Hati yang Terberkahi

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Anand Yahya
 
foto

Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei tampak sedang memberikan angpau dalam pemberkahan akhir tahun 2007.

Dengan wajah cerah dan sumringah, pasangan suami istri Iing Musalam dan Yuliana Mulyana, disaksikan ratusan orang, menaiki panggung pemberkahan akhir tahun Tzu Chi tanggal 27 Januari 2008 di aula Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi, Jakarta.

Didampingi Hong Tjhin, CEO DAAI TV Indonesia, Yuliana berkisah tentang pengalaman hidupnya di masa lalu. Saat itu kehidupannya tidak tenang, penuh dengan gundah gulana. Suatu hari, keponakannya beserta istri dan anaknya menginap di rumahnya. Kebetulan keponakannya adalah seorang lulusan teologi. Di saat itulah mereka berbicara panjang dan mendalam tentang kehidupan. Lalu timbul pertanyaan, apakah yang sebenarnya dicari dalam kehidupan ini? Jawabannya adalah ketenangan dalam hidup!

Setelah keponakannya pulang, ia malah terus duduk dan merenungkan semua yang telah dibicarakan. Sambil merenung, ia menonton DAAI TV. Akhirnya ia bertemu dengan satu pemikiran bahwa usaha yang ia lakukan (pembiakan lobster air tawar) adalah suatu kesalahan.

foto  foto

Ket : - Berkat menonton DAAI TV, Iing Musalam dan Yuliana Mulyana menyadari bahwa caranya mencari nafkahnya,
           yaitu membiakkan lobster air tawar, adalah salah, sehingga mereka menghentikannya. (kiri)
         - Tzu Chi lahir, berkembang dan maju berkat sokongan dari banyak pihak. Tiada yang dapat menggantikan
           semangat kebersamaan dalam menebar cinta kasih. (kanan)

Saat menonton DAAI TV itulah, ia menjadi terkenang pada masa mudanya di Bandung. Yuliana dahulu pernah menjadi ketua pemuda Vihara Vimala Dharma di Bandung. Jika ia sedang gundah gulana, ia biasanya berdoa kepada Dewi Kwan Im. Dengan wajahnya yang tersenyum, Dewi Kwan Im selalu bersedia mendengarkan gundah gulana manusia yang menderita. Saat itu ia merasakan ketenangan dan kedamaian. Namun karena menikah, ia menjadi beralih agama mengikuti agama suami. Meskipun ia telah dibaptis, namun ketenangan hidup tak lagi dirasakannnya.

Saat menonton DAAI TV khususnya ceramah Master Cheng Yen, ia seperti menemukan apa yang selama ini ia cari-cari. Master Cheng Yen telah mengingatkannya kembali ke ajaran Buddha. Setelah merenung selama berhari-hari, ia pun akhirnya membuat sebuah keputusan terbesar dalam hidupnya. Melakukan yang benar dengan berhenti membiakkan lobster air tawar. Ia lantas berbicara dengan suaminya, Iing Musalam, yang ternyata setuju dengan keputusannnya.

foto  foto

Ket : - Yongky dan kedua putrinya sedang berbagai pengalaman duka hidup yang mereka alami. Di tengah
           kesulitan, Yongky dengan penuh semangat bertekad untuk lepas dari keterpurukan akibat ketergantungan
           pada narkoba meski istrinya kini dipenjara. (kiri)
         - Sebuah adegan singkat yang dibawakan oleh Tzu Ching tentang bagaimana pentingnya hidup sederhana
           dan menjaga lingkungan yang semakin rusak. (kanan)

”Bagaimanapun yang kami pikirkan adalah kebahagiaan hidup, apalagi bagi kita yang sudah berkeluarga. Dengan berhenti dari usaha pembiakan lobster air tawar, kita mengharapkan kehidupan kita yang lebih bahagia,” tutur Iing Musalam. Namun, mereka juga kebingungan, bagaimana dengan lobster-lobster yang sudah ada? Mau diapakan? Kalau dijual nanti pasti akan dikonsumsi. Awalnya yang terpikir oleh mereka adalah melepasnya di Kali Angke Tzu Chi, seperti yang pernah mereka lihat di tayangan DAAI TV. Akhirnya, mereka ke kantor Tzu Chi dan bertemu dengan seorang relawan, Lim Ji-shou.

