Hidup Berkualitas di Usia Tua
Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand YahyaBerusia lanjut bukan berarti hanya berdiam diri di rumah dengan tatapan mata kosong. Di usia yang tak muda lagi mereka yang lanjut usia (lansia) harus tetap bisa beraktivitas, mandiri, produktif, dan bermartabat. Ya, hidup berkualitas di saat tua.
Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia ingin para lansia ini tetap semangat menjalani hidup di usia senjanya. Dalam rangka HUT 25 Tahun Tzu Chi Indonesia, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan Tzu Chi International Medical Assosiation (TIMA) Indonesia menyelenggarakan seminar Pemberdayaan Warga Senior bertema “Menuju Lansia Sehat, Mandiri, Aktif Dan Berkualitas” pada Minggu, 28 Oktober 2018 bertempat di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara.
Dalam seminar tersebut, hadir dua orang narasumber, dimana salah satunya adalah Prof. DR. Tri Budi W. Rahardjo, drg, MS, guru besar Gerontologi dan Ketua Pokja Penelitian di Komisi Nasional Lanjut Usia Republik Indonesia ini membahas tentang bagaimana memaksimalkan usia tua dengan tetap berada dalam kondisi sehat dan produktif, menjadi pembahasan yang menarik bagi peserta yang hadir.
Menurutnya, Yayasan Buddha Tzu Chi sudah menjalani metode-metode bagi lansia. “Salah satunya adalah berorganisasi di Yayasan Buddha Tzu Chi ini. Bagi Lansia ada yang menjadi relawan di depo pelestarian lingkungan, mereka rata-rata lansia dan berkumpul memilah barang daur ulang sambil bersenda gurau dengan rekan-rekan seumurannya,” kata Prof. Tri Budi.
“Ada juga relawan yang bertugas di dapur, dan ada relawan yang membantu guru-guru sekolah (DAAI Mama), jadi ini sangat luar biasa kegiatan di Tzu Chi ini,” ujar Prof. DR. Tri Budi. Menurut Prof. DR. Tri Budi, agar para Lansia tetap mandiri dan produktif, mereka juga harus sehat dan bergaul dengan sesama Lansia. Tidak harus dengan cara mengobrol intensif, tetapi juga bisa dengan ikut perkumpulan keagamaan, arisan, atau kegiatan lain yang dapat merangsang fungsi otaknya.
Narasumber berikutnya adalah dr. Hardy Indradi Sp.PD yang memberikan Kiat-kiat Menghadapi Penyakit Degeneratif. Makin bertambah usia, makin besar kemungkinan seseorang mengalami permasalahan fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial. Salah satu masalah yang sangat mendasar adalah masalah kesehatan akibat proses degeneratif.
Lansia merupakan sebuah siklus hidup manusia yang pasti dialami setiap orang. Kenyataan saat ini, setiap kali menyebut kata Lansia yang terbersit di benak kita adalah seseorang yang tidak berdaya, dan memiliki banyak keluhan kesehatan. Padahal, Lansia sebenarnya dapat berdaya sebagai subyek di beberapa aspek kehidupan. Contohnya di Taiwan relawan Tzu Chi yang Lansia mereka gemar mengumpulkan barang-barang daur ulang.
Mereka beraktivitas di Depo Pelestarian Lingkungan secara rutin dan beraktivitas dengan sukacita. Dalam benak mereka, mengumpulkan barang yang bisa didaur ulang adalah semata untuk menyelamatkan bumi demi anak cucu mereka kelak. Memilah barang-barang yang bisa didaur ulang dalam pikiran mereka semata untuk menyelamatkan bumi.
Penyakit terbanyak pada Lansia terutama adalah penyakit tidak menular (PTM) antara lain hipertensi, osteoarthritis, masalah gigi dan mulut, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan diabetes mellitus (DM). Penanganan kasus penyakit tersebut di atas tidaklah mudah karena penyakit pada Lansia umumnya merupakan penyakit degeneratif, kronis, multi diagnosis, yang penanganannya membutuhkan waktu bertahap.
Dalam sesi tanya jawab, banyak peserta yang menanyankan tips hidup sehat di usia lanjut dan bagaimana agar tetap energik di usia senja. Prof. DR Tri Budi mengatakan pentingnya menanamkan suasana dialogis dan religius untuk mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan kepada hambanya dan gemar bersilaturahmi kepada saudara, kawan lama dan berkumpul atau bersosial.
“Di rumah, saya tanamkan suasana religious. Setiap pagi saya dan suami selalu berdoa mensyukuri nikmat yang sudah diberikan kepada keluarga saya. Walaupun saya berdoa sebentar saja, tapi suami saya berdoa bisa berjam-jam,” kata Prof. Tri Budi disambut gelak tawa peserta yang hadir, “selain itu saya juga sering bersilaturahmi.”
Prof. DR. Tri Budi juga mengatakan pentingnya pendidikan dalam keluarga, yaitu orang tua untuk mendorong anak-anaknya sekolah setinggi-tingginya. Pendidikan dalam bermasyarakat dengan berorganisasi seperti di Yayasan Buddha Tzu Chi ini, dan yang terpenting adalah asupan gizi yang cukup dan seimbang untuk manula.
Dalam acara seminar ini TIMA juga menghadirkan tiga relawan Manula yang aktif berkegiatan di Tzu Chi. Mereka adalah Hendra Tanu (74), Limin Chanaka (81), dan Tjau A Loi (83).
Acara seminar kesehatan ini dihadiri oleh 136 orang peserta, yang berasal dari perkumpulan Senior Club Jakarta, Yayasan kanker Indonesia (YKI), dan para survivor cancer (seorang penderita kanker yang sedang dalam masa perawatan atau sudah melewati masa perawatan terapi kanker).
Editor: Hadi Pranoto
Artikel Terkait
Seminar Penanggulangan Stunting & Tuberkulosis, Mendukung Pemerintah Menuju Indonesia Emas 2045
29 Oktober 2024TIMA Indonesia mengadakan seminar tentang Stunting dan Tuberkulosis (TBC). Seminar ini untuk memberi pengertian lebih dalam lagi dan nantinya bisa mengurangi kasus Stunting dan TBC.
TIMA Pekanbaru Bersama IDI Pekanbaru Adakan Seminar Kesehatan
25 Mei 2022TIMA (Tzu Chi International Medical Association) Kota Pekanbaru beserta IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Pekanbaru mengadakan Seminar Kesehatan, Jumat 20 Mei 2022.
Seminar Kesehatan tentang Perawatan Gigi Lansia
02 November 2018Dalam rangka 25 tahun perjalanan Tzu Chi di Indonesia, Tzu Chi menyelenggarakan berbagai seminar. Salah satunya adalah seminar kesehatan gigi bertema Updating In Dental Treatment For Elderly yang digelar pada Minggu, 28 Oktober 2018, di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta.