Hati Buddha, Tekad Guru
Jurnalis : Budi Suparwongso (He Qi Utara), Fotografer : Budi Suparwongso (He Qi Utara) Salah satu relawan, Lulu Shijie, berbagi semangat dengan para relawan lainnya dengan tema “Hati Buddha dan Tekad Master”. |
| ||
Hari itu terasa kental dengan semangat aspirasi luhur Tzu Chi yaitu, status semua makhluk hidup adalah setara, dan setiap orang memiliki benih Buddha. Keseluruhan acara dipandu oleh Erni Shijie dan seperti biasa acara Tzu Chi selalu diawali dengan penghormatan kepada Master Cheng Yen dan diikuti dengan menyanyikan Mars Tzu Chi. Setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan Ikrar Pelantikan Komite dan 10 Sila Tzu Chi. Bagian inti yang pertama pada pelatihan ini adalah Tata Krama Praktisi Buddhis yang dibawakan oleh Siu Ce Shijie. Tentu saja yang dimaksud dengan Tata Krama di sini adalah tata cara penghormatan umat Buddha ala Tzu Chi. Pada bagian kedua, Hendry Shixiong membantu menerjemahkan petunjuk dari Siu Ce Shijie yang bertemakan “Melantunkan Sutra Lotus”. Kita yang sudah bertemu ajaran Buddha hendaknya tidak lagi menciptakan karma buruk sehingga bisa terhindar dari 3 (tiga) alam rendah dan supaya bisa terlahir kembali di alam manusia.
Keterangan :
Setelah itu sesi selanjutnya dibawakan oleh Lulu Shijie dengan tema “Hati Buddha dan Tekad Master”. Kita datang ke Tzu Chi agar kebijaksanaan kita bisa muncul seperti pepatah yang mengatakan “Hati Buddha welas asih, batin yang jernih”. Mari kita belajar menyadari kebenaran yang diajarkan Sang Buddha. Tekad guru adalah menciptakan Boshisatwa di dalam masyarakat dan menjalankan ajaran Bodhisatwa di dunia. Bodhisatwa adalah orang yang sudah tersadarkan dirinya kemudian ikut menyadarkan orang lain. Master Cheng Yen sendiri mau meningkatkan welas asih maka kita harus memberi ketenangan dan ikut menghilangkan penderitaan di masyarakat. Bila sudah bisa memberi tanpa pamrih dan mewujudkan keharmonisan barulah manusia bisa bersatu. Inilah tujuan Master Cheng Yen. “Jangan menjadi murid hanya dekat dengan saya, tapi dekatlah dengan hati saya,” demikian kata Master Cheng Yen. Rupang Buddha yang mirip Master Cheng Yen juga akan dipasang di Aula Jing Si supaya Buddha selalu dekat dengan kita. Latar belakang rupang Buddha terbuat dari mozaik yang menunjukkan persisnya letak posisi bintang-bintang di langit pada saat pertama kali Tzu Chi didirikan pada tanggal 24 Maret 1966. Zaman Buddha dulu tidak ada rupang, tidak ada gambaran pasti bagaimana wujud rupa Sang Buddha. Rupang Buddha yang umum di Zaman sekarang membentuk mata Buddha yang welas asih, kupingnya panjang, berjubah emas. Kalau rupang Buddha di Tzu Chi berbeda bentuknya, di Tzu Chi melambangkan hakikat Kebuddhaan, sangat dekat dengan manusia. Master Cheng Yen ingin agar kita semua dekat dengan Sang Buddha. Karena di Bumi ada kehidupan, maka Buddha datang untuk membimbing manusia. Sulit untuk terlahir sebagai manusia maka kita harus bersyukur. Kalau umur kita sudah 60 tahun maka rata-rata kita sudah tidur sebanyak 20 tahun dengan asumsi kita tidur selama 8 jam sehari. Kalau kita tidur lebih sedikit berarti kita lebih beruntung (karena bisa berbuat kebajikan lebih banyak).
Keterangan :
Bersumbangsih Sepenuh Hati Tzu Chi selalu bersumbangsih ke tempat-tempat bencana. Seiring dengan berjalannya waktu, karakter manusia akan terbentuk. Saat Huang Wen Qin Shixiong pertama kali mendengar Master Cheng Yen berkata Duo Yong Xin (lebih sepenuh hati), ia pun menangis. Bertekad itu mudah tapi memegang teguh itu yang sulit. Banyak orang menganggap dirinya sudah lulus jika telah dilantik menjadi Komite, padahal bukan itu maksudnya. Melakukan misi harus dengan rendah hati, tulus, dan penuh tata krama. Jadi mempertahankan tekad itu sangat sulit. Ada pepatah mengatakan, ladang yang ditanami tidak mudah dipenuhi oleh rumput liar. Insan Tzu Chi tidak pernah cuti menanam ladang berkah. Kalau Master Cheng Yen ikut cuti, bagaimana pula tanggung jawab Master kepada Sang Buddha? Bila ada masalah, gunakan saja kata-kata dan ajaran Master Cheng Yen sebagai renungan bagi diri sendiri. “Saya dulu pernah buat desain kartu untuk komite dan lain-lain, karena masih kurang bijaksana saya buat puluhan desain. Master Cheng Yen juga banyak kritik tentang desain-desain itu. Kalau Master Cheng Yen bilang bagus, itu belum cukup, harus ada orang lain lagi yang bilang bagus, baru disetujui. Master Cheng Yen orang yang rendah hati. Kadang saya juga terpengaruh oleh emosi, tetapi teringat oleh kata-kata Master Cheng Yen saya menjadi tidak marah. Berlapang dada, berhati tulus. Ajaran Buddha harus kita ingat selalu supaya bisa langsung keluar saat diperlukan, jadi kita tidak perlu terlalu risau. Jadi kita di Tzu Chi sama-sama menjalankan misi. Tidak menyesal ikut Tzu Chi,” ucap Huang Wen Qin Shixiong. Kami ucapkan selamat kepada para relawan yang akan dilantik sebagai komite baru di Taipei, Taiwan. Semoga semangat dan aspirasi luhur Tzu Chi akan selalu bersemi di hati masyarakat dan pada akhirnya akan menyucikan hati seluruh umat manusia, seperti perkataan Master Cheng Yen, “Masalah di dunia tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, dibutuhkan uluran tangan dan kekuatan banyak orang untuk dapat menyelesaikannya.” | |||
Artikel Terkait
Suara Kasih: Semangat Tzu Chi
16 Oktober 2010Menjadi Aliran Jernih, Mencatat Sejarah Tzu Chi
21 November 2014Zhen Shan Mei Camp ke-2 (15 - 16/11) bertemakan, “Di Dalam Keindahan Ada Aku, Anda, dan Dia” yang diselenggarakan di Aula Jing Si telah usai. Namun, semangat untuk mencatat sejarah Tzu Chi dan menjadi aliran jernih masih menyelimuti para peserta kamp. Bagaimana tidak? Dalam kamp ini dihadirkan trainer – trainer yang sudah lama berkecimpung dalam perkembangan relawan Zhen Shan Mei di Taiwan. Sebut saja Lai Rui Ling, Dylan Yang, Zhang Yi Hong, Zhuang Hui Zhen, dan Xiao Hui Ru.
Memulihkan Kehidupan Pascalongsor dan Banjir Bandang di Desa Simangulampe
15 Maret 2024Komunitas relawan Tzu Chi Asuransi Sinar Mas meluncurkan Humbang Ecoprint bagi warga terdampak longsor dan banjir bandang di Desa Simangulampe, Kecamatan Bakti Raja, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatra Utara.