Sesuai saran Ji-shou, mereka diminta untuk mencari tempat terdekat dengan rumah mereka. Akhirnya lobster-lobster air tawar itu mereka lepas di Telaga Gading Serpong, di dekat rumah mereka tanggal 3 Desember 2007 lalu. Selain bahagia bisa melakukan sebuah keputusan yang benar, ada yang lebih besar dari itu. Yuliana telah menemukan orang yang dicari-carinya selama ini. Master Cheng Yen lah yang selama ini dicari-carinya. Dengan mendengarkan ajaran Master Cheng Yen, ia merasa lebih tenang dan damai. Meski tak bisa berjumpa langsung, ia tetap dapat menuruti dan menjalankan ajaran Master Cheng Yen lewat siaran-siarannya di DAAI TV Indonesia.

foto  foto

Ket : - Barisan santri dari Pondok Pesantren Nurul Iman Bogor seusai menerima angpau pemberkahan akhir tahun
           Tzu Chi. (kiri)
         - Indun, artis sinetron 'Bajaj Bajuri' juga hadir dalam pemberkahan akhir tahun Tzu Chi. (kanan)

Kesan tak berbeda diungkapkan oleh seorang santri dari Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman, Bogor yang juga mengikuti pemberkahan akhir tahun. Sumantri (25) terkesan dengan apa yang sudah dipelajari dari Tzu Chi. Menurutnya, yang terpenting sekarang adalah lakukan saja, just do it!. Banyak orang yang berkata-kata soal kebaikan, namun sedikit sekali yang langsung melakukan. Cinta kasih bukan hanya teori, kata-kata, ataupun kata mutiara, namun harus dilakukan mulai dari sekarang. Ia pun terkesan dengan acara yang ditampilkan. ”Menimbulkan inspirasi bagi saya untuk melakukan kebaikan, mencoba untuk mengubah diri menjadi orang yang baik, sopan dan hormat kepada orangtua, guru, dan sesama,” kesan Sumantri yang datang bersama puluhan santri lainnya.

Sementara itu, dalam sharingnya, Franky O. Widjaja, wakil ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengatakan, “Banyak orang yang bilang Tzu Chi itu hebat, tapi kalau tidak ada Anda dan saya, maka tidak akan hebat.” Hidup kita ini seperti sumur, jika air di dalam sumur itu tidak pernah diambil atau diberikan kepada orang lain, maka air dalam sumur itu lama-lama akan keruh, jadi sarang nyamuk dan membawa penyakit malaria. Makanya kita harus mengambil air sumur itu dan juga memberikannya kepada orang lain. ”Menyumbang banyak, berkahnya juga banyak,” tuturnya.

foto  foto

Ket : - Hadirin menyaksikan ceramah dharma yang disampaikan oleh Master mengenai DAAI TV Indonesia. (kiri)
         - Willy, seorang anggota Tzu Ching sedang berbagi pengalaman bahwa karena Tzu Chi lah ia berubah.
           Menjadi lebih baik, berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain. (kanan)

Lebih dari seribu orang hadir dalam tiga sesi acara pemberkahan akhir tahun ini. Diiringi lantunan syair penuh kedamaian dan kebajikan, hadirin juga disuguhi tayangan refleksi akhir tahun dari Tzu Chi Indonesia dan juga Tzu Chi Internasional. Dalam tayangan tersebut, berbagai macam bencana yang telah terjadi di Indonesia dan dunia seperti mengingatkan hadirin agar tidak pernah berhenti berbuat kebajikan agar bumi damai dan terbebas dari bencana. Pemberkahan akhir tahun, sebuah momentum refleksi bagi kita untuk tetap sadar dan di jalan Dharma. Maka hati pun terberkahi.

foto

Ket : - Di bahu relawan komite Tzu Chi Indonesia lah, nilai dan ajaran Tzu Chi dijaga dan disebarkan ke persada
           Indonesia.

 

Artikel Terkait

Menggalang Hati Melalui Bedah Buku

Menggalang Hati Melalui Bedah Buku

01 November 2011 Bedah buku kini menjadi sebuah kegiatan positif di setiap komunitas. Kegiatan ini sekarang menjadi agenda penting bagi kita. Suatu kegiatan positif yang harus didukung kesinambungannya oleh kita semua.
Menumbuhkan Rasa Bakti

Menumbuhkan Rasa Bakti

03 Mei 2013 Target Tzu Chi dan TIMA akan menfokuskan kesehatan atau pengobatan pada manula dan anak-anak dan memberikan penyuluhan (screening) kesehatan, ini juga didukung kebijakan dari Pemprov DKI Jakarta memberikan Kartu Jakarta Sehat, sehingga warga lebih peduli pada kesehatan.
Melatih Diri dalam Setiap Perubahan

Melatih Diri dalam Setiap Perubahan

13 Oktober 2015

Menjadi relawan Tim Alur Lapangan atau relawan Chang Kong dalam perhelatan besar seperti Kamp Pelatihan dan Pelantikan Relawan Biru Putih 2015 pada 9-11 Oktober silam bukan perkara mudah. Lantas, bagaimana para relawan menghadapi berbagai perubahan mendadak yang terjadi di lapangan?

Giat menanam kebajikan akan menghapus malapetaka. Menyucikan hati sendiri akan mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -