathanael Shixiong berbincang dengan para pengajar seni budaya. Sharing tentang Tzu Chi dan mengusulkan ide-ide untuk pengembangan Tzu Chi di Biak.
Kobe oser mambe naek
Syowi yaye kokyar yaye ko
Kobe oser binbe naek
Fandun yaye ro sup swan ine...
Alunan lagu Berbahasa Biak mengalun dari bibir para relawan di salah satu ruangan Kantor Tzu Chi penghubung Biak. Syair di atas merupakan refrein dari lagu “Satu Keluarga” yang sudah diterjemahkan ke Bahasa Biak. Dengan kesungguhan hati, sore itu para relawan mendengarkan arahan dari Jerry Tewernussa, seorang pelatih paduan suara yang sudah cukup ternama di kota ini.
Berawal dari perbincangan beberapa relawan dan kerinduan untuk dapat membawakan lagu-lagu Tzu Chi dengan lebih baik, maka Kardin Shixiong memprakarsai pertemuan dengan beberapa guru Seni di Biak yang memang sejak lama telah berkecimpung di dunia seni budaya Kabupaten Biak Numfor. Tak diduga, gayung bersambut. Jerry Tewernussa dan rekannya, Ishak Awak, bersedia melatih relawan Tzu Chi untuk bernyanyi lebih baik dan bahkan membantu menterjemahkan lagu-lagu Tzu Chi menjadi lagu Berbahasa Biak.
Pak Cak (Ishak Awak) memberikan penjelasan awal mengenai latar belakang latihan paduan suara Tzu Chi.
Jerry Tewernussa, pelatih paduan suara yang berpengalaman di bidang tarik suara, memberikan dasar-dasar cara bernyanyi yang baik dan benar.
Sore itu, 12 Maret 2015, merupakan pertemuan perdana untuk berlatih paduan suara. Tujuan dari pelatihan ini adalah menciptakan harmoni yang baik antara tiap anggota dalam membawakan lagu-lagu humanis Tzu Chi, sehingga tiap orang dapat bernyanyi dengan teknik yang baik dan benar dan menghasilkan suara yang indah dan merdu.
Dengan sabar, Jerry mengajarkan dasar-dasar vokal dimulai dari teknik pernapasan, pengucapan bunyi yang benar, hingga teknik olah vokal sederhana. Menurut Jerry, ada beberapa problem dalam bernyanyi, salah satunya adalah kesalahan dalam mengatur pernapasan. Juga masalah dialek, terutama bagi orang-orang di daerah tertentu yang sulit untuk diubah. “Tapi tidak ada yang sulit kalau ada kemauan,” ungkap Jerry. Ia lalu mengatakan bahwa di dunia tarik suara terutama paduan suara, tidak ada istilah orang tidak bisa bernyanyi atau bersuara jelek. “Tidak ada paduan suara yang jelek, adanya pelatih yang kurang bagus,” tambahnya sambil tersenyum.
Jerry sendiri saat ini merupakan pegawai pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Biak Numfor. Ayah satu anak ini sudah sejak lama bersumbangsih dalam pengembangan kebudayaan, khususnya dalam bidang tarik suara. Ia telah melatih banyak kelompok paduan suara maupun perorangan dan meraih banyak prestasi. Jerry juga sering menjadi juri pada berbagai festival paduan suara maupun solo.
Beberapa relawan antusias bergabung dan belajar menyanyi agar dapat menciptakan harmoni suara yang lebih kompak dan indah.
Lagu “Satu Keluarga” dinyanyikan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Biak.
Dalam kesempatan kali ini juga Jerry bersama Ishak Awak dan Kardin Shixiong melontarkan beberapa ide untuk menyosialisasikan Tzu Chi lebih luas di Biak, melalui karya-karya seni dan budaya baik karya sastra, lagu, seni ukir dan seni lukis. Nathanael Shixiong yang hadir pada saat itu pun menyambut dengan gembira antusiasme para seniman daerah ini.
Nathanael Shixiong juga sharing mengenai budaya humanis Tzu Chi, dan direspon positif oleh Ishak Awak yang juga merupakan pasien katarak tahun lalu. Ishak Awak merupakan peserta baksos pengobatan mata katarak tahun 2015, di mana ia telah menjalani operasi untuk mata kanannya. Sementara untuk mata kirinya karena terdapat benjolan kecil sehingga belum dapat dioperasi. Ia merasa sangat terbantu oleh baksos pengobatan mata tersebut karena sebelum dioperasi ia harus berjalan dengan bantuan tongkat, namun saat ini pandangannya menjadi lebih baik dan ia dapat ke mana-mana tanpa bantuan tongkat lagi.
Ketika ditanya mengenai kesan-kesannya sebagai peserta baksos, Ishak yang akrab dipanggil Pak Cak ini mengatakan bahwa ia sangat terkesan dengan pengobatan mata yang diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. “Apa yang saya rasakan adalah pelayanan dan keramahan dari para relawan dan hal itu sangat indah, membuat kami dapat bersukacita,” katanya. Oleh sebab itu ketika Kardin Shixiong mengajaknya bergabung untuk membagikan ilmunya, ia pun menyambut gembira. Selain menterjemahkan lagu “Satu Keluarga” ke dalam Bahasa Biak, Pak Cak juga membantu mengajarkan anak-anak relawan yang ingin belajar Bahasa Inggris.
Kebahagiaan batin tidak hanya diperoleh ketika kita menerima berkah, namun ketika kita dapat berbagi ilmu dan waktu kita, maka kita juga dapat merasakan berkah sukacita dalam hati kita. Harmoni lagu yang dilantunkan relawan semakin lama semakin merdu terdengar. Bukan hanya karena kemampuan bernyanyi yang mulai meningkat, tapi lebih dari itu, ada harmoni dan kesatuan hati yang makin terjalin. Biarlah harmoni ini makin mengalun jauh dan lebih jauh lagi untuk menjangkau dan melapangkan batin manusia.