Hidup Penuh Syukur di Tumpukan Sampah

Jurnalis : Joliana (He Qi Barat), Fotografer : Gaby Andriany / Bobby (He Qi Barat)

Minggu, 20 september 2015, relawan Tzu Chi He Qi (komunitas) Barat melakukan kunjungan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing, Tangerang. Senyum tulus hadir di antara mereka yang mayoritas hidupnya ditopang dari hasil mengumpulkan dan menjual sampah daur ulang seperti kertas, plastik, botol dan sebagainya.

“Dengan menyaksikan sendiri penderitaan orang, barulah kita tahu menghargai keberkahan diri sendiri . Kita boleh miskin secara materi, namun batin dan semangat tidak boleh miskin.” Kata Perenungan Master Cheng Yen.

Sampah, kata yang sudah tidak asing lagi kita dengar. Jika mendengar istilah sampah, pasti yang terlintas dalam benak kita adalah setumpuk kotoran yang menimbulkan aroma busuk yang sangat menyengat. Siapa sangka bahwa setiap harinya kita menghasilkan ber ton-ton sampah baik dari sisa makanan, pembungkus makanan dan minuman, juga limbah dari pabrik yang kian hari semakin bertumpuk. Dan siapa sangka banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada tumpukan sampah tersebut.

Matahari bersinar terik dan serasa menembus kulit di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing, Kecamatan Negla Sari, Desa Kedaung Baru, Tangerang. Bau yang menyengat langsung terasa begitu kami tiba di lokasi. Pemandangan di depan mata dihadapkan pada tumpukan sampah yang menggunung. Namun ini merupakan hal yang biasa bagi sekitar 200 KK dengan 150 anak yang tinggal di TPA ini. Mayoritas kehidupan mereka ditopang dari mengumpulkan dan menjual sampah daur ulang seperti kertas, plastik, botol dan sebagainya. Rumah-rumah mereka jauh dari kata layak, terbuat dari papan, seng bekas,  dan bahan-bahan yang didapat dari sampah yang hanya disusun ala kadarnya untuk melindungi dari panas dan hujan.

“Nama saya Nur, umur 11 tahun, sekarang sekolah kelas 1 SD,” kata salah satu anak saat ditanya. Beruntung saat ini Nur masih bisa bersekolah kembali setelah terhenti 2 tahun yang lalu. Nur bersama teman-temannya hari ini Minggu (20/9/2015) pada pukul 09.10 ikut berkegiatan bersama dengan 47 relawan dari Tzu Chi He Qi (komunitas) Barat. Gelak tawa dan canda ceria anak-anak ini tidak mencerminkan kegundahan dan tidak terusik dengan gundukan sampah dan bau yang menyengat. Seperti halnya teman-teman mereka yang tinggal di rumah layak huni, mereka tetap bisa menikmati masa kecil mereka dengan bahagia.

Selama hampir 3 jam kami beraktifitas bersama menyanyikan lagu serta isyarat tangan “Satu Keluarga”, penampilan dari anak-anak TPA untuk menghibur para relawan dan mendengar cerita inspiratif.

Rumah-rumah warga di lingkungan TPA jauh dari kata layak, terbuat dari papan, seng bekas, dan bahan-bahan yang didapat dari sampah.

Selama hampir 3 jam kami beraktifitas bersama menyanyikan lagu serta isyarat tangan “Satu Keluarga”, penampilan dari anak-anak TPA untuk menghibur para relawan dan mendengar cerita inspiratif dari Joliana. Inti dari cerita adalah siapapun yang membutuhkan bantuan kita harus menolongnya, jangan pernah lelah untuk berbuat baik karena perbuatan baik akan selalu kembali kepada kita dan perbuatan buruk akan selalu mengikuti kita, kejahatan jangan dibalas dengan kejahatan tapi dengan cinta kasih, ketulusan dan kebaikan.

Yonga, salah seorang relawan yang ikut bergabung hari itu menyatakan keprihatinannya melihat kondisi lingkungan dan anak-anak di TPA. “Mereka kurang dalam kebersihan. Tapi saya melihat anak-anak tersebut tetap bahagia walaupun hidup dalam keadaan yang serba pas-pasan dan kurang layak. Mereka tetap bersyukur dan bisa menerima apa adanya,” ucapnya. Ia merasa bersyukur karena bisa tinggal di lingkungan yang layak. Ia juga bertekad untuk seminimal mungkin menghasilkan sampah karena keprihatinnya melihat mereka yang tinggal di antara gunung sampah.

Dalam kesempatan tersebut, relawan membagikan 150 tas berisi 1 set alat tulis, buku, alat mandi (sabun cair, shampo, pasta gigi, sikat gigi), biskuit, dan roti kepada para anak-anak TPA Rawa Kucing sebagai ungkapan perhatian dan kepedulian.

Pak Ombi (34) mewakili Rt 005/Rw 004 mengatakan syukur karena Tzu Chi datang mengunjungi lingkungan mereka. “Alhamdullilah, karena Tzu Chi sudah datang ke sini dan banyak terima kasih karena sudah dihibur dan diberi bingkisan. Saya berharap anak-anak rajin belajar dan Budha Tzu Chi juga kegiatannya bisa terus berlanjut disini,” ucapnya.

Dengan senyum gembira anak-anak TPA meninggalkan lokasi kegiatan. Sebanyak 150 tas berisi 1 set alat tulis, buku, alat mandi (sabun cair, shampo, pasta gigi, sikat gigi), biskuit, dan roti kepada para anak-anak TPA Rawa Kucing sebagai ungkapan perhatian dan kepedulian dari para teman-teman yang hadir. Panas terik matahari, debu, dan bau menyengat tidak menyurutkan kegembiraan dari peserta yang hadir. Rasa syukur mereka panjatkan akan berkah kehidupan yang dijalani setiap harinya.


Artikel Terkait

Hidup Penuh Syukur di Tumpukan Sampah

Hidup Penuh Syukur di Tumpukan Sampah

29 September 2015 Relawan Tzu Chi memberikan perhatian kepada warga yang tinggal di sekitaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing, Tangerang pada Minggu, 20 September 2015. Dalam kesempatan tersebut relawan membagikan 150 paket bingkisan kepada anak-anak sekaligus belajar bersyukur dalam menjalani kehidupan.
Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -